"Ini minum dulu." Eliza sedikit kaget saat benda dingin menyentuh pipinya. Dia menerima botol itu dan menatap wajah orang yang berbaik hati memberinya air mineral.
"Gamau bilang makasih atau apa gitu?"
"Thanks." Datar, kemudian meminum air dingin tersebut.
"Ngeliat sunset dari balkon tuh lumayan juga."
"Tau darimana?" Ah, pasti yang dia maksud kenapa gue bisa tau dia disini.
"Dari Mila. Tadi gue udah muter kemana-mana nyari lo eh ga ketemu, yaudah nanya Mila aja dan untungnya dia tau." Eliza mengangguk.
Mereka tetap disana hingga matahari tenggelam sempurna. Bintang-bintang mulai terlihat, air laut yang tenang membawa angin ke permukaan, hingga membuat wanita 17 tahun itu menutup mata menikmati sejuknya angin tersebut.
"Udah yuk, balik. Angin malem ga baik buat kesehatan." Abi membuang nafasnya. Dia baru ingat kalo orang yang sedang bersamanya saat ini sangat keras kepala. Kalo Eliza masih mau disini, berarti tetap disini. A ya A, B ya B. Sabar, Bi.
Sekitar sepuluh menitan dalam keadaan hening membuat Abi bosan. Seolah membaca pikiran Abi, Eliza bangkit dan segera berjalan menuju tangga untuk kembali ke rumah duka.
"Jangan ikutin gue lagi!" Abi tersenyum. Dirinya sudah kebal dengan perintah itu.
"Gue tau lo pasti masih sedih atas meninggalnya Raya, ya walau ga kelihatan sih sedihnya. Tapi gue tau kok pasti dalem hati lo ga terima dia pergi secepet ini. Lo sahabat yang baiiik banget jagain dia setiap hari selama dia koma dirumah sakit. Mungkin ini yang terbaik buat dia. Coba aja bayangin kalo dia terus hidup dengan kanker itu."
Kata-kata yang keluar dari mulut Abi membuat langkah Eliza terhenti. Dia mengangkat kepalanya, menahan agar air matanya tidak jatuh. Dia benar, mungkin ini yang terbaik buat Raya. Baik-baik ya lo disana, Ray.
Perlahan Abi mendekatinya, dibawanya Eliza ke pelukannya walau dia tau Eliza pasti akan marah. Namun ternyata salah besar. Bukannya marah, Eliza malah menangis dalam pelukan Abi.
"Sengaja gue peluk biar ga malu kalo nangis." Eliza tak menghiraukan Abi dan melanjutkan sesi menangisnya hingga air matanya mereda.
"Thanks." Dia melepas pelukan yang hanya sebentar itu dan kembali berjalan masuk kerumah.
Untung sayang, El. Batin Abi.
______________________________________
Yo, selamat datang di cerita gue. Jangan ngira ya cerita ini kaya cerita yang lain-lain. Ini murni dari pemikiran sendiri, jadi baca aja dulu! Kalo ada salah kata sorry gue masih pemula hehe, kritik dan saran diterima. Selamat membaca!
Love, Haf.
_____________________
May 13, 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
Antartica
Romance"Lo dingin, gue suka. Lo cantik, gue suka. Lo minim ngomong kaya gini aja, gue suka. Apasih yang ga gue suka dari lo? Masih gue cari tau sampe sekarang." Berharap seorang Eliza Meeraya akan luluh hanya karena pengakuan suka itu mustahil. Abinaya Mah...