Malam Itu

7.7K 485 113
                                    

Perhatian! Bagian ini mengandung adegan yang tidak layak bagi anak di bawah umur!

Dimohon kebijakannya dalam membaca.

.

.

.

"Pintunya kekunci, kita ga bisa keluar"

Deg!

"H-hah? Oi Boke, jangan bercanda anjir, ga lucu", Kageyama berkata dengan sedikit panik.

"Aku serius Kageyama. Pintunya beneran kekunci, gimana dong?!", jawab Hinata yang sudah jauh lebih panik dari Kageyama.

"Daichi-san ngasih kunci kan tadi?", Kageyama bertanya was-was walaupun ia sudah tau jawabannya.

"Enggaaa, gimana dong Kagee, masa kita harus nginep di gym sampe besok?"

"Besok libur lagi anjir, gua coba telepon Daichi-san deh", Kageyama berkata sambil merogoh sakunya.

"Sial, ga ada batre, kalem gua charge dulu, untung bawa charger-an di tas. Hape lu ada batre?", sedikit panik, Kageyama segera mencari stop kontak di dinding gym.

"HPku di tas, tasnya di luar gym. KAGEYAMAAA, GIMANA DONG, AKU TAKUT NIHH", Hinata berteriak, merengek seperti anak kecil.

"Ya abis gimana, mau ga mau malem ini harus tidur di gym, ga bisa keluar juga", jawabnya sambil berjalan ke arah stop kontak yang lumayan jauh.

Tiba-tiba, Hinata merasa ada yang aneh dengan tubuhnya. Sedikit panas dan geli, tanpa sadar ia mendesah kecil, untungnya Kageyama tidak mendengar.

Masih disibukkan dengan HPnya, Kageyama tidak melihat Hinata yang sedikit gelisah dan sedang mencoba meraba bagian tubuhnya sendiri, mencari titik nyaman bagi dirinya.

"Ka-kageyama, badanku an-annehh", suara nya tercekat.

"Bentar, gua urusin HP dulu", Kageyama menjawab tanpa melirik Hinata sedikit pun.

Namun, Kageyama terlonjak kala Hinata berkata diselingi dengan desahan tertahan,

"Nnghh, Kageyam-ahh. Rasanya panass"

Kageyama segera memutar pandangan ke pojok ruangan dimana Hinata berada.

"HINATA BOKE, APA YANG KAU LAKUKAN BODOH?!" Kageyama berteriak kala apa yang dilihatnya sungguh di luar nalar.

Hinata disana, dengan wajah yang memerah. Mulutnya terbuka, meneteskan air liur yang lumayan banyak. Kaus olahraganya sedikit tersingkap kala tangan kanannya memainkan suatu benda di dadanya. Sementara tangan kirinya menyusup ke dalam celananya sendiri, mengocok pelan batang yang tertutupi fabrik hitam itu. Desahan-desahan kecil keluar dari bibirnya, mata sayunya tampak mengundang.

Iman Kageyama mulai goyah dan tergoncang.

"Kh-kagheyama ahh, tolong akh-aku!", irisnya tampak hampir mengeluarkan air mata walau tangannya tak berhenti bekerja.

Tanpa sadar, Kageyama melangkahkan kakinya mendekat. Wajahnya pucat, matanya terbelalak tak percaya. Pemandangan apa yang ada di depannya ini?!

"B-boke, kau mengonsumsi sesuatu tadi?", tanya Kageyama, mencoba mempertahankan akal sehatnya.

KageHina! Sial atau Untung?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang