Part 1
Buliran keringat menetes dari pelipis seorang gadis yang baru saja berkeliling perumahan untuk berlari pagi. Sudah menjadi kebiasaannya berolahraga setiap hari libur sekolah, sehingga sampai saat ini badannya tetap terjaga dengan baik dan tak ada kumpulan lemak berlebih yang menimbun.
Ayyara Salsabila Abrisam, nama gadis itu. Seorang gadis manis dengan seribu pesona yang mampu membuat banyak cowok takluk padanya. Namun, di balik wajah cantik dan manisnya, gadis itu adalah seorang pembully di sekolah.
Entah apa yang memotivasinya untuk menjadi seorang pembully, yang jelas Ayya selalu merasa bangga setelah berhasil membully seseorang.
Merasa cukup dengan jogging di pagi harinya, Ayya kemudian berencana untuk beristirahat di teras rumahnya. Namun, sebelum itu netranya secara tak sengaja melihat seorang cowok yang sangat ia kenal.
"Rav?" lirih Ayya. Gadis itu pun menghampiri seorang cowok yang ia panggil Rav tersebut. Terlihat cowok itu sedang marah-marah pada bapak-bapak penurun barang.
"Woy Pak Tua! Lo bisa kerja gak sih?! Lemot banget kerjanya!" bentak Rav, hingga membuat pria paruhbaya tersebut tersentak kaget, dan segera mempercepat kerjanya menurunkan barang perabotan rumah.
"Woy Setan! Lo ngapain ada di sini, hah?!" seru Ayya. Cowok dengan nama lengkap Ravindra Keyland Arkano tersebut menoleh, sesaat setelah mendengar teriakan dari arah belakangnya.
"Lo!" seru Rav sambil menunjuk Ayya dengan telunjuknya.
"Gue tanya kenapa lo ada di sini? Dan kenapa lo pindahin banyak barang ke rumah itu?" tanya Ayya lagi.
"Gue pindah rumah ke sini."
Ucapan Rav memang singkat, tapi cukup membuat Ayya tersentak kaget. Pindah rumah ke sini? Berarti, Rav jadi tetangganya dong? Yang benar saja!
"Lo jangan ngaco! Gue gak sudi punya tetangga macem lo! Sana balik ke habitat lo!" suruh Ayya jengkel.
Ravindra adalah seorang cowok pentolan SMA NUSAPATI. Yah tentu karena cowok itu tampan, jago main basket, kaya, dan juga lumayan pintar. Tapi, ada satu sikap yang cukup membuat banyak siswa takut padanya. Cowok itu seorang pembully, sama seperti Ayya.
Senggol dikit, bacok!
Semboyan itu yang cocok menjadi arahan hidup Rav selama ini. Arti dari kata kiasan itu kurang lebih seperti ini. Berani mengusiknya, maka siap-siap saja menerima balasan seribu kali lipat lebih parah.
Rav tak pandang bulu untuk membully siapa saja yang berani mengusik ketenangannya. Bahkan, membully sudah seperti napas baginya, berhenti bernapas samadengan mati. Begitupun jika tidak membully, maka rasanya ada yang kurang dalam hidup Rav.
"Gue lagi males debat sama cewek modelan kek lo! Gak guna njir!" tukas Rav. Ayya mencebikkan bibirnya mendengar perkataan Rav.
"Bodo amat! Sekarang jelasin, kenapa lo pindah samping rumah gue? Oh atau lo sengaja biar bisa deketin gue, iya kan?" tuduh Ayya.
"Lo bego, bodoh, atau gak punya otak? Lo pikir lo itu siapa? Princess? Turunin dikit rasa GR lo itu. Gue pindah rumah ke sini itu karena keinginan orang tua gue, dan sama sekali gak ada hubungannya sama lo!" ujar Rav sambil berdecak sebal.
"Enak aja! Yang ada, lo yang gak punya otak! Ngapain pake acara pindah rumah di samping rumah gue! Males banget gue tetanggaan sama lo!"
"Bodo amat!"
Sejak pertama kali bertemu Ayya, Rav memang sudah ancang-ancang untuk membully gadis tengil tersebut. Namun, ekspetasinya pupus begitu saja saat tahu bahwa Ayya juga merupakan seorang pembully, sama seperti dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
RavAyya
Teen FictionAyya, gadis remaja berusia 17 tahun dengan gengsi setinggi langit, cewek cantik tukang buat onar dan ratunya bully. Satu yang Ayya benci yaitu kalah dari Rav, si pembully yang tak kalah akut dari Ayya. Lalu bagaimana jika mereka harus tinggal berse...