New Rules

54 11 48
                                    

“Ini Hana dan potongan alunan cerita menyakitkan para manusia yang kehilangan”

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Ini Hana dan potongan alunan cerita menyakitkan para manusia yang kehilangan”

.

.

Mark meraih satu lembar putih dan pena tinta hitam dari atas nakasnya. Lantas kembali lagi duduk di depan daun pintu berwarna coklat tua itu.

Adakah lelaki itu masih menyimpan rasa takut, pada sosok halus di atas ranjang kamarnya?

Tentu, demi apapun rasa takut memenuhi diri tapi kalah dengan satu rasa iba namanya. Rasa iba untuk mantan gadis bunga musim semi itu.

Oleh sebab itu, ia memilih mengalah duduk tanpa alas di atas lantai. Dan membiarkan hantu remaja perempuan menguasai ranjangnya.

Hana menatap Mark, melipat dahinya. Lembar putih dan pena? Mark mau membuat puisi? Atau jangan-jangan sebuah sajak? Atau malah syair seperti para pujangga?

Lantas, Hantu itu melangkah mendekat, meninggalkan sisi ranjang. Lalu tepat dilangkah pertama, Mark berteriak kencang.

"JANGAN MENDEKAT!!! aku nggak mau duduk di dekat hantu!" cegahnya pada Hana.

Hantu gadis itu merotasikan matanya. "Iya, deh."

Setelahnya memilih menurut, duduk lagi pada tepi ranjang sang lelaki pecinta aksara itu. Mark menatap tajam ke arah sosok paling halus itu.

"Oke... Kalau kamu masih mau di sini, ada peraturannya. Dan yang pasti harus nurut sama aku," titah Mark Lee.

"Peraturan? Peraturan apa?" bingung Hana.

"Ya, ini mau di tulis."

Mark lantas mulai menggoreskan tinta penanya dalam selarik lembar putih itu, menuliskan apa saja yang sekiranya akan membantu dan membuat dirinya tak ternggangu.

"Pertama, Jangan pernah datang ke kamarku ketika malam, atau jam tidur. Boleh masuk lagi ketika matahari terbit."

Sang hantu tergelak. Bagaimana bisa? Ketika senja mulai merapat dalam dekap ufuk barat saja rasa takut pun kalut memenuhi diri yang hanya seperti kabut itu. Apalagi ini, saat semburat ungu juga gugusan bintang melukis tepat pada sang angkasa.

Pasalnya tepat saat itu, seluruh penghuni kota yang tak kasat mata, atau roh-roh penasaran mulai berkeliaran. Berjalan memenuhi setiap tempat gelap, gema tangis pun tawa menggema. Sungguh Hana benar-benar takut.

"Hah?? Apa? Aku nggak mau, ahh... Takut," tolak Hana.

Menatap Mark dengan mata berbinar. Yang ditatap risih sendiri. Memincingkan kedu bola mata hitam tinta pada Hana.

"Hei! Emang menurut kamu aku mau tidur di awasi hantu? Menurutmu aku bisa tidur dengan kehadiran hantu di kamarku? Aku juga takut sama hantu!" suara lelaki itu sedikit meninggi.

Teruntuk Logophile; Mark LeeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang