Chapter 06

29 4 7
                                    

Sory and Thanks

"Lepasin dia atau gue panggilin polisi sekalian para abdi negara untuk membasmi sampah masyarakat seperti kalian!" Seseoang berteriak lantang di belakang kami, membuat mereka yang menariku berhenti melangkah.

Aku bernafas lega. Akhirnya, Tuhan menjawab doaku. Aku masih bisa bertemu dengan teman dan keluargaku. Aku bisa bahagia..!

"Oh, ada pahlawan kesiangan ternyata," ejek si ketua dari mereka yang berbadan paling besar. Mereka tidak lagi memegang tanganku, hingga aku bisa berlari ke arah orang yang menolongku itu.

"Tolong aku! Kumohon aku takut," cicitku berada di balik punggung laki laki itu.

"Bodoh!" Umpatnya kepadaku. Dia memasang kuda-kuda, ku pikir mungkin dia akan membasmi semua penjahat ini. Hujan masih saja turun, membuat suasana semakin tegang saja.

"Lo masih bisa lari kan? Gue punya misi sama rencana," Tuturnya tiba tiba membuatku heran. Ah! Mungkin dia akan menyuruhku berlari hingga sekarang dia yang akan berkelahi dengan orang orang ini. Keren sekali dia!

"I-Iya," jawabku dengan terbata.

"Kalo gitu, siap siap dalam hitungan ketiga lo harus nurut apa kata gue. Ngerti?" Tandasnya. Aku berdeham mengiyakan. Aku menarik nafas bersiap-siap! Aku harus meninggalkan orang ini berkelahi kan? Untuk mencari perhatiannya, hingga aku bisa kabur dari sini. Aku pasti bisa!

"Satu," orang itu mulai berhitung. Aku bersiap untuk berlari.

"Dua," jantungku mulai berdegup kencang. Takut jika aku akan gagal melakukan misi ini.

"Tiga!"

"Kabuurr!" Teriaknya sambil menarik tanganku. Aku kaget, ku kira dia bakal melawan orang yang bertubuh besar itu. Ternyata, misinya kabur.

Para penjahat itu pun juga mulai berlarian mengejarku dan orang yang menolongku. Akhirnya, kita bermain kejar kejaran. Aku kalang kabut dibuatnya. Dia berlari sangat kencang, aku tidak bisa berlari secepat itu.

"A-Aku, ca-capek! Huh..!" Nafasku tersenggal. Tapi orang ini tidak menghiraukanku dan tetap membawaku berlari.

"Gila lo ya?!" Serunya.

"Ta-tapi, huh, huh..! Be-beneran capek!" Tukasku yang hampir kehabisan nafas.

"Tahan aja!" Pintanya, aku pun tetap berusaha menyamakan langkah kakinya. Di depan ada perempatan, dia berbelok ke kiri, dan ternyata disana jalannya banyak sekali yang bercabang. Aku dan dia masuk ke salah satu jalan sempit itu. Dan terus saja berbelok belok hingga aku sendiri pusing dan takut jika jalan ini buntu.

"Woi kalian berhenti!" Teriak salah satu dari mereka, saat aku menengok ke arah belakang. Tidak ada siapa siapa. Tapi teriakan suaranya masih terdengar. Hujanpun sudah tidak sederas tadi. Hanya rintiknya saja.

Hingga kita berdua, masuk ke dalam perkomplekan saat pertama kali aku kesini ketika acara lari larian dengan orang yang aku pikir penculik sebelumnya. Aku sangat senang, disana ada beberapa anak anak yang sedang bermain hujan. Bahkan ada juga kendaraan sepeda motor yang sesekali melintas. Aku sungguh bersyukur.

Tapi, orang ini terus menariku berlari. Aku pasrah saja tidak menolak. Aku pun tidak tahu siapa dan bagaimana wajahnya. Hingga sampailah kita di atas jembatan, yang dibawahnya itu terdapat kendaraan berlalu lalang.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 31, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Be yourselfTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang