Ku kira menulis cerita sambil menyusun skripsi itu mudah. Ternyata tidak, aku bahkan sampai kelupaan pernah menulis pembukaan ini. Jadi mari lanjutkan bercerita.
“Yaudah sepakat ya weekend ini!” Ucap Imas dengan penuh semangat dilayar handphone kami.
“Iya yaudah ku kosongin agenda minggu ini dulu ya ke manager ku.” Jawab ku dengan wajah sombong.
“Dih elah beda seleb kita mah shebook amat dah” Jawab Gia neggas dengan logat betawi yang khas. Di susul dengan teriakan dari Aun dan Imas diujung sana.
“Of course i am.” Jawabku sambil tertawa.
Ya akhir pekan nanti kami sepakat untuk bertemu dan berkemah di villa yang kami sewa dekat pantai Pangandaran. Ah rasanya sangat berat, harus menunggu 4 hari lagi untuk melepas rindu pada mereka setelah 3 tahun tak berjumpa. Pasti akan sangat menyenangkan mendengar cerita kesuksesan mereka. Nanti setelah bertemu, aku ingin mendengar dan meminta ijin untuk menuliskan kisah perjuangan mereka setelah lulus sampai sukses seperti sekarang. Tetap pada tujuan menulis cerita ini bukan? Hehe***
Kamipun tiba di sebuah Villa di Pangandaran, tak sabar untuk menghabiskan waktu bersama dan
bertukar cerita tentang kejayaan kami. KEJAYAAN guys hahaha. Kami memutuskan untuk masuk ke kamar masing-masing menaruh barang, mandi, dan beristirahat sejenak sebelum akhirnya bergadang tujuh hari tujuh malam. Usai beristirahat sejenak setelah perjalanan yang cukup panjang kamipun berkumpul diruang tengah villa ini. Oh iya biar ku ceritakan sedikit deh apa yang terjadi selama tiga tahun kebelakang. Singkatnya kami ber-empat lulus ditahun yang sama dan berhasil menyikat skripsi yang sempat membuat kami seperti zombie. Kami semua menggunakan toga dengan sangat bangga dan berlagak paling keren saat berfoto. Setelah lulus
kami semua menekuni fahsion kami masing-masing. Dengan memanfaatkan gelar yang kami
punya dan meng-kolaborasikannya dengan hobi kami masing-masing kami memulai perjalanan
masa depan kami. Aku menjadi seorang Public Speakers, motivator, dan Consultan Public. Gia menjadi Designer dan kini sudah punya butik sendiri yang namanya mulai merebak berkat kemampuan Public Relations nya. Dimas menjadi Fotografer dan ahli desain dalam berbagai konten.
Dan Aun? Ia sempat dikabarkan frustasi karna karier nya tak merangkak secepat kami. Dia pernah gagal dalam bermusik, dalam fotografi, dan penyiaran. Tapi saat ini ia sudah bisa dibilang pengusaha sukses karna bisnis kripik kopinya mulai meningkat pesat dan dia juga merupakan selebgram yang cukup terkenal di Kota Bandung.
“Nah udah lengkap nih, kuy main TOD!” seru Dimas membuyarkan lamunanku.
“Halah udahlah gausah ada dare-darean.” Jawab Gia sambil sibuk dengan camilannya.
“Hah maksudnya jujur-jujuran doang lagi niih?”jawab ku sambil sedikit tertawa karena teringat kebiasaan kami dulu saat masih kuliah.
“Dih jujur-jujuran mulu, lu mah idupnya banyak boong sih” Jawab Aun lempeng sambil mengotak-
atik gadget nya.
“Dih! Lu nya aja bego mau gua boongin” Jawab Gia ngegas dan diikuti tawa kami semua.
Ya, aku sangat merindukan moment ini. Moment kami saling mengolok satu sama lain tapi tetap tertawa tanpa ada dendam. Saat sedang asik
saling lempar candaan tiba-tiba handphone Aun berbunyi nada panggilan masuk. Dan dia pun ijin
mengangkatnya di luar.
“Tawaran endors paling tu, enak yak jadi selebgram cari duit gampang kaga pake mikir.”Sahut Imas
“Enak mata lu peang! Pusing yang ada. Gua mah mau di endors juga gak asal terima soale kesian followers gua kalo ternyata tertipu ama omongan
gua yang bagus-bagusin tu produk.” jawabku.
“Gilee motivator gua bijak amat dah lope you.”Jawab Dimas
“Eh bentar. Emang lu selebgram?”Jawab Gia dengan nada mengejek
“Hey sembarangan! Nih followers gua 50K ya. Rakyat jelata awas minggir” dengan nada sombong ku. Yang dibalas tawa oleh mereka.
Saat kami sedang asyik tertawa tiba-tiba Harun kembali dengan wajah murung dan terlihat banyak beban. Ini aneh karena tak biasanya ia menunjukan ekspresi seperti itu saat kita bersama. Dia yang paling ceria diantara kami ber-empat dalam berbagai situasi.
“Lu kenapa un? Tu muka kusut amat, udah jelek jadi makin jelek dah” timpal ku pada Aun yang baru saja kembali bergabung bersama kami.
“Apaan sih yu ah” jawab aun datar
“Dih lagi PMS kali ya ni orang, mau pake pembalut gua?” timpal Gia dengan nada bercanda.
“Becanda lu ga lucu” jawab aun lagi-lagi datar
“Apaan si lu sensi amat dah” sahut Imas yang langsung mencoba menggelitiki Aun.
“Gatau gua bingung, sorry ya, gua lagi sensi, banyak masalah banget akhir-akhir ini.” Jawab Aun yang masi sama datar
“Dih semua orang juga punya masalah kali bukan lu doang” Timpal ku dengan maksud bercanda.
“Ya gua tau, kalian enak punya keluarga lengkap yang selalu ada dan happy. Lah gua? Selama ini gua bener-bener ngerasa sendiri.”
Kami semua diam dan saling tatap, tak mengerti apa yang terjadi pada Aun dan apa yang Aun maksud. Ini mengapa dia jadi sangat sensitif begini ya? Kami semua heran. Dan semuanya-pun menjadi hening.“Sisi gelap yang tak pernah terungkap,
mulai tampak dengan penuh kerapuhan.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Tell Me the Truth
Novela JuvenilAku adalah kamu yang tak pernah terungkap. Kini, mari saling terbuka dan merangkul. Jangan lagi ada luka karena menerka. Aku ingin kita bersama dan berbagi cerita. Karena kita, Adalah KELUARGA .-Prnmrn