Passing By

75 16 40
                                    

Tinggalkan jejak kalian,katanya biar senantiasa terkenang kebaikan manusia yang bersedia singgah..

.

Happy Reading.

.



Launching buku itu telah dimulai. Seorang lelaki nampak memberikan sambutan terlebih dulu. Dalam bangku paling belakang seorang gadis remaja lengkap dengan seragamnya tak luput menyaksikan penulis favoritnya. Menyungging senyum bersama gurat kebahagiaan.

Rasanya sangat lega ketika dia sadari bisa satu atap bangunan dengan penulis kesayangannya. Menyapu pandang pada seluruh penghuni gedung ini.

Akhirnya buku yang telah menjadi bacaan favoritnya dua tahun lalu, berhasil mendapat tempat singgah yang layak. Lagi-lagi gadis itu melukis sebuah senyum sederhana yang mampu menghangatkan siapapun yang melihatnya.

Memandang dari jauh lagi sosok lelaki yang tengah sibuk berkutat dengan satu pena juga buku-buku, iya dia sedang berusaha membubuhi tiap buku dengan tanda tangan. Dia rasa tak salah menjatuhkan hati untuk orang setampan, seramah, sehangat dan se-apapun, terserah kalian mau menambahkan apa.

Gadis remaja dengan setelan seragam lengkap pun dengan cardigan sekolahnya, berusaha menunggu pada tempat paling jauh.

Mendekatpun pada akhirnya tetap sama, siapa yang akan menduga kehadirannya? Terlihatpun dia tidak bisa.

Satu bulir air mata menetas lalu hilang begitu saja ketika bergulir dari wajahnya. Layaknya debu yang bertebaran.

Ada rasa sakit yang mendalam, bahkan lebih sakit daripada rasa sakit yang dengan mudah merubahnya menjadi sosok yang kehadiranya menakutkan.

Kalian tahu bukan? Sosok gadis malang dengan ribuan sifat pedulinya, sosok gadis dengan senyum paling menawan yang Tuhan ciptakan dengan penuh kegembiraan.

Kalian tau Hana bukan?

Kim Hana, yang beberapa saat lalu semesta memangkas cerita, menawan kisah, menghentikan umur.

Dengan mudah Tuhan menciptakan Hana lengkap dengan keelokkannya, bahkan menurut kakaknya. Boleh di kata, senja pun iri. Namun, dengan mudahnya juga Tuhan memangkas garis, tali takdir milik perempuan bernama Hana.

Hana sebenarnya sudah menangis tak karuan sejak malaikat penjemput tak mau membawanya. Terluntang-luntung dijalanan, menangis sendirian. Lalu saat ia kembali mengingat tujuannya sore ini, ia memutuskan ke sini. Ke tempat penulis favoritnya berada.

Seharusnya, dia sudah ikut pergi sejak tadi bersama belasan orang yang hari ini masuk dalam daftar manusia yang dijemput.

Tapi, lagi-lagi seperti ribuan kisah yang sering terjadi Sa dalam perbedaan dimensi. Hana terhalang oleh harapannya yang belum usai.

Aturan main baru yang baru saja Hana pahami dari seseorang, Oh—mungkin tidak pantas disebut orang. Katanya dua urusan dunia Hana harus selesai jika ingin berlanjut ke alam selanjutnya.

Hana sempat merasa bahwa seperti ini tak nyata, bagaimana bisa dia dikembalikan pada dimesi yang sama dengan manusia?

Dan pada faktanya Hana termakan oleh ucapanya sendiri tadi siang, ketika berbincang dengan sahabatnya. Adakah sahabatnya itu sekarang mendengar kabar bahwa dia berpulang?

Tapi Hana bisa disebut cukup beruntung. Dia meninggal karena kecelakaan, namun jika kalian bisa melihat tubuh transparannya, pasti akan cukup atau lebih dari terkejut. Hana bukan hantu dengan wajah rusak yang bersimbah darah. Bukan pula arwah yang bajunya penuh darah dan tak berbentuk tubuh lagi. Hana masih sama, seperti gadis cantik biasanya, dengan rambut sepinggul yang terurai rapi. Ini berkat kebaikannya sebelum ajal menjemput. Yah berkat sifat kemanusiaannya untuk seorang lelaki remaja yang tak berdaya bersimbah darah pada bagian perut.

Teruntuk Logophile; Mark LeeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang