"Ini maksudnya apa?"
Ayya membeku setelah menyaksikan sebuah foto yang ditunjukkan oleh kekasihnya barusan. Lebih parahnya lagi, dalam foto tersebut ternyata terdapat bayangan dirinya sendiri.
"Gue tanya, ini maksudnya apa, hem?" Suara Rav kembali terdengar dengan nada tajam. Namun, mampu membuat bulu kuduk Ayya berdiri.
Perasaan Ayya campur aduk. Antara marah, cemas, dan takut. Semua menjadi satu saat ini. Kenapa foto seperti ini bisa menempel manis di layar handphone kekasihnya? Ini bukanlah kabar baik.
"Ka-kamu dapat foto ini dari siapa?" tanya Ayya pada Rav dengan nada bergetar. Mata lentiknya mulai membendung air mata yang siap meluncur kapan saja.
Namun, sepertinya air mata itu sudah tidak menimbulkan sayatan lagi di hati Rav. Cowok itu kembali berdecih menatap wajah menyedihkan sang kekasih. "Kenapa lo malah nanya balik? Harusnya lo yang jelasin semuanya!"
Ayya menggelengkan kepalanya. "Bukan. Itu beneran bukan aku, Rav. Aku--"
"Enggak bisa lo jelasin kan? Ya karena emang foto ini udah sangat jelas. Jelas-jelas kalo lo itu cewek murahan!"
Jleb!
Rasanya seperi ada sebuah belati tak kasat mata yang menusuk tepat di jantung Ayya. Gadis itu kontan mengeluarkan air matanya tanpa suara. Selama bertahun-tahun lamanya, belum pernah ia dikatai 'cewek murahan' oleh siapapun. Dan alangkah mengesankannya, ternyata dua kata tersebut malah meluncur mulus dari mulut kekasihnya sendiri. Haha, dunia ini memang penuh dengan plot twist yang mengesankan.
"Duitnya udah dapet berapa, Mbaknya? Udah cukup buat beli HP iPhone? Atau mobil? Atau apart--"
"Emang kenapa kalau gue cewek murahan, hah?!" potong Ayya tiba-tiba. Tentu saja dengan kobaran api menyala di mata dan hatinya. Ekspresi marah, ah, lebih tepatnya ekspresi kecewa itu masih melekat pada wajah ayu Ayya saat menatap kekasihnya.
Meski air mata terus membasahi wajah cantiknya, Ayya lantas berujar sinis, "Iya. Gue emang ciuman sama cowok lain di foto itu. Sekarang mau lo apa? Putus?"
Rav yang tidak benar-benar mencerna perkataan kekasihnya itu tentu saja terkejut. Bahkan tangannya mengepal kuat menahan amarah dan kecemburuannya yang semakin membara.
Matanya menajam, rahang mengetat, dan bibirnya menipis marah.
Plak!
Suara tamparan terdengar amat keras di sela-sela derasnya hujan malam ini. Tamparan itu seolah menjadi klimaks dari pertengkaran sepasang kekasih tersebut.
Air mata Ayya mengalir deras. Ia memegangi pipinya yang terasa nyut-nyutan. "Hah, gue nggak nyangka. Ternyata lo sebanci itu." Gadis itu tertawa sumbang.
Rav yang masih gelap mata, Membiarkan gadisnya menangis tersedu-sedu. Tak ada sedikit pun rasa bersalah yang menghinggapinya. Baginya, ini sangatlah pantas untuk membalas perbuatan sang gadis yang sudah bermain api di belakangnya.
"Gak papa banci, asalkan gak murahan kayak lo!" Rav kembali mencaci gadisnya. "Enak banget tuh bibir ngatain gue murahan." Ayya kembali berujar meski air mata terus membanjiri pipinya.
"Emang kenyataanya, 'kan?" Gadis itu menyela air mata di ujung matanya. Dia kembali tertawa sumbang, "Haha, gue murahan, haha!"
Rav menghembuskan nafasnya kasar, "Intinya kita putus, 'kan?"
"Iyalah. Mana mau gue pacaran sama cowok banci kayak lo!" sarkas gadis tersebut. Selanjutnya, dia segera beranjak pergi dari sana dengan menabrak lelaki brengsek di hadapannya. Air mata Ayya kembali meluruh ketika ia berlari. Tak menyangka bahwa Rav akan merendahkannya.
Sementara Rav, dia membanting ponselnya dengan keras. Tak menyangka, gadis yang dikiranya polos ternyata malah mampu bermain api dengannya. Ia menunggangi motornya, beranjak dari sana dengan kecepatan penuh di iringi derasnya hujan yang mewakili perasaan keduanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
RavAyya
Roman pour AdolescentsAyya, gadis remaja berusia 17 tahun dengan gengsi setinggi langit, cewek cantik tukang buat onar dan ratunya bully. Satu yang Ayya benci yaitu kalah dari Rav, si pembully yang tak kalah akut dari Ayya. Lalu bagaimana jika mereka harus tinggal berse...