Limusin itu berhenti di depan halaman sebuah mansion yang besar. Lalu dua orang berbeda gender keluar dari limusin itu.
"Nah kita sudah sampai." ucap Karl sambil membawa koper, dan (name) yang membawa tas berisi barang-barang mereka.
"Ayok masuk!" ajak Karl sembari tersenyum, (name) hanya mengangguk dan membalas senyum Karl, lalu mengekor di belakang.
Krieeett
Pintu terbuka, terlihat ruang tamu nya yang megah. Dan terlihat ada dua kubu yang sedang adu mulut di ruang tamu itu.
"Tadaima." ucap Karl, lalu ia masuk. Dua kubu yang sedang adu mulut itupun mengalihkan atensi mereka kepada dua orang yang baru masuk.
"Sedang apa kalian?" tanya Karl sembari melangkah mendekati mereka. (Name) hanya mengekor di belakang. Pandangannya mengedar, menerawang setiap lekuk ruangan. Lalu matanya menatap sekumpulan pemuda yang terbagi menjadi 2 kubu, ia menerawang. Masalalu dari masing-masing pemuda itu terputar di kepala (name). Ya.. (Name) punya kekuatan untuk mengetahui masalalu hanya dengan melihat orang, benda, atau sesuatu lainnya. Bahkan sebuah perkataan.
"Kau? Ada apa kau kemari?" tanya pemuda berkacamata. Wajahnya yang kebingungan kembali datar, semua pertanyaannya tentang alasan 4 pemuda Mukami yang datang ke mansion keluarganya pun terjawab.
"Oh, jadi kau yang menyuruh mereka datang?" lanjut nya sembari membenarkan posisi kacamatanya. "Ya, karna ada suatu urusan. Aku menyuruh mereka untuk datang." Jawab Karl. Lalu ia duduk di sofa, diikuti (name) yang tatapannya masih kosong karena sedang menjelajah masa lalu.
"Ayo duduk lah." ucap Karl, ia menatap para pemuda itu. Lalu mereka semua duduk di sofa.
"Siapa dia?" tanya Shuu. Pandangannya terarah pada (name) yang tengah melamun.
"Apa dia bank darah baru untuk kami? Pengantin? Atau bank darah untuk mereka?" tanya Ayato. Semua mata tertuju kepada (name) yang sekarang sudah mendapatkan fokusnya kembali.
"Pertama, perkenalkan dia (Full name). Dan dia adalah calon ibu baru kalian semua." jawab Karl dengan senyum yang merekah sampai matanya menyipit.
Mukami bothers hanya diam memperhatikan, Shuu yang matanya setengah tertutup kini membulat lebar, Reiji juga membulatkan matanya dan memasang ekspresi terkejut, Ayato, Kanato, dan Laito membuka mulutnya namun tak bersuara, Subaru hanya bergumam 'hah?' sama terkejutnya, sementara Yui hanya tersenyum kecil.
"Apa maksudmu?" tanya Subaru. "Kurang jelas ya? Dia akan menjadi ibu kalian. Satu minggu lagi akan diadakan pernikahan." jawab Karl. "Kau bercanda? Maksudku, lihat. Gadis yang kira-kira berumur 19 tahun akan menikah dengan mu yang berumur 2000 tahun lebih?!" tutur Laito. Ya mereka awalnya mengira kalau (name) itu pengantin untuk mereka atau bank darah. Namun nyatanya. Dia adalah calon ibu yang berarti pengantin ayah mereka.
"Dugaanmu salah Laito." respon Karl, "umurnya 900 tahun." lanjutnya membuat para vamvir muda di sana tercengang tak terkecuali Yui.
"Khuku, aku awet muda ya." celetuk (name) sembari terkekeh.
"Hah? Ekhm. Lalu, untuk apa kau memanggil para setengah manusia itu kemari?" tanya Reiji. " Aku ingin mulai sekarang kalian tinggal bersama. Disini." jawab Karl santai. Namun itu tidak terdengar bagus untuk para vamvir. Dan malahan terdengar seperti bencana bagi Yui.
"Tidak sudi aku satu atap dengan mereka!" celetuk Kanato, "benarkan teddy?" lanjut nya bertanya kepada teddy nya. "Benar, kenapa juga mereka harus tinggal disini?" timpal Ayato. "Apa menurut kalian kami juga sudi tinggal satu atap dengan kalian? Tentu saja tidak!" ucap Yuuma. "Benar, kalau bukan permintaan tuan Karl, kami mana mau datang kesini lalu tinggal satu atap dengan kalian!" timpal Ruki.
"Sudahlah kalian. Kita harus berangkat kesekolah sekarang." ucap Yui menengahi. Ia sebenarnya harap cemas dari tadi. Pasalnya, 6 vamvir aja dia udah pusing gara-gara darah nya di ambil. Lah ini 10 vamvir mungkin 11 kalau Karl ikut minum darahnya.
"Baiklah ayo kita berangkat. Kalian satu limusin ya!" ajak Karl, lalu ia berdiri dan memakai jas yang dari tadi di pegang (name). "Hah? Kau mau kemana?" tanya Ayato, "Aku ada sesuatu yang harus di urus. Jadi kita semua bareng saja. (Name), tak apa kan kalau kau sendiri di mansion?" jawab Karl diakhiri pertanyaan untuk (name). "Tentu." jawab (name)
Lalu dengan terpaksa mereka berangkat bersama. Mau membantahpun takut terjadi perdebatan lalu mereka telat ke sekolah. Alhasil mereka hanya menurut saja. Sebentar lagi ulangan akhir semester soalnya. Kalau mereka lewat satu kelas saja bisa berabe. Mending kalau masih Reiji yang meriksa, lah ini lagi ada bapak negara.
Mereka pun masuk ke limusin menyisakan (name) yang memperhatikan di ambang pintu.
"Hati-hati di jalan ya!" seru (name) sembari melambai. Samar-samar ia melihat Karl, dan Yui membalas lambaian tangannya.
Limusin sudah meninggalkan pekarangan mansion. (Name) masuk dan menutup pintu. Di tatapnya ruangan mansion itu lekat-lekat lalu jatub terduduk.
"Aku tak percaya. Aku akan menjadi ibu dari para vamvir lacnat." lirihnya sambil menutup wajahnya dengan tangan.
"Yosh! Aku akan melakukan yang terbaik! Kalau tidak salah satu minggu lagi pernikahanku dengan Karl. Hmmm, ku terima saja ya. Aku juga ingin mendidik dan memberi kasih sayang pada para vamvir itu." lanjutnya bermonolog lalu berdiri dari duduknya.
"Yah, sebelum itu ayo kita bersihkan dulu mansion lusuh ini. Lalu siapkam makan malam."
"Lagi pula sepertinya, aku punya kekuatan!"
Lalu dia mulai bersih-bersih
TBC
Ada yang baca? Hmm ada ya
Makasih udah baca. Mari kita lihat apakah kalian berhasil diterima sebagai ibu! Semangat mantengin ceritanya ya!Salam damai dari author
KAMU SEDANG MEMBACA
Mother (Diabolik Lovers)
FanficKarlheinz membawa seorang wanita ke kediamannya yang katanya adalah calon ibu untuk anak-anaknya. Awalnya wanita itu menolak untuk menikah dengan Karl. Namun, ada sesuatu yang membuatnya setuju untuk menikah dengan Karl dan menjadi nyonya Sakamaki.