🎼You must think that I'm stupid🎼
[Kau pasti berpikir aku bodoh]🎼You must think that I'm a fool🎼
[Kau harus berpikir bahwa aku tolol]🎼You must think that I'm new to this🎼
[Kau harus berpikir bahwa aku baru mengalami]
.
.
.
.
."Dasar bodoh," ucap Maya sedikit membentak.
Pelupuk matanya mulai memerah menahan tangis. Tubuhnya gemetar. Dia terus mengucapkan sumpah serapahnya.
"Ken, pliss jelasin ke gue. Kenapa lo ngejauhin gue, dan sekarang lo mau putusin gue? Dasar kek anak kecil."
Mendengarnya saja hatiku sudah beku. Secuil perasaan ini telah hilang untuknya. Selamanya. Melihatku yang hanya diam saja, membuatnya geram. Ia terus mengulang pertanyaannya. Ia meninggikan nada bicaranya dan mengatakannya dengan penuh penekanan. Namun, hatiku tetap kukuh tak bergeming. Sampai ....
"Bukan gue, May, tapi lo. Setiap gue cari, yang ada lo malah sama Nanda. Terus gue yang lo anggep ngehindar? Pikir dong, May." untuk pertama kalinya aku berbicara dengan nada lima oktaf. Kemudian aku pergi meninggalkannya.
"Bodohhh," jeritnya dari kejauhan.
__________
🎼But i have seen this all before🎼
[Tapi aku sudah melihat ini sebelumnya]🎼I'm never gonna let you close to me🎼
[Aku tidak akan pernah membiarkanmu dekat denganku]🎼Even though you mean the most to me🎼
[Meskipun kamu sangat berarti bagiku]🎼'Cause every time i open up, it hurts🎼
[Karena setiap kali aku membuka hati, itu menyakitkan]🎼So i'm never gonna get too close to you🎼
[Jadi aku tidak akan pernah terlalu dekat denganmu]🎼Even when i mean the most to you🎼
[Bahkan saat aku paling berarti bagimu]
.
.
.
.
.Minggu ini adalah kegiatan 'sekolah bersih' dan aku selaku ketua kelas akan menjadi moderator dalam kegiatan ini. Semuanya terlihat antusias. Namun, satu yang lolos dari pantauanku. Maya. Kemana dia? Dari tadi aku tidak melihatnya meskipun sekedar memegang sapu. Akhirnya, aku pergi ke sana ke mari mencarinya. Alhasil, aku malah bertemu Pak Lukman. Sudah pasti jika aku akan mendapat perintah memindahkan berkas ke gudang.
"Satu, dua, tiga, empat ... delapan kardus," ucapky sembari menghitung jumlah kardus yang akan kubawa.
Aku mulai mengangkat kardus dan menuju gudang. Aku memilih jalan lapangan basket meskipun jauh, tapi setidaknya aku juga dapat melihat kerja seluruh siswa.
"Maya," ucapku spontan. Aku melihat Maya dan Nanda sedang berlatih basket. Namun, yang membuatku naik darah adalah Maya memeluk Nanda ketika berhasil memasukkan bola ke ring. Maya yang sadar kehadiranku langsung terkejut.
"
May, lo kalau mau latihan basket bilang ke gue. Pasti gue ajarin kok," sarkasku.
"Kalem, men. Cewek tuh kalo minta di ajarin, pasti sama orang yang dia percayai. And see, dia lebih percaya gue ketimbang lo," sahut Nanda. Sejenak aku berpikir, kalau aku pernah mengalami ini bukan hanya sekali.
Rasa 'sayang' itu seketika lenyap. Meskipun hubungan kami sudah berlangsung lama. Bahkan dia sangat berharga bagiku dulu. Kini aku sudah tidak punya rasa lagi. Hatiku telah kosong. Hampa. Pergi adalah jalan terbaik saat ini.
Jarak yang tercipta oleh langkah kakiku semakin jauh dengannya. Aku menjauh. Semakin menjauh. Bahkan saat seperti ini pun dia tak mengejarku. Memang benar jika ini yang terbaik. Aku kembali fokus pada tugas yang di berikan Pak Lukman kepadaku.
Bersambung ....
KAMU SEDANG MEMBACA
At Goodbye
Novela Juvenil©Cover by @jiaynad Bukan kamu yang membuat ku lepas, tapi rasa sakit yang membuat semua menjadi mati rasa. Sekali saja masih bisa dimaafkan. Namun, kau melakukannya berulang kali. Kau tak tahu bahwa paku yang kau tancapkan pada dinding, justru membu...