15. Hello Again

3.1K 374 64
                                    

Anyway, aku ngetik seluruh chapter ini ditemenin sama lagu Lights. Coba dengerin juga siapa tau feelnya lebih dapet, ehehe.

...

Hai, halo! Sudah lama sekali kita tidak bertemu. Rindu padaku, tidak? Atau kalian rindu pada Jungkookku? Hmm, kalian memang tega sekali. Jungkook itu milikku, tahu. Kalian tidak boleh merindukannya. Enak saja!

Hehehe, tapi tidak. Tak apa kok kalau merindukan Jungkook. Wajar saja sebagai penggemar jika merindukan idolanya. Asal jangan sampai berlebihan dan menyakiti hatiku, ya!

Kalian apa kabar? Pasti baik dan bahagia, kan? Aku juga sama. Aku baik-baik saja dan masih bahagia bersama Jungkook. Aku tahu, kalian pasti merindukan kisahku bersamanya.

Ingin ku ceritakan bagian yang seperti apa? Saat kami sedang bertengkar atau saat kami sedang ditengah romansa cinta yang memabukkan? Ah, sepertinya kalian lebih menyukai bagian dan adegan-adegan romantis.

Baiklah, aku akan mulai.

Tapi, apa? Jungkook? Ah... Dia baik-baik saja. Kalian tidak perlu khawatir. Dia makan dan merawat dirinya dengan baik selama tidak berkegiatan di luar ruangan.

Sudah bisa dimulai? Baiklah.

Aku akan mulai dengan adegan romantis Jungkookku di pagi hari. Pagi itu, seperti biasa kami terbangun tanpa pakaian. Bahkan lengan kekar Jungkook melingkari punggungku dengan sempurna. Ia mendekapku semalaman penuh. Ia melindungiku bahkan saat aku tertidur.

Semalam ia sangat luar biasa. Ia membuatku menjerit di tiap hentaknya. Menginginkan lebih dan lebih di tiap sentuhnya. Tapi, ia bodoh sekali karena membiarkannya lepas di dalam sana. Bodoh, tapi aku menyukainya. Katanya ia sudah tidak tahan, ingin merasakan jika melepaskan di dalam, dan aku tidak perlu khawatir jika terjadi sesuatu. Pun jika aku hitung, ini bukan masuk dalam masa suburku. Jadi aku hanya perlu tenang dan menikmati apa yang ia perbuat. Toh, itu membuat Jungkook senang.

Sesudahnya ia menghujani seluruh wajahku dengan ribuan kecupan sayang sebelum berkata, "Mungil, aku ingin sekali memiliki anak darimu."

Jelas sekali aku terkejut. Aku masih tidak mengerti dengan jalan pikiran Jungkook. Ia ingin memiliki anak, tapi tidak pernah lagi menyinggung tentang pernikahan.

"Jungie, harus ada pernikahan sebelum memutuskan untuk memiliki anak," kataku.

Ia mengangguk sembari tersenyum, "Aku penasaran sekali seperti apa anak kita nantinya. Jika perempuan, ia pasti manis sekali seperti Ibunya. Jika laki-laki pasti tampan seperti Ayahnya."

Secara tak sadar, aku juga ikut tersenyum dengan ibu jari yang mengusap lembut pipinya, "Aku yakin, ia pasti tampan seperti Ayahnya dan mewarisi otak cemerlang Ibunya."

Jungkookku masih tersenyum, bahkan menatapku semakin lekat hingga aku benar-benar tak bisa membebaskan diri dari galaksi super indah yang ada disana.

Mengecup dahiku dengan lembut, kemudian ia bertanya, "Jadi, kapan kita akan menikah?"

Namun, aku tidak memberikan jawaban. Aku malah menyingkirkan tubuh besar Jungkook yang masih berada di atasku dengan hati-hati sebelum berbaring membelakangi. Aku belum siap untuk pernikahan meskipun aku sangat menginginkannya, apalagi bersama Jungkook. Hal itu yang menjadi mimpiku, mimpi kami bersama. Pun aku tidak tahu apa yang terjadi dengan Jungkook, apa yang ia rasakan. Yang aku tahu, ia tetap mendekapku dengan erat sampai pagi hari.

Itu menjadi akhir malam kami sebelum aku terbangun di pagi hari dengan aroma citrus yang berpadu dengan musk menari tepat dalam penghidu. Saat aku mendongak, ternyata Jungkook sudah membersihkan diri dan kembali memelukku.

Number One : FanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang