01.

65 2 0
                                    

kaki kecilnya membuatku semakin bergairah dalam loncatannya yang indah. gerakannya sangat mempesona bahkan nyaris sempurna menjadi gila dilihatnya. waktu terus bermain dengan gembira baginya. tak mampu menahannya dia berjalan maju perlahan menanti kaki itu datang kepadanya.

"Azalia"

gadis kecil itu menoleh kearah suara yang memanggil namanya dengan memperlihatkan giginya yang ompong.

"yes teacher"
"ayo sudah saatnya untuk makan malam"
"ah... secepat itu?"
"ya"
"jam berapa sekarang, teacher?"
"aku rasa sudah jam 7 malam"
"baiklah, teacher"
"apa mama akan menjemputmu?"
"tentu saja"

tangan kecil itu menggenggam erat tangannya, dadanya berdegup kencang ketika jari kecil itu membelai lembut telapaknya. senyum mengembang di wajahnya melihat bagaimana cara Azalia tidak menyukai makan malamnya.

"ada apa"
"aku tidak suka"
"tapi kamu harus"
"teacher , tidak adakah makanan lain"
"tentu saja tapi teacher tidak nyakin kamu akan menyukainya"
"benarkah, apa itu?"

didorongnya makanan di meja dan menunggu kelanjutan teacher yang bergerak mengambil sesuatu dari lemarinya. tangannya memegang sesuatu yang berwarna merah muda diatasnya terdapat krim. matanya membulat tergiur dengan bentuknya yang menawan.

"teacher, berikan padaku"
"tapi setelah makan ini kamu akan merasakan tidak enak badan"
"tidak apa-apa asal teacher menjagaku"
"baiklah tetapi jangan katakan pada mamamu"
"mengapa?"
"aku tidak ingin dimarahin dan kamu tidak akan bisa lagi menari"
"tentu saja tidak, teacher"

diberikan makanan itu kepadanya, gadis kecil bernama Azalia segera memakannya sedangkan ia diam memperhatikan menunggu reaksi makanan itu. selesai makan Azalia merasa tidak nyaman bahkan terasa panas dingin pada tubuhnya.

"teacher, aku tidak enak badan"
"kemari lah biar aku melihatnya"

Azalia mendekati dirinya dan duduk di pangkuannya. sejenak ia membiarkan untuk menikmatinya dan menyesuaikan ritme yang mulai dirasakan Azalia.

"teacher, badanmu dingin"
"tentu saja"
"bolehkah aku membuka pakaianku, aku merasa kepanasan"
"tentu saja"

ia membantu Azalia membuka pakaiannya dengan hati-hati, setiap gesekan di bagian bawahnya membuat ia tidak bisa bertahan lebih lama lagi. dipandanginya Azalia yang sudah telanjang bulat tanpa sehelai benangpun. tonjolan di dadanya belum sempurna untuk disentuh tapi ia menyukainya. disentuhnya pelan sekali, dua kali hingga Azalia mendesah. diangkatnya badan Azalia untuk dibaringkan ke ranjang miliknya.

"beautiful"
"teacher, panas"
"sebentar"

mulutnya mulai bergerak perlahan menyentuh yang seharusnya tidak disentuh. lidahnya membuai bagian bawah Azalia yang belum ada bulu.

tak sanggup lebih lama lagi, lidahnya mulai masuk kedalam untuk membuai Azalia sementara tangannya yang satu lagi mengocok miliknya hingga keluar. rasa manis keluar dari bagian bawah milik Azalia , ia bersorak gembira. dihisapnya sampai tak bersisa. Azalia yang tidak mengerti hanya mampu merespon dengan alami badannya.

berulangkali ia melakukannya supaya badan Azalia mengenali sentuhannya.

"kau milikku Azalia Faraqu"

setelah itu ia membersihkan dirinya serta Azalia yang tergolek lemas dan mulai tertidur. dipakaikan kembali bajunya sehingga tidak terlihat terjadi sesuatu padanya.

"aku akan menunggumu baby qu"

ditutupnya pelan tubuh Azalia dengan selimut tebal, ia melangkah menuju pintu dan menutupnya perlahan.

sejenak ia mengagumi keindahan wajah Azalia lalu berjalan mengambil minuman favoritnya. terdengar suara ketukan pintu di luar apartemennya. diliriknya jam menunjukkan pukul sembilan. iapun beranjak dari duduknya untuk membuka pintu.

"hai kayana"
"maaf Baron, aku ada rapat yang tidak bisa aku alihkan"
"tidak masalah, masuklah, Azalia sudah tidur"

Baron membiarkan kayana masuk kedalam apartemen dan duduk di sofa.

"Baron"

Baron diam memperhatikan tingkah kayana yang seperti cacing kepanasan. kayana baru saja masuk kedalam kamar Baron dan mendapatkan putri kecilnya tertidur pulas.

