At Gimpo AirportGadis itu melenggang dengan anggunnya, membuat pintu kedatangan sebagai runway pribadinya dengan sundress berwarna softpink dan sunglass yang menutupi pancaran matanya serta seringai puas miliknya ketika beberapa pria tampak tak mampu berkedip saat dia lewat. Dia bukan tipe gadis yang berpura-pura menyembunyikan kecantikannya atau bersikap polos bahwa dia tidak menawan. Hoho, dia bukan gadis munafik, dia bahkan selalu memuji dirinya sendiri saat berdiri di cermin bagaimana menawannya dia. Dan tentunya radarnya sangat sensitif terhadap pria tampan, dia bahkan tahu bahwa pria yang baru saja dia goda didalam pesawat sedang mengikutinya, jelas pria itu tengah mencari celah untuk bisa bicara dengannya.
Gadis itu sedikit terkejut saat ponselnya tiba-tiba berdering hingga membuatnya terpaksa berhenti sebentar untuk mengecek ponselnya. Sedikit menyeringit kaget dan langsung menyeret ikon hijau pada layarnya saat melihat nama yang tertera di layar ponselnya. "Eoh eonnie. . ." ujar gadis itu sambil kembali menyeret kopernya.
"em. .. aku baru sampai dan tentu oppa harus menjemputku." Dengus gadis itu yang sedikit menyentak kopernya saat dia sudah berada di luar bandara membuat pria yang sejak tadi mengikutinya sedikit tersentak kaget dan gadis itu dengan pengendalian penuh membawa sunglassnya keatas kepala dan membungkuk kearah pria itu dengan senyum ramah dan mengucapkan maaf tanpa suara.
"tidak. . . aku akan menetap di Korea mulai sekarang, jadi bersiap saja untuk ku ganggu. "
"emm arraseo, katakan pada oppa, aku mungkin ada dicafe dekat bandara. suruh dia mencariku, okey?" ujar gadis itu yang sepertinya sengaja mengeraskan suaranya agar pria itu meliriknya.
Dan benar saja, tepat saat dia memasukan ponselnya kedalam saku pria itu dengan cepat menghampirinya.
" Chogiyo_permisi" ujar Pria itu yang membuat gadis itu seketika mengibaskan rambutnya dengan senyum ramah di buat-buat.
" mau minum kopi bersama?" Lanjut pria itu yang membuat gadis itu menaikan sebelah alisnya sambil menyeringai puas, tangkapan lumayan bukan?
" tentu saja"
Yuljae Medical Canter
Seoul, south koreaPria itu memarkirkan mobilnya dengan seenaknya dan berlari tergesa memasuki unit gawat darurat pria itu langsung di sambut seorang dokter perempuan yang terlihat dengan wajah panik.
" Fraktur pada rusuk kanan, ayahnya bilang dia jatuh dari meja makan" lapor dokter itu saat pria utu tengah membasuh tangannya dengan cairan disinfektan dan membuat pria itu menyeringit saat mendengar laporan yang perempuan itu katakan.
"Kau pikir meja makan apa yang keluarga itu pakai" sungut pria itu sambil berjalan kesalah satu ranjang yang sudah di kerubungi suster dan dokter jaga. Pria itu membungkuk sekilas pada wali pasien yang berdiri cemas di dekat ranjang, dia hampir menangis.
Pria itu mengulas senyum pada anak yang sejak tadi merintih kesakitan hebatnya dia tidak menangis dan menjerit kesakitan dia hanya terisak kecil. Pria itu melirik sekilas kearah dokter perempuan yang tadi menyambutnya dan perempuan itu mengucap tanpa suara menyebut nama anak itu.
"Jihoon~a, disebelah mana yang sakit?" Tanya pria itu sambil mengangkat baju anak itu dan wajahnya seketika berubah mengerikan. Anak itu masih tidak berani bicara, nafasnya tersengkal tampak sulit untuk bernafas. Dan saat pria itu menekan bagian tengah dadanya anak itu menjerit kesakitan dan membuat sang ayah panik dan mulai menangis.
" Bagaimana dia bisa seperti ini?" Tanya pria itu pada wali pasien, raut wajahnya cukup dingin.
"D.dia jatuh kesebelah kiri, Ji.. Jihoonku memaksa naik keatas meja makan dan jatuh." Terang ayah Jihoon dan pria itu mengangguk sambil menyerahkan berkas yang dia liat sejak tadi.
