Terjebak Sebuah Perasaan

Prolog

Dengan kasarnya gadis itu menghempaskan tangan Flo dan sedikit mendorong tubuhnya hingga dia terjatuh.

"Lo gak pantes buat Vian! Lo itu cuma cewek gak guna yang hobinya nyusahin dan buat malu Vian, sadar diri dong lo! Lo itu gak ada apa-apanya jika di bandingin sama gue, selama ini Vian telah dibutakan sama cinta lo yang gak penting itu, kalo gue jadi Vian, uda dari dulu lo gue tinggalin!" Bentaknya kasar sembari menunjuk-nunjuk tepat di depan wajah Flo. Bosan melihat Flo yang kini sangat menyedihkan, gadis itu beranjak dari tempatnya dengan smirk evilnya.

Perlahan tubuh itu menjauh hingga tak terlihat lagi, langkah kaki itu tak terdengar lagi, bahkan tak ada teriakan-teriakan khas gadis yang sedang marah, tinggallah Flo yang saat ini terlihat menyedihkan. Masih pada posisinya yang terduduk di tanah, mata yang tak lagi berkaca-kaca melainkan sudah jatuh membasahi pipi mulusnya.

Siapa saja yang melihatnya pasti tidak akan tega dengan keadaannya. Niat Flo hanya ingin membuat kekasihnya itu bahagia, tapi ternyata harapan Flo hancur berantakan, dia telah membuat kekasihnya marah bahkan sampai membentaknya di depan teman-temannya, dan lagi kekasihnya lebih memilih pergi bersama gadis lain tanpa memikirkan perasaannya.

Sedangkan di tempat lain, Vian tidak sedikit pun mengkhawatirkan kekasihnya. Amarah telah menguasai dirinya dan saat ini dia sibuk dengan obrolan-obrolan bersama temannya dan juga gadis yang selama ini menjadi sahabatnya.

Sementara Flo, terus memikirkan Vian, apa yang sedang lelaki itu lakukan, apakah dirinya masih marah dengan Flo? Atau bahkan benci dan ingin mengakhiri hubungan mereka, Flo hanya bisa menerka-nerka. Perubahan Vian sangat drastis, dulu terlihat lembut bahkan sekarang terlihat sedikit kasar. Dulu memprioritaskan dirinya, sekarang seolah-olah dirinya tak lagi penting.

Kenapa harus begini? Kenapa harus terjebak di sebuah perasaan yang membingungkan begini. Harus apa? akhiri atau jalani? Batin Flo.