awal

38 6 3
                                    

"halo na, kayaknya gue bukan orang yang tepat buat lo"
"Maksudnya?"
"Ya kita sampai sini aja walau belum mulai apa apa, gpp kan?"

Tidak ada jawaban yang ada malah air mata yang jatuh untuk kesekian kalinya, telpon dari andi untuk mengucapkan perpisahan pada keana. Dari situ keana tak pernah membuka mata, hati, dan telinganya untuk menerima cowok manapun karna dia takut untuk jatuh cinta selama bertahun tahun.

Di akhir tahun masa SMAnya dimana semua murid sibuk dengan tes masuk perguruan tinggi, tapi keana tidak. Karna dia yang terlebih dahulu sudah lolos seleksi perguruan tinggi swasta yang dia mau. Dia berjalan di lorong menuju ruang kepala sekolah untuk mengurus beasiswanya, terdengar dari jauh seseorang yang memanggilnya.

"Keana!"

Keana berhenti tanpa memutar badannya dan menunggu siapa yang memanggilnya, karna dia merasa waktunya ter buang sia sia dia melanjutkan jalannya.

"Woi na, gue panggil juga"
"Apa? Kalau gak penting gue buru buru" keana menjawab dengan ketus sambil melanjutkan jalannya.

Bagi angga, cowo yang sudah lama jatuh hati pada keana dia merasa penasaran kenapa gadis itu bersikap dingin pada laki laki dan itu dia anggap sebuah tantangan baginya untuk mendapatkan hati keana.

Keana keluar dari ruang kepala sekolah dengan wajah senang tapi tiba tiba raut wajahnya berubah saat dia sadar bahwa angga menunggunya dari tadi.

"Dah kelar? Lama amat"
"Lu ngapain"
"Ya nungguin lo lah, mau pulang bareng?"
"Nggak makasih gue naik bis "
"Oh yaudah gue ikut"
"Hah?" Dia terkejut seolah olah hampir kehabisan kata kata
"Gak usah, lo kan bawa motor"
"Ya napa, emang bis punya bokap lo"

Keana memutarkan bola matanya dan segera pergi meninggalkan angga.

Jam pelajaran habis waktunya pulang, hal yang paling di sukai keana. Dia suka keheningan di rumah, dia bergegas agar tak ketinggalan bis atau harus tunggu bis selanjutnya.

"Yuk"

Dia berhenti dan menatap mata angga dengan tajam sebagai isyarat dia tidak mau di ganggu, tapi angga malah mengikutinya dari belakang. Karna kesal dia memberhentikan langkahnya dan berbalik kebelakang.

"Lo ngapain sih!, Gak usah ngikutin gue"
"Gue juga mau naik bis"
"Arrggh" teriaknya dalam hati, saat dia ingin melanjutkan langkahnya ponselnya berbunyi, telpon dari bibi menandkan bahwa ada yang tidak beres di rumah.

"Halo non ana"
"Iya bi kenapa?"
" Ini non, ibu kambuh non"
"Iya bi ini ana langsung pulang" dia bergegas ke halte depan gerbang, dan sayangnya dia tertinggal bis. Wajahnya tak tenang menahan marah takut cemas secara bersamaan.

Angga merasa ada yang tidak beres, dia bergegas mengambil motornya dan menawarkan tumpangan untuk kedua kalinya ke keana
"Mending lo ikut gue, gue antar"

Keana cuman bisa liat angga dengan muka cemasnya dan mali, dia langsung naik ke motor angga.

Setiba di rumah keana langsung berlari masuk kedalam rumah tanpa mengucapkan apapun pada angga, dia tau kalau keana sangat panik dan dia langsung pulang.

Setelah menenangkan ibunya, abang keana pulang dari kegiatan kuliahnya.
"Bang gantian jagain ibu ana mau ganti baju sama siapin makan malam"
"Ibu kambuh lagi na?"
"Iya"
" Yasudah biar abang yang jaga"

Sebenarnya ibunya tak apa apa hanya mengalami Post-traumatic dimana dia sangat merasa terkhianati, hal itu juga yang buat keana tak suka pada laki laki kecuali abangnya ya karna hanya abangnya satu satunya laki laki laki yang masih dia percayai dan sayangi.

Setelah makan malam keana kembali ke kamarnya menyelesaikan tugas tugasnya dan menikmati keheningan, saat di rebahkan badannya di kasur dia teringat bahwa di belum mengucapkan terimakasih pada angga. Dia bingung bagaimana cara mengucapkan terimakasih karna angga telah membantunya.

philophobiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang