1🦊

64 12 14
                                    


Musim dingin kali ini terasa begitu berbeda, salju turun begitu lebat. Membuat seorang gadis cilik merenung, memperhatikan setiap butir salju yang turun menyapa. Dia mengangkat telunjuk mungilnya, menggerakkannya membentuk sebuah pola cantik di jendela yang ditutupi oleh uap.

Bibirnya mengukir senyum, mendengar suara yang tak asing memanggilnya. "Irene!"

"Ya Mama?"

Seorang wanita dewasa dengan gaun merah muda yang cantik duduk disampingnya, mengelus rambut merah putri kecil yang sangat ia sayangi. Samar terdengar wanita itu bersenandung ria, Irene terhanyut dengan senandung wanita itu. Tanpa sadar dia pun tertidur dalam dekapannya.

Beberapa menit kemudian, Irene terbangun dari tidurnya. Dia merasakan udara dingin menusuk kulitnya. Dia tersadar bahwa kejadian itu, hanyalah mimpi.

Mimpi yang selama ini terus menghantuinya. Mimpi itu seperti kejadian yang pernah ia alami, tapi seperti hal yang tidak mungkin ia mengalami hal tersebut. Mana mungkin ia bisa mengenakan gaun cantik, tinggal di tempat mewah bak istana. Dan siapa wanita yang selalu datang di mimpinya itu? Kenapa ia memanggil wanita itu dengan sebutan mama?

Mengapa ia selalu memimpikan kejadian-kejadian itu? Ada apa sebenarnya?

Sudah dua belas tahun ini ia selalu dihantui oleh mimpi yang berisi potongan kejadian yang sepertinya pernah ia alami. Beribu pertanyaan memutar di otaknya, tapi ia tak tahu harus bertanya pada siapa.

"Sudalah itu hanya membuat ku pusing saja!" Gerutunya lalu memukul pelan kepalanya.

Irene beranjak dari tempat tidurnya, dan berjalan menuruni anak tangga. Suara decitan kayu menggema di seluruh ruangan. Sudah dua hari terjadi badai salju, padahal hari ini adalah hari ulangtahun nya. Irene berencana akan pergi ke Switzerland saat ulangtahun nya yang ke tujuh belas. Ia telah mempersiapkan jauh-jauh hari tentang keberangkatannya kesana. Tapi apa boleh buat rencana yang telah ia susun, terpaksa harus dibatalkan.

Irene mengambil secangkir coklat panas lalu duduk dekat jendela. Irene memperhatikan salju yang turun sambil sesekali menyeruput coklat panasnya.

Kemudian terdengar lagi suara decitan kayu, seperti ada yang berjalan menuruni anak tangga. Irene berbalik melihat kearah tangga tua yang menghubungkan lantai bawah dengan lantai atas rumahnya. Tapi tak ada seorang pun di sana, bulu kuduknya seketika berdiri. Jantung Irene berdetak sangat kencang, pasalnya ia tinggal di rumah tua itu seorang diri. Kedua orang tuanya telah meninggal sekitar tiga tahun yang lalu.

Sekarang suara decitan itu sudah tidak terdengar, Irene membeku di tempatnya. Ia tak tahu harus melakukan apa. Ia sangat merasa takut, kakinya lemas tidak bisa digerakan. Irene memilih untuk  tetap diam, dan meyakinkan bahwa itu hanya  khayalannya saja.

Irene mengalihkan pandangannya ke luar jendela, mencoba untuk mengurangi rasa takutnya. Tetapi sekarang ia merasa bahwa ada seseorang yang tengah memperhatikannya. Rasanya, jantung Irene semakin berdetak tidak beraturan. Irene berbalik dan mengedarkan pandangannya mencari siapa yang tengah memperhatikannya.

Tapi tak ada siapa pun di rumah ini kecuali Irene. " Hei! Ada siapa di sana? Kau ingin bermain-main denganku?!" Teriaknya.

"Ayo cepat keluar! Aku tidak takut!" Lanjutnya. Jantung Irene semakin berdetak kencang, jujur sebenarnya ia sangat takut.

Irene memberanikan dirinya untuk berdiri, berjalan mendekati tangga tua itu. Tak lupa dia membawa sapu untuk dijadikan senjatanya. Irene berkeliling dan tidak ada seorang pun di sana.

Irene membalikan badannya, dan terlihat ada bayangan hitam didekat jendela tempat ia duduk tadi. Irene mengedipkan matanya, dan bayangan itu sudah hilang dari sana.

Buat awal segitu dulu ya, makasih buat semuanya yang udah baca. Jangan lupa vote dan komen yaaaa😍😘😂

EruditeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang