bab 3.

51 1 0
                                    

matanya terpejam menikmati sensasi empuk yang dirasakannya ketika ia merapatkan bantalnya, harum pikirnya mencium bantal. tangannya bergerak mengelus bantal tersebut ketika dirasakan tangannya menyentuh beberapa yang sedikit keras. keningnya mengerut tapi enggan membuka mata. di gerakkannya untuk melemaskan bagian bantal yang keras.

mata Baron terbuka lebar-lebar merasakan sentuhan Azalia yang sangat-sangat tidak bisa ditolerir, masalahnya bagian yang di pegang adalah bagian bawahnya yang sejak tadi bangun. hati Baron mengumpat semua kata yang sanggup ditahannya disela nyaris desahannya keluar karena kekuatannya setipis ember bocor.

tangan Azalia terus bergerak perlahan dengan sesekali mencium bantalnya, ia sangat menyukai keharuman bantalnya. hembusan angin AC menambah minatnya untuk terus bersama pulau kapuk, tak berniat ingin bangun.

"pagi, baby qu"bisiknya serak basah oleh gairahnya sendiri yang bertambah parah melihat pandangan mata Azalia serta bibirnya.

otak Azalia macet total menjadi tersendat aliran darahnya untuk merespon sapaan yang diberikan baron. Baron bangun sambil menyingkirkan tangan Azalia lalu mencium bibirnya sekilas sebelum meninggalkan Azalia.

Azalia memerlukan waktu yang cukup lama untuk mengetahui kondisi disekitarnya. diingatnya terakhir kali ia naik mobil Baron untuk pulang ke rumahnya tapi kok bisa berada disini. perlahan dibuka matanya lalu duduk memperhatikan sekelilingnya dengan seksama.

"ini bukan kamarku"katanya pelan. Azalia kebingungan mengapa berakhir tidur disini.

sementara didalam kamar mandi, Baron mandi dengan semangat juang tinggi. ritual yang sepertinya akan sering dilakukannya untuk mengeluarkan air bah dari juniornya sejak tangan Azalia sudah menyentuhnya.

"menyenangkan"gumamnya disela membersihkan air yang menetes ditubuhnya dengan handuk.

ketika keluar dari kamar mandi, ia tertegun melihat Azalia yang memperlihatkan bagian atas tubuhnya, tampak dua apel merah mengundang siapapun untuk menggigitnya.

"apa kamu ingin menggodaku?"

Azalia menoleh kearah suara Baron lalu melihat dirinya, spontan ia menutup dengan telapak tangannya.

"itu... bagaimana..."
"lebih baik kamu berpakaian, kita bicara setelah makan"

Baron bersikap biasa saja walaupun sejujurnya ia mengumpat lagi dengan cara yang paling pelan. juniornya menunjukkan taringnya yang tidak dapat dibantah. diambilnya baju dan celana bersih kemudian masuk kedalam kamar mandi untuk melakukan hal yang paling dibencinya untuk mandi kedua kalinya dengan sentuhan lembut sabun yang banyak.

Azalia bergegas bangun melihat Baron masuk kedalam kamar mandi, dicarinya tisu dan mengelap tangannya serta apelnya yang sedikit lengket , entah karena apa. baru setelah itu cepat ia berpakaian. ia sangat malu dengan kondisinya yang tertidur tanpa berpakaian apapun.

"astaga apa yang kulakukan...mati aku dipecat"katanya pelan sibuk merapikan rambut tanpa menyadari Baron sudah ada di belakangnya.

"apa masih lama?"

Azalia berbalik malu kearah Baron yang sudah siap seperti model yang keluar dari majalah fashion. azalia mengangguk pelan sedangkan Baron terpaksa harus menelan ludahnya sendiri susah payah melihat penampilan Azalia yang siap untuk disantap.

"ikuti aku"katanya melangkah keluar kamar menuju ruang makan diikuti Azalia yang sesekali celingukan melihat perabotan yang dilihatnya.

"duduk"katanya lagi menarik tangan Azalia yang masih saja tidak menyadari sudah berada depan meja makan. Azalia menurut duduk di sampingnya Baron.

Love at the edge of the island ( cinta diujung pulau)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang