4

1.7K 320 50
                                    

Selamat membaca! No zombie, cuman dikit doang diikitt doang.



Jisung mengambil tas belanja yang menggantung di bagian lorong paling depan. Ia langsung memasukan makanan seperti mie instan ke dalamnya. Ada beberapa makanan yang memerlukan pemanas jadi ia tidak mau memasukannya ke dalam tas ini. Makanan yang instan menjadi incaran mereka 

Sereal dan snack yang berat yang bisa mengenyangkan. Makanan yang penuh gula sudah dibuang ke lantai oleh Jisung.

"Apakah kamu akan membuang semua makanan gula? Paling tidak kita harus menyimpan satu plastik makanan gula Jisung-ssi."

Jisung menggelengkan kepalanya, "Kita tidak akan selamanya disini Chenle." Dia memberikan tas belanjanya yang sudah penuh itu ke Chenle. "Bawa." Suruhnya.

Senjata Chenle sudah di punggungnya, tas belanja yang diisi penuh oleh Jisung sudah ditentengnya.

"Ngomong-ngomong, mayat hidup yang kita dorong ke ujung itu.." Chenle menggantungkan kalimatnya sambil menunggu Jisung untuk menengok ke arahnya.

Jisung, dengan satu tangan memasukan mie instan, tangan yang lain memegang tas dan kepala yang sudah menengok ke Chenle, alisnya ia naikan, "Apa?"

"Dia seperti... Sudahlah, apakah kamu sudah selesai?"

Chenle berjalan ke Jisung, ia menarik tangan Jisung. Tanpa berbicara apapun, ia membawa pria tinggi ini ke tempat mereka meletakan mayat yang tadi sempat Jisung bunuh.

Kaki mereka kini sudah berada di ujung lorong makanan instan. Sebatas lima meter sebelum mereka berada di lorong mainan. Chenle menunjuk ke samping kirinya. Mayat yang tadinya masih memiliki badan yang lengkap kini hanya tersisa sedikit bagian lengan, badan dan kaki. Hilang dimakan.

"Mereka juga pemakan diri sendiri ya?" Jisung dengan pelan berbicara. Chenle mengangguk. Seperti tadi. Mereka berlari langsung saat melewati bagian kosong tanpa lorong. 

Dalam waktu beberapa detik akhirnya mereka sampai di depan staff room lagi. Chenle masih terlalu lelah jadi ia memilih untuk menyenderkan dirinya dulu ke rak mainan.

"Apakah kamu lelah?"

Chenle yang sedang mengatur nafasnya mengangkat kepalanya dan melihat Jisung yang berjalan ke arahnya. Jisung sekarang sudah berdiri bersampingan dengannya. Lengan tangan mereka bertemu dan saling menempel.

"Sedikit."

Jisung melihat jam tangannya. Pukul 12.00 malam tepat. 

"Ayok, bicara di dalam ruangan saja, lebih aman." Jisung merangkul Chenle yang sepertinya energinya sudah habis. Pintu dibuka dengan tangan Jisung dan Chenle yang menutupnya. 

Setelah memastikan Chenle duduk di lantai, Jisung baru menaruh senjatanya dan tas berisi makanan di lantai. Setelah pintu dikunci dengan kuncinya, Jisung kembali memakai cara manual dengan meletakkan meja di depan pintu. In case ada sesuatu yang mencoba masuk. 

Jisung duduk di samping Chenle. Mereka saling memanjangkan kaki mereka. Tidak ada yang memulai pembicaraan. Sibuk dengan pikiran masing-masing.

"Chenle, lebih baik kamu tidur dan kita gantian berjaga."

"Ada satu hal yang perlu kamu tahu Jisung-ah."

"Apa?"

Chenle maju dari posisinya, dengan perlahan ia menaruh kepalanya di paha Jisung. Setelah memastikan tidak ada gerakan yang menolak, Chenle benar-benar membebankan kepalanya di paha Jisung. Wajahnya menatap Jisung dari bawah.

Lights OnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang