Menghela nafas, Calantha meninggalkan kamar Ibunya yang sudah tertidur lelap. Meski sudah boleh pulang dan kondisinya membaik, Ibunya masih harus banyak-banyak istirahat.
Ya, sore ini mereka berdua sudah berada dirumah.
Calantha duduk dikursi ruang tamu. Pikirannya menerawang beberapa saat sebelum akhirnya tanpa sadar tertidur.
Dalam ketidaksadarannya, Calantha berharap bisa mendapatkan mimpi istimewa yang membuatnya bertemu dengan adiknya lagi.
Entah berapa lama dia tertidur. Namun bahkan sampai dia terbangun, dia masih tidak bertemu dengan Calandra.
Calantha kecewa.
Padahal dia ingin meminta pendapat mengenai urusan Frenkie karena dia tahu bahwa Calandra memiliki kemampuan untuk mengintip apa yang akan terjadi dimasa depan.
Maka dari itu, dia butuh sekali bertemu dengannya di alam mimpi. Bukan Calandra yang terbangun.
Calantha berpikir selama beberapa saat. Kemudian dia turun dan duduk ke lantai. Lalu menumpukan kepalanya ke kursi. Dia pikir, jika mengikuti pose tidur saat dirumah sakit maka bisa bertemu dengan Calandra.
Dan hasilnya, Nihil.
Yang dia dengar justru panggilan lembut dari suara yang sangat familiar.
"Fatimah!" Panggil Humairah berkali-kali, sembari menepuk-nepuk bahu putrinya.
"Fatimah, bangun, sayang."
Saat panggilan Humairah masih lembut, Calantha berkali-kali menyerah bangun karena kelopak matanya yang berat. Namun, saat suara itu menjadi lebih keras, Calantha langsung menegakkan kepalanya.
Sekejap kemudian dia memegangi kepalanya yang terasa sakit karena terlalu lama rebah dikursi kayu. Sedangkan tadi pagi, dia terlelap di ranjang Humairah yang berbalut busa cukup tebal. Sehingga perbedaannya cukup jelas.
"Maaf, Bu. Aku ketiduran," ucap Calantha setelah beberapa saat.
"Kau resah sekali sejak tadi pagi. Ada apa?" Tanya Humairah sembari diam-diam memperhatikan gestur putrinya yang sedikit aneh.
Calantha menatap mata Ibunya dalam-dalam. Merasa agak sulit mengungkapkan pikirannya.
"Bicaralah Fatimah, jangan membuat Ibu khawatir!" ucap Humairah agak tak sabar. Bagaimanapun dia bukan dukun yang bisa membaca isi kepala putrinya.
Calantha masih terdiam dengan dahi mengerut. Bahkan setelah mulutnya bergerak beberapa kali, pada akhirnya dia masih tidak mengatakan apapun.
"Fatimah! Jangan melamun. Katakan pada Ibu, apa yang terjadi padamu?" desak Humairah.
"Ibu..." rengek Calantha sembari mendekat dan memeluk Ibunya.
Humairah menghela nafas dan menepuk-nepuk punggung putrinya. Memberinya waktu menyusun kalimat yang mungkin berantakan dikepalanya.
Beberapa saat kemudian, Calantha melepaskan pelukannya dan menatap Ibunya.
"Aku bertemu dengan Calandra Van Hoebeek didalam mimpi saat tidur di pagi hari, Bu," Jelas Calantha.
"Kau bermimpi bertemu dengannya?" tanya Humairah, ekspresinya berubah menjadi setengah tak percaya.
"Ya, Ibu. Calandra tidak bahagia disana, Bu. Dia membenci Ayah, membenci Ibu dan membenciku. Dia membenci semua orang yang menurutnya menelantarkannya. Dia selalu berpikir jika ibu meninggalkannya begitu saja bersama Ayah. Tapi kemudian aku menceritakan apa yang telah Ibu ceritakan padaku sebelumnya. Bahkan aku membawa Calandra kembali ke masa lalu saat Ibu dan Ayah bertengkar. Kami melihat situasimu saat itu yang tidak bisa membawa Calandra turut serta. Aku pikir Calandra pasti mengerti kesulitanmu, ibu," Calantha menghentikan ceritanya sesaat.
KAMU SEDANG MEMBACA
TWINS [ Van Hoebeek ]
Genç KurguOn Going Antara Netherland dan Hindia Belanda. Tapi sekarang, mereka menyebutnya dengan sebutan Belanda dan Indonesia. Ini kisah Calantha Van Hoebeek dan Calandra Van Hoebeek. Kamu akan dibawa kedalam masa silam. Si kembar yang sangat berbeda,