"Tolong jelasin ke aku apa maksud ini semua? Kamu? Belanda? Kamu mau ke Belanda, Woo?" Haruto berkata parau, menatap Jeongwoo lekat seraya menunjukkan sebuah formulir salah satu universitas di Belanda dari laptop merah laki-laki itu.
Jeongwoo mengangguk pelan, "Maaf ga pernah kasih tahu kamu sebelumnya. Haru, aku bisa jelasin."
"Woo, kita udah lama kenal dan dekat, ga sekalipun aku pernah nutupin sesuatu dari kamu. Tapi kamu, kamu nunjukin bahwa kamu masih belum percaya sama aku, Woo."
"Haru, aku seutuhnya percaya sama kamu. Ga pernah sekalipun aku berpikir buat ngeraguin kamu. Kamu tau itu, Haru."
Jeongwoo balas menatap mata Haruto lekat, menahan sekuat tenaga agar air mata tak menyesak keluar dan jatuh. Ia hanya tak boleh menangis sekarang, meski kedua tangannya bergetar hebat, meski hatinya sesak teramat sangat.
Menahan semua gejolak yang ada, Ia kembali bersuara, "Aku minta maaf, Haru. Pergi ke sana, adalah mimpi aku. Bahkan salah satu mimpi terbesar aku. Aku mau, no, aku harus terbang ke Belanda untuk mencapai mimpi aku."
"Tapi kenapa kamu ga pernah bilang? Kenapa kamu sembunyiin ini semua?" Kata Haruto setelahnya. Jeongwoo tahu benar laki-laki itu sangat kecewa.
"Karena aku ga bisa. Jujur, aku mau cerita semuanya ke kamu. Tapi aku ga bisa. Aku terlalu pengecut, Haruto. Dan aku benar-benar takut. Aku takut aku akan kehilangan kamu dari hidup aku." Matanya kini mulai berair, hampir menangis. Tapi ditahannya mati-matian sekali lagi.
"Kalau gitu kenapa harus luar negeri? Kenapa ga tetap tinggal disini, Woo? Di sisi aku."
"Aku mau, Haru. Tapi mimpi ini harus aku kejar lebih dulu. Kamu yang paling ngerti aku. Ketika aku punya satu mimpi, ga ada yang bisa aku lakuin selain buat mimpi itu jadi nyata."
Haruto menarik nafasnya dalam-dalam. Sekarang Ia bisa apa lagi. Ia tahu benar, jika laki-laki di hadapannya ini menginginkan sesuatu, Ia akan bertekad kuat sekali untuk mendapatkannya.
Sedetik kemudian Jeongwoo melangkahkan kakinya mendekat, memeluk erat tubuh kokoh laki-laki di hadapannya, berujar pelan, "Aku akan tetap mencintaimu, Haru, dimanapun aku berada, dan aku akan terus mencintaimu sampai akhir."
Haruto memejamkan matanya sesaat, menahan perasaan sesak yang menjalar di dadanya. Namun kemudian balas merengkuh tubuh laki-laki yang begitu dicintainya, berujar, "Aku juga akan tetap mencintaimu, Woo, dimanapun aku berada, dan aku akan terus mencintaimu sampai akhir."
Ikatan itu, bisa jadi hanya sekedar ikatan tersirat semata, yang mungkin bagi sebagian besar orang menganggapnya lemah. Atau hanya seuntai kalimat manis yang keluar dari bibir sepasang insan manusia.
Tapi Jeongwoo dan Haruto bahkan tak peduli dengan apapun lagi. Karena mereka satu-satunya yang mengetahui sekuat dan seerat apa ikatan yang mereka miliki. Yang pasti, ikatan itu tak akan lepas dengan mudahnya. Karena mereka telah berjanji akan selalu menjaganya dalam kondisi apapun.
Ikatan itu, adalah cinta.
~
Hari wisuda Jeongwoo dan Haruto akhirnya tiba. Setelah melewati periode-periode terburuk penciptaan skripsi yang panjang dan sidang akhir yang menguras tenaganya secara fisik maupun mental, mereka akhirnya dinyatakan lulus dan berhak menyandang gelar sarjana.
Hari itu juga, Jeongwoo mendapat sebuah e-mail mengejutkan dari pihak Kementerian Luar Negeri Belanda dan universitas tempat Ia mendaftar kuliah, menyatakan bahwa Jeongwoo berhak menerima beasiswa di universitas tersebut. Ia tak bisa bergerak dan menahan nafasnya ketika membaca surat elektronik tersebut. Senyumnya terkembang, tetapi entah mengapa hatinya bergemuruh.
Lantas bergegas Ia mencari sosok Haruto, laki-laki itu harus mengetahui kabar ini terlebih dahulu.
Sampai Ia menemukannya, Jeongwoo berkata, "Haru, aku lulus." Ucapnya pelan, dengan perasaan yang tak karuan.
Ia bahagia sekali, sampai-sampai ingin melompat-lompat kegirangan saat ini. Menunjukkan pada semua orang bahwa Ia menggenggam mimpinya lagi sekarang. Bahwa Ia bukan hanya sekadar seorang pemimpi, tetapi seseorang yang benar-benar berani untuk mengambil langkah ke arah mimpi tersebut.
Namun di sisi lain Ia juga merasa sangat sedih. Haruto, laki-laki yang tempo hari berujar ingin selalu berada di sisinya dan membuat Ia bahagia, akan Ia tinggalkan jauh ke seberang benua. Semua terasa begitu berat untuknya, walau laki-laki itu telah berkata Ia akan baik-baik saja di negara ini. Baik-baik saja berada jauh darinya.
Haruto telah siap untuk merindukannya, membuat Jeongwoo terhenyak sekali lagi begitu memikirkannya. Akankah Ia bertahan?
Lantas bulir-bulir itu tumpah dari mata beriris cokelatnya, kali ini tak tertahankan lagi. Haruto mendekat, memegang kedua pundaknya kuat. Pundak itu bergetar.
"Woo, kamu sendiri yang pernah bilang ga ada yang bisa halangin mimpi kamu, kan? Meskipun aku pernah minta kamu untuk tinggal, kamu bilang 'No, Haru. I'll reach my dream no matter what'. Ingat Woo, kamu pernah bilang itu ke aku. Sekarang kamu harus kuat. Aku udah bilang aku akan baik-baik aja. Aku sepenuhnya dukung kamu, Woo. Sekarang kamu harus percaya pada diri kamu sendiri, okay?"
Dengan sisa air mata yang menggenang di pelupuk matanya, Jeongwoo mengangguk mengiyakan. Rasanya Ia ingin sekali memberi tahu seluruh semesta bahwa Ia sangat menyayangi laki-laki yang berdiri di hadapannya ini. Bahwa Ia sangat bersyukur dan berterima kasih atas kehadiran sosok mengagumkan ini di dalam hidupnya.
Dan Ia percaya, kemana pun esok lusa langkah kaki akan membawanya, cinta yang Ia miliki tak akan pernah berkurang sedikit pun. Ia juga percaya Haruto akan tetap menjaga hatinya meski berada jauh sekali, beribu-ribu kilometer darinya.
"Haru..."
"Ya, Woo?"
"Terima kasih,-"
"-terima kasih untuk semuanya." Ucap Jeongwoo lembut seraya tersenyum.
Haruto mengangguk, membalasnya dengan senyuman. Mungkin senyum terakhir yang bisa dilihatnya secara langsung untuk beberapa tahun ke depan.
~
Bandara Schiphol Amsterdam, Belanda. Salah satu tempat yang selama ini hanya bisa Jeongwoo kunjungi di dalam dunia khayal. Dunia bayang-bayang yang menerbangkannya dalam pesona tersendiri. Dunia khayal yang sekarang menjadi nyata.
Atmosfer Belanda yang khas seketika menyergapnya dalam kekagumam. Dilangkahkan kakinya pelan-pelan, tak ingin melewatkan setiap detik waktu yang Ia punya. Udara di negara ini terasa berbeda entah mengapa, membuatnya menghirup nafas lebih panjang dari biasanya.
Ia ingin sekali berlari-lari seperti anak kecil saat itu juga, namun terlalu takut akan ditegur oleh petugas bandara nantinya.
Lalu sekonyong-konyong Ia bergumam pelan, "Haru, aku udah di Belanda sekarang. Aku benar-benar di sini."
Ah, rasanya semuanya tidak lagi seberat dulu, terasa seperti Ia akan hidup selamanya saja di dunia ini. Ia bahagia sekali, mungkin sebahagia seekor induk burung camar di ranting pohon ek yang baru saja menetaskan bayinya.
Jarak tak akan ada artinya lagi sekarang. Haruto dan dirinya akan tetap seperti sebagaimana mereka beberapa tahun yang lalu hingga hari ini. Ia berjanji pada Haruto tak akan ada yang berubah di antara mereka berdua. Karena Jeongwoo sepenuhnya percaya, Haruto akan selalu berada di sisinya dan setia menunggunya.
-SELESAI-
![](https://img.wattpad.com/cover/225030616-288-k868539.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Mencari Celah di antara Mimpi dan Cinta // Hjw
Romance[Hajeongwoo] Mimpi besarnya, dan sosok laki-laki mengagumkan yang selalu berada di sisinya, takkan bisa Ia memilih di antara keduanya, takkan sanggup Ia melepas salah satu darinya. // bxb // sebuah cerita pendek dari si pohon ek.