Chapter 1 - Bertemu📌

52 8 6
                                    

Kudus, Mei 2017

Kupercepat langkah kakiku, semoga saja tidak terlambat. Setelah menerima telepon dari Kesya-teman sebangkuku atau bisa dibilang best friend, dia mengatakan bahwa dia sekarang sedang berada di gudang sekolah.

Aku tak habis pikir dengannya, mengapa dia bisa sampai mencari gara gara dengan senior itu lagi. Akhir akhir ini dia berurusan dengan kak Elsa-senior cantik seantero sekolah, hingga dia berakhir disekap di gudang yang terkunci. Aku sangat khawatir dengannya, karena tadi dia berkata padaku ditelfon sambil ketakutan dan bisa ku tebak dia juga menangis.

Akhirnya aku sampai juga didepan pintu gudang sekolah. Pandanganku tertuju ke lorong yang tadi kulewati tampak sepi sekali tidak ada satu orangpun yang melewatinya. Agak ngeri sendiri melihatnya. Well, memang ini sudah jam 5 sore, secara seluruh siswa sudah pulang, kecuali anak basket, pasti mereka masih bermain bola basket di lapangan. Kadang aku juga heran dengan mereka, apakah mereka tidak capek sudah belajar seharian ditambah masih latihan main basket sampai sore. Aku yang kemarin olahraga basket baru setengah jam sudah hampir pingsan, apalagi mereka.

Ah, sudahlah lupakan. Kualihkan pandanganku pada gagang pintu gudang ini. Perlahan kumulai pegang dan kudorong pintu pelan pelan. Holy crap! ternyata gudang ini tidak terkunci,

" kalau tidak terkunci, kenapa tadi Kesya berteriak minta tolong padaku, pasti aku udah dikerjain nih". Sebal sekali ketika aku melihat gudang ini tidak ada siapa-siapa dan lampunya pun mati. Aku coba menyalakan lampu gudang ini, siapa tau benar ada orang didalamnya.

Betapa terkejutnya aku ketika aku melihat Kesya dan beberapa temanku sudah berbaris untuk memberiku kejutan ulang tahunku. Iya... ini hari ulang tahunku. Kulihat Kesya sudah membawa kue ulang tahun beserta lilin berbentuk angka 14 berjalan kearahku.

Jadi ini hanya tipuan Kesya yang mengerjaiku hingga tadi sangat membuatku khawatir. Sahabatku ini memang bisa dibilang orang yang penuh kejutan, beberapa bulan yang lalu dia mengajakku ke rumahnya yang bisa dibilang dia anak orang kaya, ayahnya adalah seorang direktur dari perusahaan yang bergerak dibidang makanan. Ketika itu aku sangat terkejut atas oengakuannya, karena selama di sekolah, dia bersikap seola-olah dia adalah anak dari orang biasa.

Ketika aku bertanya mengapa dia nggak mengaku diawal kalau dia anak orang kaya, dia malah berkata seperti ini, "di SMP ini aku mau mencari teman teman yang tulus mau berteman denganku, aku tidak mau kalau nanti orang mau berteman denganku hanya karena aku anak orang kaya, ketika nanti aku sudah jatuh miskin, pasti mereka akan menjauhiku. Maka dari itu, aku mau mencari sosok teman yang berhati tulus mau berteman denganku, menerima aku apa adanya, dikondisi apapun nanti. Dan akhirnya aku bertemu denganmu Amira, selama ini kamu sudah kuanggap seperti kakakku sendiri, selama ini kamu yang selalu membelaku ketika aku diganggu oleh Kak Elsa. Aku mau kita bersahabat terus selamanya". perkataannya kala itu sungguh sangat tulus dari hatinya. Aku jadi beruntung memiliki sahabat sekaligus teman yang selama ini seperti adik kandungku sendiri.

*_*


Januari 2020

Cuaca pagi ini cerah sekali hingga langit-pun tidak tertutupi awan yang menggantung.

"Hhhh...",

Sudah berkali kali aku menghembuskan nafas kasar akibat di strap berdiri di halaman depan sekolah karena lagi-lagi aku telat berangkat ke sekolah.

"Amira, ibu sangat heran padamu, sejak seminggu terakhir, ibu lihat kamu sudah dua kali telat masuk sekolah, ini yang ketiga kalinya, sebenarnya kamu ini kenapa? Karena tidak biasanya kamu telat seperti ini, Amira Salsabila". Untung kali ini yang menjadi guru piket adalah bu Indah-guru paling sabar di SMA PEMUDA.

Get RealTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang