Selamat membaca!
Chenle dan Jisung saling berdiri berdampingan. Mereka melihat dengan pelan ke arah kanan dan kiri sisi mereka. Jalan yang mereka ambil ialah jalan belakang untuk menuju lorong anak-anak.
"Ada sekitar 6 lorong menuju lorong mainan anak-anak." Chenle melihat ke papan-papan yang melayang di atas. Tulisan 'Mainan' masih jauh dari posisi mereka.
Jisung menganggukan kepalanya, "Kita bagi tugas. Kau lindungi kita dari belakang, aku dari samping dan depan." Pisau dari rak dari samping Jisung sudah ada ditangan Jisung.
"Aku bisa mempercayaimu kan?"
"Setelah kejadian tadi kamu masih bertanya seperti itu?" Chenle mengangkat kedua tangannya ke atas, ia menatap Jisung tidak percaya.
Jisung terkekeh dengan balasan yang ia terima. Ia melihat jam tangannya, "Sudah mau malam. Matahari akan terbenam."
"Ok. Masih ada cahaya lampu. Kita masih bisa berjalan."
Jisung mengambil posisi di depan dan Chenle sudah menghadap belakang. Jisung memimpin jalan dengan berjalan sedikit cepat. Chenle agak kesulitan karena ia harus berjalan mundur sambil sesekali menengok ke belakang – takut bertabrakan dengan Jisung.
Beberapa kali Chenle dapat mendengar suara pisau dan teriakan namun menghilang dengan cepat. Ia tahu pasti gerakan Jisung lebih cepat daripada monster mayat hidup ini.
Melewati lorong rumah tangga, ada jarum dan juga lakban. Chenle meraih dua hal tersebut. Lakban yang berbentuk bulat memudahkannya untuk memasukan tangan ke lubang dan menjadikannya gelang. Jarum-jarum jahit yang kecil ia masukan ke dalam kantong celana. Beruntung jarum-jarum ini kecil jadi ia bisa banyak memasukan banyak barang itu.
"Dua lorong lagi." Bisikan suara Jisung kembali membuatnya tenang.
Mereka sampai di lorong taman-taman. Chenle hampir menabrak Jisung karena Jisung malah berhenti ditengah-tengah.
"YA KENAPA—"
"—SSTT!"
Lampu di bagian lorong mati. Chenle dan Jisung melihat bagaimana monster di bagian lorong tersebut. Mereka dalam posisi tertidur semua. Tertidur dalam artian Chenle dan Jisung masih bisa melihat bahwa monster ini bergerak akan tetapi tidak hidup.
"Gelap. Saat malam mereka tidak akan menyerang." Otak jenius Chenle langsung membuat kesimpulan.
Jisung membalasnya dengan, "Let's see if your hypothesis was right." Mata Jisung melirik ke salah satu rak yang tidak jauh darinya.
Ada lampu portable kecil yang biasa dipakai untuk orang berkemah.
Lampu kecil ini berdiri diatas tulisan tester.
Jisung meraih lampu tersebut. Ia menyalakan lampu tersebut dan melemparkannya dengan cukup jauh. Lampu tersebut jatuh ke tengah-tengah lorong. Monster mayat ini langsung bangun dan berjalan ke tengah. Ada sekitar lima makhluk aneh yang berkeliling diantara lampu.
"Kita harus mematikan lampu supermarket." Ujar Jisung. Kepalanya mendongak ke atas, melihat lampu-lampu ini semakin terang. Jelas kalau lampu ini menyala otomatis karena lampu ini tidak menyala dalam mode 100%. Lampu yang sama dengan lampu yang ada di rumahnya pikirnya. Lampu ini akan menyala dalam mode 100% saat matahari sepenuhnya terbenam.
Jam tangan Jisung menuliskan angka 19:20, masih ada sekitar lima belas menit sebelum semua lampu menyala.
Jisung yang sibuk melihat jam tidak sadar kalau di depannya ada monster yang mendekatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lights On
FanfictionChenle yang harus bertahan hidup dengan seorang remaja seumurannya di dalam sebuah supermarket saat ada wabah berkeliaran. Diberikan warning MATURE karena ditakutkan ada scene yang tidak cukup nyaman untuk dibaca. Inspirasi: Kingdom (from Netflix) a...