Balik

12 1 0
                                    

"Sesuatu yang ingin di gapai hakikatnya akan tercapai bila orang itu tak pernah berhenti menggapai."

_______________________________

"Mila, gausah ribut." Seakan tak dengar yang Farah katakan, Mila tetap saja memukuli Ucup karena menjatuhkan handphone nya hingga pecah.

"UCUUUUPPPP!! GANTIIN HP GUEE!"

Hampir semua murid di kelas menutup telinga tak terkecuali Farah dan Eliza. Sebenernya mereka jengah dengan tingkah laku sahabatnya yang kekanak-kanakan. Namun Mila tetap lah Mila, sahabat ter-cerewet yang pernah ada.

"Astaga Ucup lo ngapain lagi sih cari masalah sama Singa." Abi yang baru datang langsung melerai.

"Iya! Gue Singa! Mau gue gigit lo sini!" Abi bergedik ngeri dan langsung pergi melewati Mila yang masih memukuli Ucup sampai dia mau ganti rugi.

"El, dia pasti kesini nyari lo." Bisik Farah datar. Bisa dibilang Farah juga termasuk orang kutub namun tak separah Eliza.

Yang diajak bicara tetap diam dan masih menelungkup kepalanya di meja sambil mendengarkan musik melalui earphone.

"El, kantin yuk." For God's sake, Abi ngajak perang. Dua menit lagi masuk dan dia ngajak ke kantin? Batin Farah.

"Eh tolol! Eliza tuh disiplin, ga kaya lo. Udah mau masuk malah ngajakin ke kantin." Iya, Si Singa ngomong. Eliza pasti ga bakal mau lah karena dia disiplin, dan.. gasuka di atur. Pinter? Lumayan sih. Tapi kerja kerasnya buat jadi pinter yang buat orang takjub sama dia.

"Plis gue ga ngomong sama lo."

"Lo mau gue tampol?" Sejauh ini sih gaada yang mau di tampol Mila. Sekali tampol udah kaya sepuluh tampolan.

"Ga minat."

Eliza mengangkat kepala dan melepas earphone setelah mendengar bel masuk.

"El, ke kantin bentar aja yuk temenin gue." Bahkan dilirik pun tidak. Kuatkan hati hamba-Mu ini.

"Nanti pulang sekolah bareng ya, gue tunggu depan gerbang." Abi melenggang pergi menuju kelas XII MIPA 3 setelah mengelus sebentar kening Eliza.

Sedangkan Eliza? Dia sudah melempar tatapan tak suka kepada Abi namun tetap saja Abi hanya tersenyum seperti biasa.

"Lo ga bosen apa di gangguin mulu sama tuh Tuyul? Udah tiga bulan perasaan ga bosen-bosen ngejar lo." Seperdetik setelah Abi pergi, Mila sudah duduk di hadapannya.

"Gue jawab mewakili El, dan jawabannya 'Lo pikir aja sendiri.'"

"Dasar lo berdua ratu kutub." Kemudian dia berbalik badan karena Pak Mul (guru ter-killer seantero SMA Bintang) telah masuk ke kelas.

<<>>

Farah dan Eliza berjalan keluar gerbang sekolah, Farah menunggu sopir pribadinya sedangkan Eliza sedang menunggu driver online yang sudah ia pesan. Nanyain Mila? Tuh tadi bareng Ucup soalnya mau ke tukang service hp.

"El, lo gamau bareng gue aja?"

"Ga usah Far, gue bisa sendiri."

"Yaudah kalo gitu gue duluan ya, Pak Kutu udah dateng." Kenapa coba dipanggil Pak Kutu padahal dia botak?

"Oh yaudah hati-hati." Farah mengangguk lalu menaiki mobilnya.

Eliza ingin sekali marah karena daritadi driver yang ia pesan terus meng-cancel orderannya.

"Neng sendirian aja. Nungguin Abang ya?"

Yang dipanggil segera menoleh ke sumber suara dan kemudian melihat ke kanan kiri serta belakangnya.

"Ih gue kan ngomong sama lo, El." Ucap Abi jengkel. Dan ditambah sangat jengkel karena Eliza cuma mengangguk saja.

Abi keluar dari mobil dan menggandeng tangan Eliza agar mendekati mobilnya. Naas, sesuatu yang tak diinginkan pun terjadi.

Krekk
Tebak bunyi apa?
Yap! Itu tadi tangan Abi di pelintir sama Eliza.

"Aww Yaallah Tuhan ini sakit banget." Abi mengeluh saat Eliza melepaskan tangannya yang sudah hampir remuk.

"Sorry reflek." Masih datar.

"Terus ini gimana? Gamau tanggung jawab apa?"

"Yang bikin gue reflek siapa?"

"Gue. Terus gue juga gitu yang salah? Ya lo lah. Kaya ga pernah di gandeng aja."

Eliza hanya menatap Abi dingin.

"Jadi lo beneran ga pernah di gandeng? Ga pernah punya pacar?"

"Ga heran."

Eliza masih menatap Abi.

"Ini beneran gamau tanggung jawab?"

Eliza tampak berpikir dan berjalan kembali memasuki sekolah. Namun langkahnya terhenti dan segera menoleh ke belakang.

Matanya mengisyaratkan Abi untuk ikut dengannya. Buset, ini dia serius mau ngobatin gue?

Tanpa babibu, Abi berlari menyusul Eliza dan jalan di sampingnya menuju UKS yang ternyata masih belum dikunci.

"Duduk!" Abi tak langsung mematuhi perintah Eliza. Dia terus memperhatikan Eliza yang kebingungan mencari minyak pijat.

"Biasanya ada di laci." Eliza pun langsung memeriksa laci dan benda itu ada disana.

"Kenapa ga duduk?"

"Eh iya tadi ngeliatin lo kebingungan, jadi lupa buat duduk."

"Obatin sendiri." Minyak pijat yang niatnya ingin dia pakai untuk memijat tangan Abi, diletakkan di meja.

Abi ingin menghentikan Eliza yang nampak ingin pergi dari ruangan itu tapi ga mungkin dong dia narik tangan Eliza lagi.

"Aw gila tambah sakit dah ini." Pura-pura meringis, hanya itu yang terlintas di kepala Abi dan berharap akan menghentikan langkah Eliza.

"Gue tanggung jawab tapi bukan mijitin. Sini kunci mobilnya, biar gue yang nyetir sampe ke rumah lo." Yes berhasil! Tapi harus banget ya tangan gue remuk dulu?

Mereka berjalan beriringan menuju mobil yang terparkir di pinggir jalan dan memasuki mobil Abi.

Sepanjang perjalanan Abi berusaha mengajak Eliza ngobrol. Terus mereka ngobrol dong? Ya ngga lah. Eliza cuma mangut-mangut doang kaya burung perkutut. Gitu aja terus sampai tiba di parkiran apartment Abi.

"Ini apartment gue. Gapapa ya lo balik sendiri?" Eliza mengangguk lagi dan keluar dari mobil. Tapi kenapa malah ke arah lift?

Abi keluar dari mobil dan tak lupa menguncinya. Habis itu langsung lari nyusul Eliza sebelum lift nya ketutup.

"Akhirnya!" Nafasnya masih ngos-ngos an.

"Eh lo ngapain malah naik lift? Ga balik?"

"Se-apartment." Whaatt?

______________________
May 14, 2020

AntarticaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang