day 1: canopus

9.8K 793 118
                                    

minho menatap jalanan melalui kaca jendela seraya memutar handpohone-nya asal dengan tangan. penerbangan selama sembilan jam lebih dari jepang ke jakarta ditambah harus langsung lanjut ke bogor cukup membuat tulang punggungnya terasa ngilu. ah, dia jadi ingin cepat-cepat sampai ke villa sang ayah dan segera mengistirahatkan badannya disana.

"ndak tidur to den? nanti kalau sudah sampai bapak bangunin kok."

"tadi sudah tidur di pesawat pak. ngomong-ngomong ini masih lama ya sampainya?"

"kurang lebih 30 menit lagi den."

minho mengangguk, lalu kembali mengalihkan pandangan ke luar jendela.

dia rindu indonesia. kurang lebih sudah dua semester dia tidak kembali ke tanah kelahiran karena harus fokus mengejar target kuliah di jepang. menjadi anak tertua jelas merupakan tanggungan berat karena dia harus menjadi contoh untuk adiknya. setidaknya saat minho pulang lagi ke indonesia, dia harus membawa predikat kelulusan yang baik.

tak terasa waktu 30 menit berlalu cepat. sang supir memang sengaja memilih jalan tol agar cepat sampai. lagipula sepertinya tuan mudanya itu terlihat sudah tidak sabar ingin menyentuh kasur. mobil hitam itu berhenti tepat di salah satu villa yang berada di daerah puncak bogor. udara sejuk ditambah dengan pemandangan asri membuat minho tak henti mengagumi dalam hati. diam-diam dia berterimakasih pada sang ayah yang sudah membeli villa di daerah seperti ini.

karena koper sudah dibawakan sang supir, minho langsung melenggang masuk ke villa. dia disambut dengan meriah, ada kedua orang tuanya sekaligus sang adik. kemudian ada tante juga paman beserta sang anak hadir disana. beberapa pembantu dan tukang kebun juga berjejer rapi seakan memang sudah sengaja direncanakan.

minho tersenyum, lalu langsung memeluk kedua orang tua dan adiknya. setelah itu ia menyalam mereka satu persatu, tak lupa menyalam tante dan pamannya.

"aduh, makin ganteng aja kamu minho, dulu padahal masih dekil, sukanya main tanah bareng pamanmu." ujar sang tante seraya menahan tawa.

"ya kan sudah gede tan, sudah ngerti pakai skincare." sambung minho lagi dengan nada bercanda.

lalu badannya bergeser, berganti menyalam pembantu dan tukang kebun yang ada di sana. meski berstatus sebagai tuan muda, minho sudah dididik untuk menjunjung tinggi sopan santun dan saling menghormati. tidak perduli status atau kasta, rendah hati tetap hal yang utama.

"ternyata seganteng ini. nyonya sering ceritain den minho ke saya lho."

minho hanya bisa tersenyum ramah, "makasih bi. umㅡ"

"panggil aja bi eka."

"makasih bi eka."

lalu minho bergeser lagi ke kanan. dia menemukan sosok remaja yang berdiri gugup di tempatnya. remaja laki-laki itu berwajah manis, pipinya gembil dengan warna kemerahan yang lucu, mungkin karena efek udara yang cukup dingin. tubuh kurusnya dibalut dengan seragam batik dan celana abu-abu.

masih sekolah toh, batin minho.

remaja itu mengulurkan tangan berniat menyalam, dan dengan canggung minho mengulurkan tangan guna membiarkan anak itu mengecup punggung tangannya sebagai tanda sopan santun pada yang lebih tua.

"aelamat datang, mas minho." cicit remaja itu pelan. pipinya jadi sedikit lebih merah dari sebelumnya.

minho mengangguk, "namanya siapa?"

"jisung niscala."

"salam kenal dek." ucapnya seraya mengusak surai halus jisung.

setelah acara penyambutan, mereka langsung masuk ke ruang tamu. waktu dihabiskan sekitar 20 menit untuk saling berbincang, lalu minho izin untuk mengistirahatkan badan di kamar, sementara yang lain sudah kembali pada kegiatan masing-masing.

candala | minsung ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang