Seminggu kemudianSudah hampir seminggu sejak kepergian kedua orang tua Dayra, sudah hampir seminggu pula Abian mendiamkan Dayra. Batin Dayra terus bertanya-tanya, 'Aku salah apa?'
Kesalahan seperti apa yang telah Dayra perbuat sehingga Abian saja enggan untuk menyapa nya. Jangankan menyapa, melirik pun tidak.
Sejujurnya Dayra sakit hati atas perlakuan Abian terhadapnya, tapi apa boleh buat? Pernikahan mereka memang tidak didasari oleh cinta, Abian mau tinggal bersamanya saja sudah syukur. Namun hati Dayra tetap saja tidak tenang.
Jam sudah menunjukkan pukul 07.05 AM. Dayra juga sudah rapi dengan seragam sekolahnya begitupun Abian, pria tampan itu juga telah sempurna dibalut setelan kampusnya.
Sarapan pagi telah mereka lalui bersama, dengan keheningan seperti biasanya, iya mereka berdua, hanya mereka. Jangan tanya tentang Kayra? Gadis swag itu telah lebih dulu kembali ke USA sejak tiga hari yang lalu. Maklum saja, Kehidupan Kayra memang dinegara Paman Sam sana, ia tidak boleh berlama-lama berada di Indonesia.
Sejujurnya Dayra sempat menahan Kayra untuk tetap tinggal, namun ia tidak boleh egois. Kayra juga punya kehidupannya disana. Dengan berat hati Dayra pun mau tidak mau harus mengikhlaskan keberangkatan Kayra, adik tercintanya.
"Ayo berangkat nanti lo telat," ucap Abian berhasil menyadarkan Dayra dari lamunan.
Dayra masih tertegun mendengarnya, walaupun Abian mengucapkannya dengan nada datar tapi tetap saja Dayra tak percaya mendengarnya.
'Waitttt, ka Abian negur gue? eh demi apasiii?' batin Dayra berperang didalam sana.
Melihat Dayra hanya diam membisu rupanya berhasil mengundang Abian untuk kembali membuka suara, "Yaudah gue duluan,"
Baru saja Abian mengatakan itu Dayra dengan sigap berlari kecil ke arah Abian dan langsung menahan lengan kekarnya. "Hehe jangan doong, nanti aku telat," timpal Dayra berusaha seceria mungkin guna menghilangkan rasa kagetnya barusan.
Dengan sekali hentakkan pautan tangan mereka pun terlepas, "Gak usah pake megang-megang gini bisa kan yah?" tanya Abian dengan nada dingin.
Dayra meringis pelan, "Bisa sih, cuman tadi lagi kepengen aja hehe," saut Dayra sesabar mungkin menghindari perdebatan diantara mereka.
"Ganjen,"
Bukannya marah dibilang seperti itu Dayra hanya memasang muka polos menanggapinya, "Emang! Lagian gapapa kali orang ganjennya cuman ke kak Abian doang wleee,"
Langkah kaki Abian terhenti, kemudian ia berbalik arah menghadap Dayra. "Apa? gimana-gimana? ke gue doang?" tanya Abian sarkas seraya menaikkan alis kanannya keatas.
Dayra mengangguk mantap, "Iyah."
"Cih,"
"Kok cih si?" protes Dayra tak terima.
Abian tersenyum merendahkan kemudian berbalik arah, "Farel? Dafa? jadi ini maksud lo ganjennya ke gue doang hm?," timpalnya kemudian seraya berbalik arah menuju parkiran mobil meninggalkan Dayra yang terpaku disana.
Dayra mematung, "Lah lah? maksudnya?" sahut Dayra refleks karena memang masih belum faham atas sindiran Abian barusan.
Dari kejauhan Abian masih mendengar sautan suara Dayra yang perlahan mengecil, tak lama kemudian ia hanya tersenyum miring.
______________
Suasana kelas SMA Vanguard memang selalu ricuh, apalagi suasana anak kelas akhir. Berharap ketenangan dikelas ini? Jangan harap! Seperti hal nya Dayra sekarang, setelah perdebatan kecilnya tadi pagi dengan Abian ia sama sekali tidak semangat untuk belajar. Jangankan belajar, melihat buku mata pelajaran saja rasanya enggan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ABIAN
Teen Fiction[ FOLLOW SEBELUM MEMBACA ] ____________________ Abian bahagia saat Dayra tersenyum padanya. Abian bahagia saat Dayra menurut padanya. Abian bahagia saat Dayra tidak mementingkan egonya. Semuanya sesimple itu bukan? Blurb : "Ka, yang jadi istri kakak...