"loh jisung, nggak sekolah ya?" minho menatap tubuh kecil jisung yang terbalut kaus putih berlapis jaket kebesaran dan jeans pendek selutut tengah menumpu keranjang rotan di pinggangnya.
yang merasa dipanggil berbalik, menemukan minho yang sepertinya baru selesai melaksanakan ibadah shalat subuh. terbukti dengan baju koko berwarna merah marun serta sarung coklat kotak-kotak yang masih melilit di pinggang. sementara sebuah peci hitam dengan ornamen emas tergenggam di tangan.
jisung terpana. ternyata selain pintar, mas minho juga sepertinya calon imam yang baik ya?
"ndak mas, ini kan hari sabtu. sabtu sama minggu saya libur."
"oh, mau kemana pagi-pagi udah bawa keranjang?"
"mau panen tomat sama timun di kebun. disuruh buk'e. kalau gitu saya permisi mas."
"tunggu dek. boleh saya ikut?"
"mas minho mau ikut, yakin?"
minho menyugar rambutnya yang masih lembab ke belakang menggunakan jari, "iya. tunggu 5 menit ya, saya ganti baju dulu."
jisung menurut. dia duduk di kursi meja makan sambil memangku keranjangnya. sungguh, jisung tak menyangka minho ingin ikut juga.
tak lama minho keluar dari kamar dengan penampilan yang berbeda. celana training panjang berwarna hitam membalut kaki jenjangnya. sementara untuk atasan, minho mengenakan kaus oblong lengan panjang serta jaket abu-abu.
"ayo berangkat dek."
mereka berjalan dengan jisung sebagai pemandu. meski belum jam 6 pagi, tapi jalanan sudah cukup terang sehingga mereka tidak perlu repot menggunakan penerangan tambahan.
"hati-hati mas. embun, nanti mas kepeleset."
"harusnya kamu yang hati-hati, badanmu kan kecil." timpal minho.
"ya mas dong, kan mas belum pernah kesini sebelumnya." sanggah jisung tak mau kalah. remaja kelas 2 sma itu berjalan lebih cepat sambil menghentak tanah.
lucu sekali.
"dek, marah ya?" tanya minho yang masih ada di belakang jisung.
sekarang mereka sudah sampai di deretan kebun timun. junjung-junjung kecil setinggi satu setengah meter ditancap sebagai penahan sulur tumbuhan timun, menciptakan lorong hijau yang memikat mata. sejuk sekali dipandang. belum lagi timun-timun segar yang siap dipanen bergelantungan seolah memanggil untuk dipetik.
"aku ndak marah."
"tapi kok nadanya kesel gitu? marah nih pasti."
"ndak ih!"
"ngaku deh, pasti marah kan?"
langkah jisung terhenti karena lengannya terasa ditarik. badannya nyaris terhuyung ke depan kalau saja minho tidak menahannya. bahkan keranjang coklat yang tadi dia bawa sudah jatuh ke tanah.
"kamu marah sama omongan saya tadi? maaf, ya?" pinta minho. nadanya melembut dengan senyum manis tersisip dibibir.
jisung masih ingin ngambek, tapi menyadari posisi mereka yang terlalu intim, dia asal mengangguk saja. berada di posisi nyaris tak berjarak dengan minho membuat kerja jantungnya jadi tak karuan. buru-buru jisung berdehem untuk mengusir rasa canggung.
"j-jisung ndak marah mas." gumamnya kecil sambil menunduk.
"serius?"
"he'em."
"bagus kalau gitu."
jisung mendongak lagi untuk menelisik wajah putih minho. ia mendadak khawatir saat menatap bibir yang lebih tua terlihat sedikit bergetar.
KAMU SEDANG MEMBACA
candala | minsung ✔
Fanfictionㅡ ❝ liburan minho di villa sang ayah mempertemukan dirinya dengan sosok remaja manis bernama jisung niskala. ❞ dom! minho sub! jisung