"kapan kamu menikahi aku?"
"kamu tahu status pernikahanmu masih tidak jelas"
"aku tahu"

kayana mendekat dan duduk dipangkuan Baron. diletakkannya kepalanya di bahu Baron.

"bisakah kita melakukan itu?"
"apa itu yang kamu mau kayana?"
"aku merasa membutuhkan dirimu malam ini"
"as you wish my dear"

kayana mengangkat kepalanya dari bahu Baron dan mencium bibir Baron dengan nafsu yang menggelora. Baron hanya mengikuti keinginan kayana, ia membayangkan baby qu yang melakukannya. desahan dan erangan kenikmatan keluar dari mulut Baron ketika kayana bergerak ke bawah memulai dengan cepat menghisapnya bahkan kayana tak sabar untuk segera memasukkan kedalam miliknya.

Baron mengambil kondom di lemari kecil dekat sofa kemudian memasangkannya pada miliknya.

"Baron cepatlah"
"aku datang"

teriakan kayana yang tidak dapat ditahannya ketika dimasuki oleh Baron yang lumayan besar. Baron memacunya cepat. kayana terus mengeluarkan bunyi-bunyian yang tidak disukai Baron , cepat ditutup bibirnya dengan bibir Baron.

gelombang kenikmatan datang secara bersamaan, mereka berdua terdiam sejenak untuk menetralkan nafasnya yang memburu. Baron menariknya keluar dan membersihkan dirinya. kayana diam tak bergerak. ia berfikir selalu seperti ini, percintaan singkat dan membuatnya kecanduan.

diambilnya cepat pakaiannya untuk dipakai sendiri olehnya, Baron mengambil minuman favoritnya setelah memakai celananya.

"aku akan membawa Azalia pulang"
"menginap saja disini, kasian Azalia selalu kesana kemari"
"tapi.."
"ini sudah malam, besok pagi setelah sarapan kamu bisa membawanya"

kayana memang sangat lelah sepanjang hari ini dengan rapat yang dipimpin langsung olehnya dan percintaan dasyat yang baru saja terjadi.

"tidurlah diruang tamu"
"tapi Azalia"
"biarkan saja di kamarku, Azalia sudah tidur pulas, jangan diganggu"
"baiklah"

kayana mencium sekilas bibir Baron , ia melangkah menuju kamar tamu yang memang selalu ia tiduri kalau terpaksa menginap di apartemen Baron.

terlalu lelah kayana merangkak naik keatas ranjang dan membiarkan tubuhnya beristirahat cepat memasuki mimpi. sedangkan Baron masih di tempatnya menunggu kayana benar-benar tidak lagi bergerak.

dihitungnya dalam hati barulah ia berjalan menuju kamarnya, dikuncinya pintu kamarnya. berbalik melihat kaki Azalia sudah tidak terselimuti. ia mendekati ranjang dan mulai melepaskan pakaian Azalia seluruhnya lalu iapun melakukan hal yang sama. setelah selesai ia masuk mendekap Azalia serta menutupnya dengan selimut yang sempat dilempar Azalia di lantai.

Azalia merapatkan badannya dalam pelukan Baron begitu Baron memeluknya. Baron tersenyum puas. di ciumnya lembut bibir kecil Azalia serta tangannya mengusap-usap pelan seluruh tubuhnya memberikan kehangatan yang dibutuhkan Azalia. respon primitif dari Azalia yang disukainya membuat dirinya mengerang nikmat ketika miliknya berada pas dengan milik Azalia, didorongnya pelan masuk kedalam.

Azalia bergerak-gerak merasakan sakit yang teramat sangat sehingga terbangun.

"teacher? sakit..apa ini"
"sebentar lagi tidak akan"

Baron mengerakkan sangat perlahan supaya Azalia merasakan kenikmatan dan kenyamanan yang dirasakannya. Baron terus mengerakkan miliknya. Azalia mendesah tak karuan bahkan seperti mengikuti gerakan baron.

"baby qu..aku tidak kuat lagi"

akhirnya Baron melepaskan semuanya didalam Azalia yang menerimanya dengan semburan yang sama. berulangkali ia melakukannya. Azalia yang tidak mengerti apakah itu terus mengikuti keinginan Baron yang tiada habisnya. darah segar keluar membasahi seprai ranjang tapi Baron tidak peduli.

puas dengan hasil karyanya, Baron ambruk disamping Azalia.

"tidurlah baby qu"
"ya teacher. mami sudah datang?"
"tentu saja"
"dimana?"
"ada dikamar tamu"
"sakit teacher"
"besok tidak akan, sekarang tidurlah"
"baiklah"

Baron menariknya perlahan lebih rapat ke tubuhnya, tak lama kemudian mereka berdua tertidur pulas.

Love at the edge of the island ( cinta diujung pulau)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang