Pagi

4.7K 360 45
                                    

.

.

.


Kageyama terbangun. Cahaya matahari yang merembes lewat celah jendela gymnasium memasuki indera penglihatannya. Matanya mengerjap, membiasakan diri dengan situasi di sekitarnya.

Kageyama bingung.

Deru napas manusia di sebelah buatnya tersadar dan melirik insan yang masih tertidur pulas, sambil memeluk perutnya erat—pantas saja Kageyama sempat merasa perutnya terbebani sesuatu.

Tunggu. Kageyama makin bingung.

Kenapa si jeruk keprok ini bisa ada di sampingnya? Tidak, tidak. Pertanyaan sesungguhnya adalah-

KENAPA MEREKA TIDUR BERSAMA DI ATAS MATRAS DALAM GYM KARASUNO?!

Kepalanya pening. Butuh beberapa menit sampai Kageyama mengingat semua kejadian yang menimpanya semalam.

Tentang dirinya dan Hinata yang terjebak dalam gym. Tentang Hinata yang menggila di bawah pengaruh obat perangsang. Tentang Kageyama yang tak dapat menahan nafsunya. Tentang mereka berdua yang melakukan ahem-ahem, lalu tertidur pulas sampai pagi ini.

Kageyama memutar kilas balik. Sepertinya ada satu bagian penting yang terlewat.

"A-aku menyukaimu!"

"Aku juga"

"Hinata—tidak, Shouyou! Mau jadi pacarku ga?"

"Ya mau lah"

Nah, Kageyama ingat. Mereka sudah pacaran rupanya.

Satu detik

Dua detik

Tiga detik

AARGHH! LAH IYA. GUA UDAH JADIAN SAMA SI KEPROK. NAPA BISA LUPA DAH?!

Rona merah merambat hingga ke ujung telinga. Entah bagaimana, degup jantungnya seperti berdetak lebih kencang dari biasa.

Apa-apaan. Kageyama merasa seperti gadis remaja yang baru mengenal apa itu cinta.

Setelah menenangkan diri, perlahan senyum kecil terpatri di wajahnya. Sambil memiringkan tubuh, Kageyama genggam pergelangan tangan Hinata lalu mendekapnya di dada.

Kemudian ia memandang wajah mungil itu. Bulu matanya yang lentik. Kulitnya yang mulus. Serta bibir peach tipis milik Hinata.

Sebelah tangan terulur. Menangkup pipi chubby milik pemuda yang masih bergelung di bawah jaket Kageyama. Perlahan tapi pasti, Kageyama pandangi sekilas wajah kekasihnya, lalu mengecup pelan bibir Hinata.

Lagi, Kageyama tersenyum. Ia memundurkan wajahnya, kemudian mengusak-usak pelan rambut oranye lembut. Sedikit merengut, Hinata pun terbangun.

Tanpa melirik Kageyama sedikitpun, Hinata terduduk. Meregangkan otot lengan, menguap lebar sekali, lalu menggaruk tengkuknya.

"Udah bangun? Lama banget lo tidurnya elah. Perut gue kram woy", Kageyama berujar santai.

Dengan mata melotot dan wajah horor karena terkejut, Hinata segera memalingkan wajah ke arah Kageyama.

" UWAAHH!! K-KAGEYAMA KAMU NGAPAIN DISINI?"

Tanpa berlama-lama menebak pun Kageyama sudah tau dengan jelas. Hinata juga belum ingat kejadian semalam. Maka Kageyama pun menjawab dengan nada datar,

"Lebay lo Boge. Masa ga inget kemaren kita kejebak di gym, trus lo kerangsang gegara minum aernya Kenma-san, abis tu kita ninuninu. Trus lo bilang lo suka sama—"

"UDAH-UDAH CUKUP. AKU UDAH INGET!", Hinata berteriak dengan wajah semerah tomat.

Kageyama terkekeh pelan, kemudian ia melanjutkan,

"Trus lo bilang suka sama gue, gue juga. Dan sekarang kita udah resmi pacaran"

Kageyama tersenyum. Senyumnya bisa dibilang lebih dari sekedar tulus. Kageyama sangat tampan sekarang. Sungguh, Hinata terpana.

"Kenapa? Gue ganteng ya?"

Oke. Biarkan Hinata menarik kembali kata-katanya tadi. Kedua telapak tangan menutupi wajahnya. Hinata malu rupanya kawan.

"A-apaan sih", cicitnya.

Kageyama segera menarik bahu Hinata, mendekapnya lalu tertawa lepas.

"Canda elah Shouyou. Gausah malu-malu gitu kali", Kageyama berkata lembut sambil mengecup puncak kepala si jingga.

Hinata yakin kini wajahnya dua kali lipat lebih merah dari sebelumnya. Tapi hal itu tidak membuatnya ragu untuk balas memeluk Kageyama. Beberapa menit dalam posisi seperti itu, Hinata pun angkat suara,

"Nee, Kageyama. Telepon Daichi-san sana. Biar bisa pulang"

Kageyama yang tadinya sedang menghirup dalam-dalam wangi dari helai oranye itu pun mendadak tersadar bahwa mereka masih di dalam gym Karasuno.

Mengangguk, ia pun beranjak dari tempatnya lalu mulai menghubungi kapten tim mereka.

.

.

.

"Duh. Kageyama, Hinata. Maaf banget gua kemarin lupa ngasih kunci"

Daichi berkata agak lantang dengan nafas yang memburu. Rupanya setelah Kageyama menelepon, Daichi segera berangkat ke sekolah, berlari dengan Suga.

"Iya gapapa Daichi-san. Makasih udah dateng cepet ke sini", ujar Kageyama.

Sementara Daichi dan Kageyama mengobrol, Suga pun memperhatikan keadaan Hinata dari atas hingga bawah. Hinata memang sudah berpakaian dengan benar, tapi kemampuan Suga dalam mengamati bukanlah hal yang bisa dihindari begitu saja.

"Hinata, kalian semalem ngapain aja?", Suga tersenyum. Tapi siapapun juga tau benar bahwa Bunda Karasuno sedang menahan amarah.

"A-a-anu Suga-san. Ki-kita cu-cuma-", Hinata menunduk, ucapannya terbata-bata. Ia takut, jelas.

Melihat hal itu, hati Suga melembut. Ia menepuk pelan kepala Hinata,

"Maa, maa. Udah lupain aja, jangan dibawa serius. Btw, kalian udah jadian belom?"

Mendengar nada bicara Suga yang sudah seperti biasa, Hinata pun mengangkat kepalanya, lalu mengangguk dengan mata berbinar.

"U-udah ko, hehe", cengiran khas terpatri diwajahnya.

Suga tersenyum lalu berkata, "Bagus deh kalau udah. Semoga langgeng ya Hinata".

"Iya! Makasih ya Suga-san!", jawab si oranye sambil mengangguk antusias.

.

Setelah membicarakan beberapa hal, mereka pun kembali ke rumah masing-masing, dengan Kageyama yang mengantar Hinata pulang sampai ke rumahnya.

.

.

.

Oke guys, aku minta maaf buat yang ngira ini cuma dua chapter trus beres. Aku kemarin sempet bingung mau nulis apa. Intinya kena writer block gitu 😥.

Chap abis ini tu tentang Kuroo sama Kenma ya. Ceritanya Nekoma baru pulang dari Karasuno, jadi pas lagi di jalan gitu. Tapi emang pendek doang sih.

Makasih banget yang udah luangin waktu buat baca cerita ini 😆.

KageHina! Sial atau Untung?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang