10

90 26 3
                                    

Happy reading. 💜

***

Setelah melihat sendiri Kak Mirdan bersama Anisa, membuatku semakin yakin banyak anak-anak yang menjalin hubungan diam-diam selain aku dan Kak Nando. Namun, perang dingin dan peraturan tidak tertulis antara ekskul Pramuka dan Paskib, membuat pasangan tersebut menyembunyikan hubungan mereka.

Peraturan itulah penyebabnya!

“Kak, ini pertanda baik dong,” kataku bersemangat.

Sayangnya, Kak Nando berpikir sebaliknya. Ia menggeleng, wajahnya terlihat lesu.

“Ini bukan pertanda yang baik, Ran,” ucapnya pelan.

Aku mengernyit.

“Bukan pertanda baik gimana?”

“Kalau ketua ekskul pramuka dan paskib sama-sama melanggar peraturan, pasti anggota yang lain akan berontak. Mereka nggak akan setuju. Pasti akan ada permusuhan lain yang terjadi karenanya.”

Aku menggeleng. Menatap Kak Nando, tersenyum merendahkan.

“Kakak terlalu takut. Terlalu berpikiran negatif.”

Lagi, Kak Nando diam.

Karena Kak Nando tak kunjung bicara setelahnya, aku hanya menghela napas. Menatap lurus ke luar pagar. Ke jalan yang dilewati beberapa motor.

Setelah pulang dari jogging, kami langsung duduk di teras. Berbicara dengan suara yang dikecilkan agar tidak membuat Kak Aldo curiga. Namun, walau aku sudah berusaha mengecilkan volume suaraku, tetap saja nada suaraku selalu meninggi. Emosiku yang memuncak adalah faktornya.

“Kak, apa hubungan kita akan tetap seperti ini?”

Kak Nando menoleh. Tatapannya kali ini sangat sulit kuartikan.

“Maaf, Ran, tapi kalau melihat kondisi yang seperti ini …,” Kak Nando menghela napas panjang. “aku rasa harus tetap dirahasiakan.”

Aku terdiam, begitu juga Kak Nando.

“Apa nggak ada jalan lain, Kak?” tanyaku penuh harap. “Apa aku keluar aja dari pramuka?”

Kak Nando tersentak. Cepat-cepat ia menoleh.

“Jangan! Kamu nggak perlu keluar dari pramuka, Ran.”

“Terus kita mesti gimana, Kak?”

“Apa segitu pentingnya hubungan ini diumbar ke semua orang, Ran?” Kak Nando balik bertanya.

Aku menunduk. Pertanyaan Kak Nando seketika membuatku bungkam.

Kalau boleh jujur, aku tidak mempermasalahkan hubungan kami. Namun, dengan adanya peraturan anak paskib yang dilarang pacaran dengan anak pramuka, pun dengan Kak Dani yang getol mendekatiku, membuatku ingin sekali mengatakan pada semua orang kalau aku dan Kak Nando adalah pasangan kekasih.

Perlahan aku menggeleng.

“Aku nggak masalah. Tapi, aku nggak bisa bersikap seolah nggak kenal kamu di sekolah. Saat lewat di depan kamu, aku sebisa mungkin nggak noleh. Itu yang aku nggak bisa.”

Aku meremas tanganku dengan gusar.

“Mungkin orang-orang nggak perlu tahu kita ada hubungan. Tapi, kalau memikirkan hal itu, lama kelamaan aku sakit, Kak.”

Kuberanikan diri menatap Kak Nando.

“Untuk sekali aja, aku ingin ada orang lain yang tahu dengan hubungan kita.”

“Kalau aku yang tahu, apa itu cukup?”

Aku dan Kak Nando tersentak saat sebuah suara menginterupsi kami. Mata kami terbelalak lebar saat melihat Kak Aldo berdiri di depan pintu. Senyum jail terbit di wajahnya saat berjalan mendekati kami.

“Kalau aku orang pertama yang tahu hubungan kalian, apa kalian keberatan?”

Aku dan Kak Nando berdiri serentak. Sama-sama menatap Kak Aldo yang bergantian menatap kami. Tak lama, Kak Aldo terkekeh. Mengusap puncak kepalaku dan menepuk pundak Kak Nando.

“Kalau kalian saling suka, kenapa mesti disembunyiin?”

Diam-diam kulirik Kak Nando. Pemuda itu tersenyum kaku saat Kak Aldo menatapnya lekat.

“Aku nggak masalah kalau kalian pacaran.” Kak Aldo kembali terkekeh. “Yang aku nggak suka, kenapa kalian mesti pacaran di belakang aku?”

“Maaf.” Kak Nando berujar pelan. “Aku nggak bermaksud main di belakang. Aku cuma nggak mau hubungan aku dan Rana akan mengganggu persahabatan kita.”

Kak Aldo mengernyit mendengarnya. Ditinjunya lengan Kak Nando.

“Hei, siapa yang bilang kalau itu akan mengganggu persahabatan kita? Aku nggak masalah kalau kamu suka sama Rana yang bawel ini.”

Aku melotot saat Kak Aldo mengataiku bawel.

“Siapa juga yang bawel?” belaku.

“Yang pasti, aku nggak mau kalian pacaran di belakang aku lagi.” Kak Aldo tak mengubris ucapanku.

“Jadi, Kakak ngebolehin aku pacaran sama Kak Nando?” tanyaku senang.

Kak Aldo menjitak kepalaku, gemas.
“Emang siapa yang ngelarang?”

“Sakit tahu!”

Aku hendak membalas, tapi Kak Aldo mengelak dengan cepat. Melihatku yang merengut membuat Kak Aldo tertawa senang.

“Sebenarnya aku udah lama curiga.” Kak Aldo bersedekap. “Kalian terlalu dekat untuk sekedar jadi teman belajar bareng.”

Diam-diam aku dan Kak Nando saling melirik. Aku kemudian menunduk karena tidak tahan bertatapan dengan Kak Nando lebih lama.

“Udah jalan berapa lama, nih?”

Aku menghitung dalam hati. Sebelum sempat aku suarakan hasil hitunganku, Kak Nando sudah lebih dulu bersuara.

“Sudah sepuluh bulan. Sekali lagi maaf menyembunyikannya selama itu.”

Aku seketika melongo. Tidak mengira Kak Nando mengingat berapa lama hubungan ini terjalin. Tidak biasanya cowok mengingat berapa lama mereka berpacaran.

“Hm, lumayan.” Kali ini Kak Aldo melirikku. “Kok kamu bisa mau sama si bawel ini, Ndo?”

Kak Nando terkekeh. Menggeleng pelan sebagai jawabannya.

“Mungkin karena dia bodoh makanya aku suka. Karena aku pengen ngajarin dia biar pinter.”

Aku melongo. Tahu ke mana arah pembicaraan kedua cowok di dekatku ini.

“Pasti mau ngeledek lagi kayak biasanya,” gerutuku kesal.

“Tumben banget pinter.” Kak Aldo terlihat puas menertawaiku.

“Kan aku yang ngajarin, makanya dia pinter.” Kak Nando menyombongkan dirinya. Sengaja agar membuatku kesal.

Dan kedua cowok ini berhasil melakukannya.

“Ndo,” Kak Aldo menepuk bahu Kak Nando. Ditatapnya mata Kak Nando lurus. Kalau sudah seperti ini, aku tau pasti ada hal serius yang akan dikatakan Kak Aldo. “jaga Rana baik-baik. Kamu tahu, kan, maksud aku?”

Entah kenapa aku merasa suasana tiba-tiba menjadi tegang. Terlebih melihat wajah Kak Nando dan gerakan lambatnya dalam mengangguk. Aku tahu, maksud Kak Aldo lebih dari menjagaku baik-baik. Kata-katanya mengandung dua makna.

“Pasti!” jawab Kak Nando mantap.

Tak lama, Kak Aldo pamit masuk ke dalam. Meninggalkanku dan Kak Nando yang terdiam dengan pikiran masing-masing.

Walau aku tahu ada makna tersirat dalam percakapan kedua orang itu, setidaknya aku bisa bernapas lega karena kini aku tidak harus sembunyi-sembunyi lagi dengan Kak Aldo.

***

Asik! Nando sama Rana nggak perlu backstreet lagi di depan Aldo.
Masih stay sama cerita ini, kan?

Xoxo

Winda Zizty
13 Mei 2020

SECRETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang