#kabar buruk pangeran

16 3 2
                                    

Langit cerah, mengikuti suasana hati saya kala itu.
Melangkah menuju ruang rektorat ditemani dawan.
Dengan bangga dawan tersenyum saat saya akan memasuki ruangan.
Pasalnya. Saya menerima lagi beasiswa akademik 3 kali berturut turut sejak tahun pertama. Dawan mengacungkan jempolnya sebelum saya masuk ke dalam.

Masuk dengan senyuman ,keluar pun dengan senyuman. Garis melengkung itu tidak beranjak dari wajah dawan. Gemas.

"Selamat lagi!pinter banget nih sahabat gua, bangga" ucapnya.

"Bangga karna bisa nyontek lagi?"

"Kalo kata bang jae. That's right!"

Saya tertawa.

"Traktir dong?" ucap saya.

"Mau apaa?"

"Mmm apa ya? Lagi pengen buah buahan"

"Yaudah tapi makannya di studio aja ya? Mau sekalian latihan kan tar malem manggung"

Saya mengangguk.
Dawan membeli makanan, saya melangkah menuju studio yang hanya berjarak beberapa langkah tepat di belakang kampus.

Tempat yang strategis untuk band enam hari, karna selain dekat kampus, dekat juga dengan kosan.

"Loh mas yas, mau kemna?" ucap saya ketika berpapasan dengan mas yasa

"Beli bensin dulu. Mau ke dalem? Ada brian kok"

"Ok mas yas! Hati hati"

Memasuki studio, bayangan mas brian yang duduk di sofa terlihat jelas.

"Assalamualaikum mas bri!" ucap saya. Namun mas brian tidak menggubris.

Saya mendekati dan memperhatikan mas brian yang sedang duduk menunduk sambil sesekali matanya menatap sendu layar handphone nya.

"Mas bri? Are you okay?"
Duduk disamping mas brian mungkin bisa membuatnya bercerita.

Namun nyatanya tidak, mas brian tetap diam.
"Mas brian kenapa? Gamau cerita?" ucap saya.

Mas brian menoleh dengan tatapan sendu, sungguh wajah tampan nya sngat tidak cocok dengan raut itu.

"Mas bri?"

Mas brian langsung memeluk,
untuk pertama kalinya, saya harus menahan rasa gugup saya.

"It's ok mas bri" ucap saya ditengah pelukannya.

Mas brian mengeratkan pelukannya, seolah rasa sakitnya menambah ketika saya mencoba menguatkan.

Masih dalam pelukan mas brian, dawan masuk membawa 2 kresek makanan.
Melihat pemandangan seperti ini tentu saja dawan terdiam, seperti mencerna apa yang sedang terjadi.
Saya mengusir dawan dengan memberikan gestur 'keluar dulu'
Dawan tetap mengikuti perintah saya.

1 menit pelukan yang mampu membuat tulang tulang saya terasa lemas. Perdana, saya dipeluk.
Mas brian yang pertama.

"Sorry ya nay?"

"Gapapa mas bri, cerita aja jangan dipendem"

Mas brian menghela nafasnya.
"Gue putus sama tunangan gue"

"Loh kenapa mas bri?! 3 bulan lagi nikah loh?!!!!"

"Dia hamil. Tapi bukan gue yg buat."

Untuk kali pertama juga, saya terdiam tidak tahu harus berkata apa.

Kabar buruk ini tentunya menyiksa mas brian, dan akan berdampak pada personil lainya.

Dengan terpaksa, saya dan mas brian sepakat untuk tidak memberitahu yang lain sampai perform hari ini beres.








Waktu demi waktu terus bergulir. tiba waktunya band enam hari perform. Seperti biasa, saya selalu ada di garis terdepan sebagai #hariku.

Dan untuk pertama kalinya, saya melihat mas brian yang bernyanyi dengan tatapan sedih. Bahkan sesekali ia memejamkan matanya seolah mengungkapkan isi hatinya dengan lirik itu.

Namun berbeda saat saya menatap drummer dari band ini.
Ia tersenyum setiap matanya melihat saya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 19, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Erinaya Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang