6

2.2K 314 143
                                    

Selamat membaca! and terima kasih buat yg udah baca! LOL udah 1k views(????) 

saya harap nggak ada typo.. tapi yaudah lah ya.. xixixixi

.

.

.

.

. here we go .


Ada bekas darah di lantai berceceran dan ada juga bekas cairan lain di lantai. Sekitar 20 meter dari tempat mereka berdiri, pintu gudang terbuka sedikit, terlihat cahaya dari luar yang masuk.  Berbeda dengan kondisi sebelumnya disini lebih gelap dibandingkan ruangan sebelumnya, hawa ruangan ini bahkan lebih mengerikan menurut isi hati Chenle. 

Ini ruang penyimpanan barang. Rak untuk menaruh barang-barangnya jauh lebih tinggi dibandingkan yang ada di lorong-lorong sebelumnya. Banyak barang berjatuhan, bahkan terdengar suara mayat hidup seperti tadi. 

Chenle melirik senjata mainannya, masih ada tapi ia tidak tahu apakah akan cukup untuk pertahanannya nanti. Ia kali ini melihat Jisung yang tidak lagi memegang senjata mainan melainkan memegang kapak. 

"Tidak ada waktu lagi," ucap Jisung sambil melihat ke Chenle dan ruangan besar ini, "Kita harus langsung berjalan ke arah atap agar bisa mencari pertolongan." Ia memegang erat kapak yang ada di tangannya itu. 

Mata Jisung menyuruh untuk Chenle agar ia yang memimpin jalan dulu, kepalanya mengangguk pelan sambil memberikan rasa yakin kepada Chenle yang sekarang sudah di depan Jisung. Menatap Jisung dengan penuh keraguan. Sorot senter itu sedikit membuat Jisung silau, tangan Jisung pun menutup sorotan dari lampu Chenle.

"Ingat. Sampai ujung kita belok kiri dan disitu kita bisa menemukan tangga darurat." Jisung mengingatkan lagi Chenle apa pengarahan.

Chenle mengulang kalimat Jisung, "Sampai ujung tembok, yang jelas kita haarus ke pojok kiri gudang ini." Nafasnya sudah tidak begitu teratur tapi ia mencoba untuk tenang. Jisung menganggukan kepala lalu menunjuk ke arah belakang Chenle.

Satu mayat hidup mendatangi mereka. Seperti sudah biasa, Chenle langsung mengarahkan senjata mainannya ke mayat tersebut dan mayat itu tumbang dalam beberapa saat. 

Bersamaan dengan tumbangnya mayat hidup ini, Chenle langsung melepaskan senter yang sejak tadi ada di kepalanya. 

"Aku masih bisa melihat tanpa senter." Ucap Chenle sambil melemparkan senter itu ke atas, memainkannya dengan santai.

"Ok," Jisung hanya bisa menatap Chenle, "Pertunjukan yang cukup mengesankan." Tangan Jisung menangkap senter yang baru saja dilempar kembali oleh Chenle.

"Tidak ada waktu main-main, mari bergerak." Senter itu langsung digunakan Jisung untuk memukul Chenle. Lebih tepatnya ke bagian dada Chenle.

Chenle hanya memutar matanya lalu langsung menghadap depan dan memimpin jalan setelah memasukan senter tersebut ke dalam kantong celananya. Ia berjalan dengan cepat diikuti oleh Jisung dibelakangnya. Bagian depan aman tapi sesekali ia mendengar suara dari arah belakang dan Jisung bisa mengurusnya.

Kalau perasaan Chenle sudah benar, mereka sudah berjalan setengahnya tapi..

"BUNTU!" Chenle bersorak cukup kencang karena ia terlalu kaget. Banyak barang berjatuhan sampai menutupi jalan. Ketinggian barang yang jatuh bahkan sampai 2 meter lebih. Mereka akan kesulitan kalau mau melompat melewati barang ataupun mendorong barang-barang berat ini karena semua yang dihadapan Chenle barang perabotan rumah yang cukup berat.

Lights OnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang