🎼In case you go and leave me in the dirt🎼
[Jangan kau pergi dan tinggalkan aku dengan sakit hati]🎼But every time you hurt me, the less that i cry🎼
[Tetapi setiap kau menyakitiku, semakin jarang aku menangis]
.
.
.
.
."Anak-anak, silakan memilih pasangan kalian untuk prom night mendatang. Terima kasih," ucap Pak Lukman sebelum mengakhiri kelas.
Aku tak berpikir panjang untuk memilih siapa pasanganku. Jelas. Pasanganku nanti adalah Maya. Namun, saat istirahat aku melihat Maya tengah berbicara dengan Nanda. Aku yang merasa geram segera menghampiri mereka.
"Eh, Ken. Lo ... Ngapain?" celetuk Maya.
"Ngapain lo bilang, May? Gue itu pacar lo, ya, masak, sih ada pacarnya sama orang gue gak marah." aku mencoba menahan amarah ku yang siap meledak.
Maya yang mendengar penjelasanku hanya tersenyum mengejek. Dalam hati aku berpikir, adakah yang salah dengan kata-kataku. Kemudian Nanda yang tanpa bersalah merangkul Maya yang bukan siapa-siapa dia.
"Sorry, Ken. Aku ke prom night bareng Nanda, yah." mataku melotot mendengarnya.
Aku terdiam sejenak. Tubuhku kaku. Sedetik kemudian nukleus dalam otakku memberi isyarat bahwa rasa 'cinta' itu sudah lenyap.
"Oh, oke," ketusku. Sebenarnya aku ingin melerainya, tapi kupikir ini yang namanya 'bertepuk sebelah tangan'. Entah mengapa hatiku merelakan kepergiannya. Aku mengiyakan keputusannya. Bahkan untuk menangis rasanya aku sudah tidak bisa.
___________
🎼And every time you leave me, the quicker these tears dry🎼
[Dan setiap kali kamu meninggalkanku, semakin cepat air mataku mengering]🎼And every time you walk out, the less i love you🎼
[Dan setiap kali kamu keluar, semakin aku tidak mencintaimu]
.
.
.
.
.Aku sudah lumayan baikan dengan Maya saat ini. Sekarang ia berjalan bersamaku untuk pulang. Kami tertawa bersama. Aku rindu senyumnya. Kami membahas banyak hal dari yang penting sampai hal-hal kecil yang tak terduga.
Baru seperempat jalan tiba-tiba kami dikejutkan oleh suara klakson mobil. Saat kaca mobil itu terbuka ternyata dia Nanda. Aku melihat perubahan raut wajah Maya. Ia seperti berbinar-binar. Melihat itu hatiku sakit. Namun, rasa sakit itu anehnya hanya sementara saja.
"May. Bareng, yuk," ajak Nanda.
"Eumm, Ken, aku bareng Nanda, ya. Kakiku capek, nih. Daritadi jalan terus." untuk kesekian kalinya ia meninggalkanku. Yang kurasakan hanya 'biasa saja', mungkin karena aku sudah terbiasa.
"Hem," sahutku singkat.
Setelah Maya masuk ke mobil Nanda, aku hanya tersenyum. Maya kemudian melambaikan tangannya, samar-samar mengucapkan 'goodbye'. Aku diam. Hanya tersenyum. Sepertinya aku sudah tidak mencintainya lagi.
___________
Bersambung ....
KAMU SEDANG MEMBACA
At Goodbye
Novela Juvenil©Cover by @jiaynad Bukan kamu yang membuat ku lepas, tapi rasa sakit yang membuat semua menjadi mati rasa. Sekali saja masih bisa dimaafkan. Namun, kau melakukannya berulang kali. Kau tak tahu bahwa paku yang kau tancapkan pada dinding, justru membu...