Run Devil, Run! (1)

7 0 0
                                    

Hari Sabtu yang cerah, cukup cerah untuk menemani hari libur warga Grozairé. Ann dan Lin bersama pergi ke supermarket karena stok cemilan di dalam van sudah mau habis. Ya, Ann tidak pernah tahu Yue dan Lin sangat suka menyimpan makanan sampai Lin menceritakannya.

"Kulihat-lihat, kalian bertiga seperti tidak pernah terkena sinar matahari," celetuk Ann membuka obrolan, seraya memilah-milah snack yang hendak ia beli.

"Mengapa begitu?" Lin bertanya heran.

"Hmm, bagaimana mengatakannya, ya," Ann menggaruk-garuk kepalanya mencari kata yang pas. "Mungkin persepsiku tumbuh karena setiap aku pulang sekolah, kalian sudah stand by duluan di dalam van dan aku pun orang pertama pamit pulang duluan."

Lin tertawa renyah. "Memang. Kami tidak ada rumah."

Mata Ann terbelalak mendengarnya, "Apa kau bilang?"

"Panjang kalau diceritakan. Tapi yang paling kasihan Yue, sih. Mungkin karena hidupnya yang paling lama di antara kami berdua."

Ann hanya diam tidak membalas lagi, karena takut memasuki ranah privasi kisah mereka. Tak lama ia teralihkan pandangannya ke rak buah-buahan.

"Aku mau buah!" seru Ann antusias.

"Hm. Boleh juga. Aku cukup terpukau buah-buahan di Grozairé bisa tahan sampai lima puluh tahun tanpa kulkas. Entah ilmuwan gila mana yang dapat menciptakan teknolgi seperti itu untuk makanan alam." Lin sedikit bercerita.

"Eh iyakah? Hanya ada di Grozairé?" tanya Ann yang kakinya tetap melangkah ke arah rak buah, Lin juga mengikutinya.

Lin mengangguk, "Benar. Keamanan resep dirahasiakan oleh pemerintah kota. Betapa hebatnya manusia menutup penemuan terbaik hanya demi meraup keuntungan maksimal. Beda cerita kalau kau menceritakan soal gebetan ke temanmu, besoknya satu sekolah gempar akan kisahmu, Ann."

Ann tertawa canggung, ceritanya mengingatkan ia dengan kejadian yang sama persis seperti temannya sewaktu di sekolah.

"Mereka bisa menjaga rahasia dengan baik karena saling memiliki kepentingan, atau aku lebih suka menyebutnya ancaman. Bila kau bocorkan ini, akan kupecat kamu. Bila kau bocorkan itu, akan kubocorkan rahasia lainmu. Begitulah. Lebih mudah merahasiakan rahasia negara daripada cerita gebetanmu," lanjut Lin sepanjang berjalan di depan rak buah.

Ann memangut-mangut sambil menatap rak buah yang berisi beraneka macam jenis buah. Ada pisang, ada apel, jeruk, dan lain sebagainya. Buah-buahan itu tampak segar, cerah, dan bikin ngiler.

Saat sedang memilah buah jeruk, buah kesukaan Ann, ia tak sengaja melihat buah apel yang sedikit tergeser dari ekor matanya. Ann pikir mungkin terjatuh karena buah-buahannya tertumpuk, namun cara bergesernya seperti melawan gravitasi.

Mungkinkah Nora?

Ann memastikan sekali lagi. Ia masih berpura-pura memilah buah-buahan lainnya sambil memerhatikan seluruh rak buah di depan matanya. Dan benar saja, kini ada buah jeruk yang terjatuh ke lantai. Ini sudah jelas ada yang aneh.

Ann menarik lengan Lin dan berbisik, "Apakah nora bisa menyentuh barang, Lin?"

Lin tampak bingung dan langsung menjawab, "Menurutku sih, tidak."

Sesaat Lin berkata seperti itu, lagi-lagi buah-buahannya kembali bergerak. Kali ini jelas di depan mata mereka. Ann dan Lin bergidik ngeri.

"Kita harus pergi dariー"

"Tunggu dulu," tukas Ann. Ia mendekati rak buah tersebut dan menyentuh bagian permukaan buah yang terjajar itu dengan kedua telapak tangannya. Ann mulai mengeluarkan suhu panasnya menyebar ke buah-buah tersebut secara singkat.

"Hei, hei. Mau kau apakan buah itu?!"

"Diam."

Sepersekian detik kemudian, suara teriakan terdengar melengking seakan memancing seluruh orang untuk melihat ke arah pintu masuk supermarket.

Ann dan Lin mengejar suara itu. Dan benar saja, mereka mendapati seorang bocah laki-laki dengan buah-buahan yang berceceran di lantai. Ia mengibas-ngibas tangannya seperti sehabis memegang panci panas.

"Kena kau, hah!" Ann menghampiri bocah yang panjang rambutnya menyentuh daun telinga dan agak coklat kekuningan itu dan menjewer telinganya. Anak itu tampak kesakitan minta ampun.

Tanpa sadar, sudah banyak orang yang mengelilingi mereka bertiga, sambil berbisik-bisik, "ada bocah pencuri"

"bagaimana bisa ia membawa buah sebanyak itu dengan dua tangannya?"

"astaga, masih zaman ya mencuri di supermarket?"

Dan beberapa ucapan lainnya yang memojokkan anak itu.

Anak itu tampak panik tidak bisa kabur sampai ada pelayan supermarket yang menghampiri.

"Kumohon, jangan laporkan aku ke polisi!" anak itu berlutut, memohon dengan sangat kepada pelayan tersebut. Air matanya menetes ke kaosnya yang sudah usang.

Sang pelayan menghela napas dan ia mengambil tiga buah apel yang berceceran tadi. "Ini buatmu. Tapi janji denganku tidak mencuri lagi!" tegasnya.

Bocah itu menatap sang pelayan dengan tatapan sayu. Ia membungkuk seraya mengucapkan terima kasih. Pelayan itu mempersilakan ia lewat dan menginstruksikan untuk membubarkan diri. Ann dan Lin saling tatap-tatapan.

~
Lekas berbelanja, Ann dan Lin berjalan kembali pulang, ke van.

"Anak itu... punya Loir kah?" Ann bertanya tiba-tiba.

"Aku juga berpikir demikian. Loir-nya seperti punya Rev, ya?" kata Lin yang sambil menggendong tas belanjaan di depan. Ya, digendong, saking banyaknya makanan yang ia beli.

"Menurutku sedikit berbeda," ucap Ann yang membawa tas belanjaan tidak kalah besar. "ia memang menghilang, namun ketika tangannya kepanasan itu... kenapa ia muncul? Bisa saja ia tetap menghilangkan diri-- tunggu! Aku baru sadar!"

"Apakah kamu memikirkan hal yang sama denganku?"

Ann dan Lin saling menatap.

"Kenapa bocah itu kepanasan saat hendak keluar supermarket? Padahal rak buah saja berada jauh dari pintu masuk." ungkap Ann terheran.

"Tepat sekali! Hey, aku penasaran Loir dia apa."

"Astaga. Harusnya aku tahan saja tadi anak itu!" sesal Ann dan menepok jidat. Mereka pun melanjutkan perjalanan sambil mengutarakan beberapa asumsi.

~
"Tidak. Dia tidak seperti Rev." tanggap Yue langsung. Ia menyusun beberapa stok makanan di bawah meja komputernya.

"Alasannya?" tanya Ann.

"Dia muncul begitu saja saat terkena jebakan dari Ann. Okelah kalau dia belum terlalu melatih Loir-nya. Tapi apakah aneh ia sepersekian detik kemudian sudah ada di depan supermarket?" jelasnya.

"Kami juga berpikir hal yang sama. Tapi kupikir, Loir memiliki variasi lain. Maksudku, mungkin serupa, tapi tak sama." Ann membalas sembari memainkan Nora yang ia simpan di toples bening. Kini ia sudah anteng di rumah barunya.

"Mungkin saja dia memiliki kemampuan berlari super cepat tiada tandingannya." semua terkejut ketika Rev mulai bicara, karena harusnya ia tengah tertidur dengan bantal kuning kesayangannya.

"Hei, kupikir kamu tidur," kata Lin sedikit sebal.

"Hmm...,"

Setelah itu, tidak ada respon lagi dari Rev.

"Halah, paling ngelindur dia," Yue beranjak dari duduk silanya ke kursi menyalakan komputer untuk kebutuhan riset lagi.

Yue tetap sibuk dengan komputernya, sementara Ann makan buah sembari memainkan ponselnya. Lin juga sama saja, hanya tidur-tiduran beralaskan tikar di atas permukaan mobil van putih tersebut. Rev pun juga masih tertidur. Mereka menghabiskan waktu libur dengan lebih santai dari biasanya.

"Ya," Yue mulai bersuara. "Besok kita culik bocah itu. Persiapkan diri kalian, kawan!"

"Apa? Besok?!"

NwastellarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang