Karma 7B: KAMAR 7b

1.8K 31 0
                                    

[Judulnya KAMAR 7b. Kalau serialnya KARMA 7B. Jadi memang bukan salah ketik]

Sudah datang pagi, kuliah kosong. Dosen tidak masuk karena ada seminar di luar kota. Kutelpon Bang Shandy sekalian sarapan di warung Bu Dani saja.

"Wah, sori.. sori Bang... ganggu tidurnya ya..."

Ternyata Bang Shandy masih tidur.

"Main sini saja Dik kalau mau..."

Wah sinyal positif nih... tapi aku janji setelah sarapan dulu. Akhirnya kulangkahkan kaki ke Warung Bu Dani di belakang kampus. Setelah membungkus dua rames aku menuju belakang warung ke rumah yang ciri-cirinya sudah diberikan. Ke kamar nomer 7 dari tangga di lantai 2. Langsung masuk saja, begitu petunjuk Bang Shandy.

Bedengnya bersih dan banyak tanaman. Sepi karena banyak yang kerja. Semenjak masuk hingga di tangga atas ini tak kujumpai kehidupan. Ada suara beberapa pesawat tv tapi tak ada yang di luar. Kamar nomer 7... yah ini pastinya. Hampir aku mengetuk tapi tak jadi. Kubuka sepatuku dan masuk perlahan ke kamar yang agak gelap karena tak ada lampu yang dinyalakan. Di dalam lebih hangat dan baunya khas bau lelaki.

Kututup pintu lagi dan kamar jadi lebih gelap lagi. Aku harus membiasakan diri dengan kegelapan ini. Hingga kulihat sosok yang tertidur di ranjang. Pasti itu Bang Shandy. Kudekati dan duduk di tepi tempat tidur. Bang Shandy diam saja rupanya dia sudah terlelap lagi. Pasti dia mendapat giliran hingga pagi ini. Tubuh Bang Shandy lebih kekar dari nampaknya. Mukanya ditutupi bantal hanya tampak janggutnya saja. Janggut yang ditumbuhi bulu kasar itu menjadikanku ngaceng.

Timbul ide buat mengusili dia. Toh dia sudah tau kalau aku suka lelaki. Pula, dia undang aku ke sini. Kuelus dadanya yang montok.Dada yang bidang dan berotot sepertinya terlatih.  Lalu menelusuri luar selimut aku turun dan merasakan sixpacknya. Begitu nyata meski dia sedang tidur terlentang. Bagus, sepertinya Bang Shandy memang layak jadi bintang bokep Falcon di US. Lalu aku turun lagi dan terus ke bawah merasakan tonjolan yang cukup besar. Wah, satpam ini punya aset yang lumayan rupanya. Aku begitukan juga tidak bangun. Wah kalau sampai tidur di tempat tugas pasti ada maling atau ada kebakaran lewat sudah.

Tiba-tiba naluriku berkata ada sesuatu yang tidak beres. Hapeku bergetar, telpon dari bang Shandy! Cepat-cepat hape kumatikan sebelum sempat berbunyi. Astaga! ini kamar siapa? Gawat! Harus segera keluar sebelum orang ini bangun atau akan jadi masalah. Aku berjingkat dan menutup pintu..

"Woy... terusin napa? Sange nehh..!"

Klik. Pintu sudah kututup. Tapi kata-kata itu sudah terngiang. Kutelepon balik Bang Shandy setelah memakai sepatuku.

"Aku sudah di lantai dua nih bang..."

Pintu kamar sebelah tempat tadi aku salah masuk terbuka.

"Masuk Dik..." Bang Shandy yang mempersilahkanku.

"Loh, kata Bang Shandy kamar nomer 7..."

"Iya, ini kamar nomer 7"

"Tadi aku hitung dari tangga ini adalah pintu ke 6"

"Pintunya iya ke 6, kan pintu kamar nomer satunya menghadap ke barat"

Jadi tadi aku salah kamar. Ow ow!

"Kubawakan rames nih..."

Aku masuk dan Bang Shandy menutup pintu di belakangku

"Wah bagus. Tau saja kalau Abang ini lapar...." Bang Shandy beranjak mengambil sendok.

Kami pun makan bersama dan Bang Shandy memanaskan air dengan pemanas listrik untuk membuat teh dan kopi. Aku memilih teh dan Bang Shandy membuat kopi untuk dirinya sendiri. Kami pun menikmati sambil mengobrol. Menikmati sarapan bersama.

KARMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang