2. RINDU

21 8 0
                                    

Kurang lebih setengah jam perjalanan, akhirnya mobil itu berhenti dan parkir tepat didepan toko bunga.

Kiara turun dan masuk ke toko bunga langganannnya. Kiara membeli sebuket bunga tulip. Hanum sangat menyukai bunga tulip.

Jarak dari toko bunga ke pemakaman tidaklah jauh hanya berjarak 15 menit saja.

Ia berjalan santai. Langkahnya terhenti tepat didepan gapura yang ada didepannya.

Detik itu juga ia merasa pasokan oksigen di paru parunya mulai menipis. Ia tak dapat membendung air matanya.

Tempat ini masih sama seperti terakhir kali ia melihatnya. Mungkin hanya gapura yang sudah berganti cat dan semakin banyak gundukan nisan di dalamnya yang berubah.

Kiara menangis dalam diam saat tiba di makam Mamanya. Sudah dua tahun ia tidak ziarah.

Kiara benar benar merindukan sosok mama dalam kehidupannya.

Kiara menatap rumput hijau yang tertata rapi. Dulu hampir setiap hari ia mengunjungi makam tersebut, namun itu tak berlangsung lama karna sebulan setelahnya Kiara dibawa oleh neneknya untuk tinggal di Kalimantan.

"Assalamualaikum Ma" sapa Kiara sambil mengusap batu nisan dihadapannya. Kiara meletakkan buket bunga tadi diatas pusara makam.

"Aku balik Ma. Aku benar benar rindu mama. Maaf waktu aku mau pergi aku ga sempat pamit sama mama karena waktu nenek jemput aku, keadaan aku lagi sakit." ucapnya sambil terisak.

"nenek yang ngurus surat keindahan aku dan setelahnya nenek bawa aku ke Kalimantan "

"Tahun ini aku berhasil nepatin janji aku ke mama. Mama mau aku jadi dokter kan. Aku lulus di UGM ma, kedokteran"

Kiara sangat betah jika berlama lama di makam mamanya karena ia akan menceritakan hal hal yang telah ia lewati.

Azka memilih duduk di kursi panjang yang tidak jauh dari makam Mamanya. Ia tidak ingin mengganggu Kiara yang sedang rindu dengan sosok Hanum.

"Aku benar benar ganyangka Ma. Inshaallah, aku janji sama mama aku bakal dapatin gelar cumlaude buat mama. Aku mau mama bangga sama aku"

"Harusnya waktu itu mama cepat dibawa kerumah sakit, pasti mama sekarang masih ada disini"

Lagi lagi air matanya jatuh membasahi pipinya. Bahkan ia sampai membekap mulutnya untuk meredam tangisannya.

"Maafin Kiara Ma"

Tiba tiba Kiara merasa ada yang mengusap bahunya.
"Ini semua udah takdir dari Allah Ra" ucap Azka.

Kiara meredakan tangisnya dan mengusap sisa sisa air mata yang menempel dipipinya.

Pandangannya beralih ke arah arloji di pergelangan tangannya. Ia ingat betul jam ini adalah hadiah ulang tahun ke 17 yang diberikan oleh Hanum.

"Ma Kiara pamit pulang dulu ya, nanti Kiara pasti kesini lagi"

Kiara bangkit diikuti oleh kakaknya Azka. Ia menatap makam Hanum sebentar, lalu mulai melangkahkan kakinya keluar area pemakaman.

Kiara menarik napas panjang. Kakinya terasa berat untuk melangkah.

Apalagi jika mengingat kenyataan bahwa tak ada lagi penyemangatnya. Tak ada lagi pelindungnya. Tak ada lagi temannya bercerita.

Saat tiba di depan pintu mobil, sejenak ia terdiam.

Kiara menarik napas dalam dan menghembuskannya secara perlahan lalu membuka pintu mobil dihadapannya.
.
.
.
.
.
Hai All!
Jangan lupa tinggalin jejak dengan vote cerita aku:) dan juga kasih saran serta komentarnya 😊
HOPE YOU LIKE AND ENJOY!


Ig: mlynidwi_
13 Mei 2020

MAGNIFICENT Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang