TWELVE

133 20 7
                                    

Pulang.

Jakarta, 2020.
━━━━━━━━━━

ㅤㅤSuasana duka menyelimuti kediaman Yuswara. Manusia-manusia berpakaian hitam pula berbau bunga berkumpul untuk berbagi kesedihan dan simpati untuk anak pertamanya.

ㅤㅤArdhito telah tiada.

ㅤㅤMata milik Sirenetta terlihat sayu dan redup, sorotnya bagai tidak ada harapan hidup. Namun kering bagai sahara, pula isaknya tidak bersuara.

ㅤㅤ“Ren, gapapa?” sapa Eka, pria 29 tahun yang baru selesai memindahkan kursi untuk tamunya.

ㅤㅤ“Iya, Mas. Gapapa.”

ㅤㅤJawaban lemah itu tidak dapat dipercaya.

ㅤㅤSi lelaki kemudian menepuk bahu sang puan, sambil tersenyum menguatkan.

ㅤㅤ“Jangan di tahan ya, kalau butuh sesuatu hubungi aku atau yang lain aja.”

ㅤㅤMendengarnya buat si sulung tidak enak hati. Bukankah semua orang juga bersedih menghadapi ini?

ㅤㅤ“Iya, Mas. Makasih udah bantu ngurusin pemakaman Ayah. Yang lain juga makasih udah mau ngurusin.”

ㅤㅤ“Jangan sungkan, Ren. Kita berenam udah temenan lama sama kamu dan Jendra, ini mah udah kita anggep kewajiban.”

ㅤㅤPerempuan cantik itu tertunduk, dengan senyum tipis yang tidak pasti arti. Tiga lagi, Satya Eka Wangaraja menepuk-nepuk pundak milik Iren.

ㅤㅤ“Semoga kamu kuat selalu, ya,” ucapnya, berlalu.

ㅤㅤKalau boleh berkata jujur Sirenetta Julia Yuswara benar-benar benci rasa itu; rasa kalau dia sedang dikasihani.

ㅤㅤTapi di saat yang sama ia pun tahu, kalau kondisinya sedang tidak baik-baik saja.

ㅤㅤSetelah berlalunya Eka, kini giliran dua koleganya yang baru datang menghampiri.

ㅤㅤSilvia Regita Kirana bertandang dengan pelukan hangat, mendekap erat sampai si puan menahan nafas.

ㅤㅤDisampingnya, tuan setinggi 173 cm yang biasa ia panggil Juan. Dengan seikat bunga namun tak kuasa untuk memberikan kepadanya.

ㅤㅤ“Bos, gue turut berduka cita ya,” kata Gita masih memeluk. “Semoga amalan kebaikan bapak lo diterima di sisi-Nya.”

ㅤㅤBegitu pelukannya terlepas Iren membalas dengan anggukan lemah, memastikan kepada mereka bahwa ia baik-baik saja.

ㅤㅤ“Yang kuat ya, Ren,” giliran si wira berkata.

ㅤㅤ“Iya, makasih ya, Gi, Ju.”

ㅤㅤTak lama setelahnya, mereka berdua telah masuk ke dalam rumah. Bertambah lagi manusia yang datang memanjatkan do'a untuk sang ayah.

ㅤㅤBaru saja Sirenetta akan berpaling, suara lemah lain menyapanya lagi.

ㅤㅤ“Kak.”

ㅤㅤPanggilan itu diikuti getar, hampir pecah tangis ketika menatap manik milik sang dara.

ㅤㅤ“Jo...” jawab Iren. Gilirannya memeluk duluan, membiarkan sahabat kecil sang adik menangis dalam dekap.

ㅤㅤ“Makasih ya udah bantu kami banyak.”

Janji Jendra  ⋆  SungjoyWhere stories live. Discover now