Aku masih ingat betul bagaimana pertemuan magical-ku dengan Bílý.
Ah ... Bílý.
Aku ingin tahu apa yang terjadi padanya setelah satu tahun ini. Aku ingin tahu apa yang akan dia sampaikan di tahun ini padaku. Aku ingin tahu apakah warna punggungnya akan berubah ketika berada di kamarku? Aku ingin kembali merasakan segumpal awan semanis gulali! Aku ingin bertemu lagi dengan gadis tudung merah yang pemberani! Aku ingin melihat Bílý yang bercahaya!
Aku ... rindu padanya.
Belakangan ini aku merasa melemah, mengingat mimpi itu saja sebenarnya tidak banyak merubahku menjadi lebih kuat. Aku seperti baterai yang soak, perlu di isi agar kembali penuh, dan untuk mengisi penuh, jalan satu-satunya adalah Bílý, begitu pikirku.
Malam-pun menjemput, aku akhirnya tertidur sambil memikirkannya.
"Nona, bangun!"
Aku membuka mata setelah mendengar suara Bílý yang terdengar jelas berbisik di telinga kananku, namun setelah aku benar-benar tersadar dan mengedarkan pandangan ke penjuru kamar, aku tidak menemukan hewan bertanduk satu itu dimanapun.
Ah ... apa mungkin ini karena aku terlalu berharap dia muncul di mimpiku?
Suara notifikasi dari ponselku berbunyi, menyadarkanku bahwa aku sedang tidak bermimpi. Aku meraih ponsel di nakas, tersenyum geli karena gambar laki-laki yang sengaja ku jadikan lock screen itu seakan-akan menyapaku ramah, "Hai! Selamat ulang tahun!" Kemudian bertanya, "Kau tidur dengan nyenyak-kan? Semalam mimpi apa?"
"Aku mimpi Bílý, dia menghampiriku, sepertinya tadi dia memanggilku untuk segera bangun dari mimpi. Tak ku duga, perasaanku setelah itu menjadi lebih baik." Jawabku setengah sadar sambil menatap layar ponsel.
Oh iya, aku sampai lupa untuk membuka pesan. Pesan itu dari temanku.
Temanku yang jauh disana, sudah lama kami tidak bertukar pesan. Dia memberi ucapan selamat ulang tahun padaku, dan mengatakan bahwa dirinya baik-baik saja, dia minta maaf karena tidak bisa sering-sering bertukar kabar, mood-nya seperti wahana viking, sering melayang kesana kemari, membuatnya terkadang hilang tanpa kabar seperti beberapa hari kemarin.
Kami cukup lama bertukar cerita, membahas ini dan itu. Waktu-pun cepat sekali berlalu, aku harus segera beranjak dari tempat tidur, kalau tidak, bisa-bisa aku kembali memimpikan Bílý.
Belum saja aku selesai merapikan selimut, ada yang mengetuk pintu kamarku, suaranya sedikit nyaring dari biasanya. "Nona, cepat buka pintunya!"
I-itu-kan suara Bílý.
Kakiku merespon lebih cepat, kali ini aku harus bertemu dengannya! Walau kamarku tidak besar, tapi sekarang rasanya, jarak dari tempat tidur ke pintu itu sangat jauh, bahkan sepertinya aku harus lari—biasanya aku bisa berada di depan pintu ketika terjatuh dari tempat tidur, "Bílý!"
Dia tidak ada lagi, yang ku temukan malah Bapak yang jarang sekali menggunakan celemek, aku melihat sekitarnya, iya, dapur yang baru kemarin ku bersihkan kini seperti tidak pernah dibersihkan beberapa bulan, "Waduh, gadis Bapak baru bangun? Malu sama ayam sebelah loh." Ujarnya sambil tersenyum lebar, menunjukkan giginya yang berbaris rapi.
"Lah iya, itu-kan ayam sebelah Pak. Ini aku loh, jangan samain sama ayam dong."
"Itu cuci mukamu dulu, Bapak udah masak kesukaanmu. Sekalian bangunin Kakak sama Adikmu sana!"
"Emang Bapak masak apa sih? Kok dapur sampe heboh gitu? Tahu-kan kalau kemarin aku baru bebersih?" Bapak malah menjawab dengan cengegesan khasnya, "Buruan cuci mukamu dulu, kamu pasti suka!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear my ...
قصص عامةDear my ... Aku baru menyadari bahwa sumber kekuatanku itu adalah mereka. [note]: sebuah cerita pendek lanjutan dari cerita Kalbu.