Case 03

12 0 0
                                    

Fuwane, 15 Juli 2017 9.20 AM

Rumah adalah tempat yang menyenangkan bila beban masalahku tersalurkan oleh tenangnya dunia yang telah membesarkanku dan menjadi diriku yang sekarang, didukung juga oleh suasana 'full of nature' di jendela kamarku yang terkadang membuatku lebih nyaman. Terkecuali pagi ini, aku merasakan ketakutan dan kemarahan yang berlebihan dari biasanya. Aku tidak bisa menikmati suasana yang ada di sekelilingku.

Apa yang terjadi padaku kemarin? Aku juga tidak dapat memastikan apa yang terjadi padaku malam itu. Jikapun aku mengetahui apa yang terjadi. Kurasa aku tidak akan mengenali diriku lagi. Agar aku melupakan hal yang tidak perlu kuingat atau bahkan meredam emosi yang kurasakan terutama saat seperti sekarang ini, biasanya aku menghabiskan waktuku di depan notebook gamingku. Sesuai dengan jenis notebooknya, kamu sudah mengetahui betul apa yang aku lakukan pada saat itu.

Suara hentakan sepatu yang familiar yang kudengar sekaligus menapaki keset depan pintu rumahku.

'DRRRR!!!!'

Pintu kebuka dan aku melihat seseorang dengan sepatu PDH kepolisan yang dia kenakanan. Tanpa pikir panjang dia langsung berbicara "Kau sedang main? Ayolah tanding Raptors Warriors." Yep, itu Rio temanku di sekolahku dan mantan rekanku saat masih di kepolisan. Aku sudah lama tidak bertemu dengan dia, jika kuingat ingat lagi dialah teman pertamaku ketika duduk di bangku sekolah tingkat atas. Aku mengizinkan dia untuk masuk dan yah. Kami memainkan notebook itu.

"Lama kita gak jumpa. Apa kabar kau setelah kejadian itu?"
"Aku baik." Hanya itu yang kujawab kepada dia.

Memang berbeda saat bertemu pertama kali di kepolisian. Dengan riang dan sambil mencibir ketika bermain, kali ini aku merasa kami sangat akrab bagaikan sahabat bagai kepompong. Hmmm.. aku tidak yakin hal itu. Aku rasa kami sudah bermain selama 1 jam. Selama itu tidak ada percakapan kami spesial disaat itu. Dan setelah memainkan game itu, aku menjadi canggung dan senyap untuk bicara.

"Kriinnggg!!!"

Jika kutebak, itu pasti panggilan tugas untuk dia. Jika kuingat-ingat Rio juga sudah menjadi kepala divisi investigasi dan penyelidikan yang dulunya dikepalai oleh Kapten Tairu, orang yang menugaskan ku ke reruntuhan kuno itu. Jabatan yang menjanjikan kurasa. Dia kemudian meminta izin untuk meninggalkan rumahku dan menuju kantornya. "Jika terjadi sesuatu kepada kau, kuharap kau segera menghubungiku. Dan sukses untuk kegiatanmu di perkuliahan. Lain waktu kau akan kalah melawanku" Gumamnya seperti orang yang sangat bangga terhadap kekalahannya yang beruntun, dan dia memang kalah beruntun denganku.

Fuwane, 15 Juli 2017 2.15 PM

Aku yakin kamu berpikir aku tidak memiliki teman terdekat di dunia perkuliahan apalagi dengan apa yang kualami sekarang, kurasa kalian berpikiran salah, Teraf dan Mared itulah mereka berdua, cowok dan cewek, memang terdengar aneh dengan nama mereka dan aku juga mengakuinya. Mereka memiliki tekanan mental tersendiri, Teraf yang mengalami problema dikala belajar, Mared yang stres pada kehidupan glamornya, dan aku sendiri dengan emosi dalam banyak hal pasca kejadian Insiden Sakral yang menyebabkan perubahan drastis dalam hidupku.

Setelah aku selesai menyelesaikan mata kuliah terakhir di hari ini. Mereka mengajakku ke cafe yang biasa kami jajah ketika menghilangkan rasa suntuk dan stres ketika belajar. Dan juga yang perlu kamu ingat, biasanya jika dari kami ada problem, salah satu dari kami akan mengajak seperti tak ada hujan, tak ada angin --kamu pasti mengerti apa yang ku maksud-- Kali ini hanya berkumpul biasa, tidak ada hal spesial terjadi. Walaupun aku merasa masih ada ketakutan yang bergentayang dipikiranku.

Berita terkini: kecelakaan tunggal terjadi di wilayah selatan Fuwane siang ini. Polisi belum bisa memastikan penyebab dari kecelakaan ini. Pihak polisi akan menginvestigasi dan mengonfirmasi jika mendapat bukti penyebab kecelakaan tunggal ini.

"Apa yang kau pikirkan Risan? Jangan bilang kau sedang memikirkan hal kotor." Perkataan Mared hingga memukul sipu pundakku.

"Aku tidak berpikir jernih saat ini. Aku sedang melihat berita itu juga. Maaf ya jika aku hanya diam." Seruku pada pertanyaan Mared.

"Hmm... berita omong kosong itu. Jangan kalian lihat berita gak jelas itu." Hahaha... kurasa Mared kepanasan mendengar berita itu.

"Jika kau sudah baikan ceritalah dengan kami, sipp?" Sela Teraf

"Iya, akan kuusahakan."

Fuwane, 15 Juli 2017 5.20 PM

3 jam sudah berlalu, kami memutuskan untuk keluar dari kafe tersebut dan menuju taman kota tepat didepan kafe tersebut.

"Hei, kalian lihat mereka berdua? Sedang apa mereka?" Tanya Taref dengan sedikit perasaan ketakutannya.

Kami melihat seseorang menggunakan jas yang sedang dirampok oleh 3 pria berbadan besar. Kami bersembunyi dibalik kursi umum yang ada di taman itu.

"Kalian tunggu disini, aku akan mencoba mengurusnya" pintaku kepada mereka.

Aku berjalan mendekati mereka dan aku menghentikan perbuatan mereka kepada orang berjas itu. Jujur saja, menanyakan apa yang terjadi saat itu sebenarnya membuatku ketakutan dan entah apa yang akan terjadi kedepannya. Kemarahan dan ketakutan pada pagi tadi yang kurasakan mulai bangkit dari tidurnya. Bahasa kasarpun keluar melalui ocehan mulutku. "APA YANG KALIAN LAKUKAN PADA DIA BAJINGAN!!!" Ketakutanku menjadi memuncak setelah mengatakan hal tersebut. Aku meminta orang berjas itu untuk pergi menjauh dari tempat ini dan aku meminta untuk tidak menghubungi polisi.

*suara pukulan terdengar*

Risan!?? RISAN!!!!

Chou Henshin - A New Hero, A New StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang