• support •

34 8 10
                                    

Tak terasa,bel pulang pun berbunyi. Aku segera mengangkat kepala ku dan menyiapkan buku² ku. Setelahnya,aku bangkit untuk pulang.

Aku malas sekali rasanya pulang kerumah,jadi aku memutuskan untuk singgah di taman yang jaraknya tak jauh dari sekolahku. Aku berjalan dengan telinga yang ku sumpal dengan earphone dan berjalan di atas trotoar dengan santai.

Aku mengedarkan pandanganku untuk mencari bangku taman yang kosong. Dan,ya aku menemukannya di sudut taman. Aku pun melangkahkan kaki menuju bangku dan langsung duduk disana.

Aku mengscroll beranda instagram ku dan menemukan postingan instagram mama. Mama memposting foto keluargaku yang sedang makan di restoran mewah dengan caption"kesayangan mama". Hatiku seperti tertusuk pisau. Aku menitikkan air mata seraya bergumam
"seengga suka itu kah mereka sama aku? Sampe² aku ga diajak makan di resto. Ma,pa sebenernya salah aku apa sih. Sampe mama sama papa benci gitu sama aku. Mama sama papa knp? Semenjak aku punya adek mama sama papa jadi benci gitu sama aku?" Aku mulai terisak.
"Kenapa semenjak ada fahri mama sama papa jadi cuek gitu sama aku. Apalagi semenjak ada cia. Mama sama papa jadi  benci gitu sama aku. Sebenernya salah aku apa sih? Sampe kalian benci banget gitu sama aku"
aku terus menggumamkan kalimat² seperti itu.

Sampai akhirnya ada seseorang yang menepuk pundak ku. Aku pun segera menghapus jejak² air mataku.
"hay,kenapa? Kok blm pulang?" Aku seperti tidak asing dengan suara nya. Aku pun membalikkan badan dan betapa terkejutnya diriku melihat fael.
"Eh hai fael,lagi pengen ke taman dulu aja hehe. Jadi fany blm pulang deh." Aku menjawab sapaan nya terbata-bata. Fael ikut duduk di samping ku.
"Fany knp? Ada masalah ya? Kalo fany mau,fany bisa cerita smaa fael kok" Fael menawarkan diri.
"Ah,fael halu ah. Orang fany gapapa kok" ucapku seraya tersenyum. Aku membatin. Maapin fany ya el.
"Ah terus knp matanya sembab gitu?". Aku mencari alasan.
"Fany abis liat vidio di ig. Sedih banget,jadi fany nangis deh ehehe". "Yeu. Baperan banget fany nya. Kalo fany ada sesuatu yang ngeganjel fany bisa cerita sama fael" fael berkata sambil mengelus puncak kepala ku. "Ah,iya fael. Fael mau pulang gak? Fany mau pulang nih! Fany duluan ya! Bye fael!" Aku berdiri dan pamitan pada fael. Fael hanya tersenyum seraya melambaikan tangan nya.
•••
"Assalamualaikum,Lea pulang!" Aku tersenyum manis.
"BAGUS,BARU PULANG HM? LIHAT JAM YANG MELINGKAR DI PERGELANGANMU! INI SUDAH LEWAT DARI JAM PULANG SEKOLAH MU! KEMANA SAJA KAMU?! KELAYAPAN TERUS. GAPUNYA RUMAH? PERGI GAK IZIN,PULANG KELAYAPAN. MAU JADI APA KAMU?! PERCUMA DISEKOLAHIN TINGGI-TINGGI KALO KERJAAN NYA CUMAN KELAYAPAN AJA! MENDING GAUSAH SEKOLAH SEKALIAN!"
Papa membentak ku seraya bertepuk tangan. Aku berjalan menghampirinya dan berniat meminta maaf.
"Pa,Lea minta maaf. Lea tadi mampir ke taman sebentar aja kok pa. Maaf ya,Lea tadi belum izin sama mama sama papa."
Aku mengatakan sejujurnya.

Dengan keberanian yang banyak,aku meraih tangan papa untuk ku salimi. Tapi hal yang tidak ku duga terjadi. Papa menghempas tangan ku kasar.
"BARU SADAR SEKARANG? MASUK KAMAR! KAMU GAK BOLEH KEMANA-MANA SELAMA 2 HARI!" Papa pergi dari hadapanku. Dengan langkah gontai,aku menuju kamar.
•••
Aku menangis lagi...aku kaget,mengapa papa membentak ku? Padahal papa tau jika aku tak suka di bentak. Dulu,papa adalah orang pertama yang memelukku dikala aku menangis. Tapi,sekarang engga. Papa sudah berubah. BERUBAH.

Aku duduk di pinggir kasur ku sambil membolak-balikkan album foto.
"Pa,ma, Lea kangen sama kalian. Kalian knp berubah. Kalian knp ngejauhin Lea. Sebenernya Lea salah apa sih sama kalian? Kalo emang Lea punya salah,lebih baik kalian bilang aja sama Lea. Supaya Lea bisa memperbaiki diri. Bukan dengan cara membenci Lea"

Tok tok tok. Pintu kamar ku di ketuk.
"Dek,abang masuk ya." Izin nya padaku. Aku hanya berdehem sebagai tanda aku mengizinkan nya masuk.

"Dek,jangan nangis. Abang tau ucapan papa bikin kamu sakit hati. Tpi jgn sampe kyk gini juga dek..." Bang zeo memelukku,membuat isakan tangisku semakin kencang.
"Abang gak tau rasanya jadi Lea. Abang ga tau bang..." aku menangis dalam dekapan hangatnya.
"Abang emang gatau dek rasanya jadi Lea gimana. Tapi abang yakin, Lea pasti bisa ngelaluin ini semua. Abang tau Lea itu kuat. Lea kan adek abang yang paling cantik, paling imut,paling kuat lagi." Bang Zeo memberiku support dan mengelus belakang rambutku.

Br(ok)enTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang