• 14 : Baik Hati •

171 18 4
                                    

Saling tolong menolong itu wajib, kan? Supaya kita tahu, bagaimana cara menghargai terhadap sesama.

—•••—

Di SMA Wira Bangsa yang suasananya sungguh sepi, karena ini masih jam 05:35 WIB. Ada seorang pria yang berjalan masuk ke dalam sekolah dengan terburu-buru. Ia berjalan sambil memegang topinya, menutup wajah. Padahal sekolah sepi, hanya ada beberapa murid yang baru datang.

Celvia yang sudah datang sejak tadi karena piket, kini keluar kelas sambil menunduk, dan ...

Brught!!!

"Aw." Celvia spontan mengucapkan kata itu sambil memegang sikunya yang terkena lantai. Celvia menabrak pria yang berjalan terburu-buru dan gelagatnya mencurigakan.

Pria itu langsung masuk kelas Celvia masih dengan tangan yang sibuk memegang topi, agar wajahnya tertutupi. Celvia yang merasa aneh, kini ikut masuk ke dalam kelas.

"Oh itu kamu," ucap Celvia melihat pria yang kini duduk di sebelahnya. Berizar.

"Hmm." Berizar bersandar pada kursi.

Celvia duduk di sebelah Berizar, kemudian dirinya memegang seragam Berizar dan mengancingi semua kancing yang menampolkan kaos hitam polos. Lalu, Celvia merapikan lengan seragam Berizar yang dilipat, setelahnua ia membuka topi Berizar dan memgambil gelang-gelang yang dipake Berizar.

"Razia?" tanya Beriza yang dibalas gelengan kepala.

"Aku ini ngamanin kamu, kalau ketaua sama Kak David ... Kamu bisa habis loh," ucap Celvia memakaikan dasi pada Berizar, dasi itu milik Berizar yang kemarin ditaruh di kolong meja.

Berizar segera menepis tangan Celvia, kemudian ia memakai gelang, membuka dasi dan membuka semua kancing seragamnya. "Siapa?" tanyanya.

"Siapa apanya?" tanya Celvia.

"David."

"Bisa ga sih kalau ngomong itu yang lengkap gitu, jangan sekata-sekata doang." Celvia kembali mengambil gelang, membuka topi dan mengancingi semua kancing seragam Berizar. "Kak David itu wakil ketua OSIS SMA Wira Bangsa, anaknya lebih galak dari kamu. Suka ngerazia, tukang marah-marah, hobinya ngancem. Dia ganteng sih, tapi—" ucap Celvia terpotong.

"Tapi apa," ucap seorang pria memotong pembicaraan Celvia.

Celvia dan Berizar langsung menoleh dan melihat seorang pria berdiri di ambamg pintu dengan kedua tangan dimasukkan ke dalam saku.

Pria itu, David. Ia kini berjalan dan duduk di atas meja Celvia. "Lanjutin, tapi apa?" tanya David sambil menatap Celvia dengan tatapan dingin.

Berizar melihat Celvia kini menunduk, setelahnha ia menatap David. "Lo David?" tanya Berizar.

"Gue ga ada urusan sama lo." Respon David tanpa menoleh sedikitpun pada Berizar. "Lo pergi aja mendingan." David mengusir.

Berizar menoleh pada Celvia yang kini menatapnya dengan tatapan memohon. "Ada urusan," ucap Berizar sambil menarik tangan Celvia keluar dari kelas.

"Dia pasti ngikutin," ujar Celvia sambil menoleh ke belakang, namun dengan cepat Berizar memegang pipi Celvia agar tak menoleh ke belakang.

"Engga," jawab Berizar.

Celvia menarik Berizar duduk di kursi dekat lapangan. "Aku penasaran deh, kok bisa sih mukanya kamu mirip banget sama Kak Befano? Penyanyi yang viral itu," kata Celvia sambil menatap Berizar lekat-lekat.

"Ga tau." Berizar menghadapkan telapat tangannya ke depan mata Celvia, agar tidak menatapnya seperti itu. Celvia langsung menyingkirkan tangan Berizar dan mengeluarkan ponselnya.

"Liat, mirip banget." Celvia menunjukkan ponselnya pada Berizar yang kini mengernyitkan dahi. "Ada sih bedanya, kamu rambutnya lebih keriting kalau Kak Befano engga."

"Mungkin," ucap Berizar mengembalikan ponsel pada Celvia.

"Mungkin kalau kamu punya kembaran?" tanya Celvia yang dibalas anggukan. "Kamu udah jadi trending topik di SMA ini, gara-gara mirio banget sama Kak Befano. Nih ya, nanti pas pensi SMA, dia ke sini jadi bintang tamu, aku kenalin deh." Pandangan Celvia fokus menatap foto Befano. "Aku kangen dia." Celvia menunjuk foto Befano sambil tersenyum.

Berizar kini sibuk membuka kancing-kancing seragam, membuka dasi dan melipat lengan seragamnya.

Celvia menoleh. "Ih kok gini lagi? Udah bagus tadi, rapih."

"Jangan urusin hidup gue." Berizar pergi menuju kelas dan Celvia terkejut, ini kali pertama Berizar berbicara lebih dari 3 kata.

——•••——

Ketika jam pelajaran matematika, Celvia tertidur dengan buku menutupi wajahnya supaya guru tak melihat. Ketika guru itu menatap Celvia, Berizar langsung menyenggol lengan Celvia, namun tidak bangun juga.

"Celvia, kenapa kamu tidur?" tanya giri yang kini menunjuk Celvia dengan spidol.

"Sakit," jawab Berizar sambil merangkul Celvia dan mengajaknya berdiri, Celvia langsung terbangun.

"Hah apa?" tanya Celvia sambil mengusap matanya.

"Bilang sakit," bisik Nilna, namun Celvia tak peka.

"Iya pak bener kata Izar, Celvia sakit. Tadi dia hampir pingsan," ujar Ovarina.

"Bawa saja dia ke UKS." Pak guru kembali menulis di papan tulis dan kini Berizar harus berdrama merangkulnya keluar dari kelas.

Ketika di koridor, Berizar melepaskan rangkulannya. "Ngerepotin."

"Suruh siapa ngakuin kalau aku sakit," cibir Celvia.

"Kasian," jawab Berizar sambil memasukkan kedua tangan ke dalam saku, seragamnya kini dikeluarkan dari cslana, tidak dikancing dan tidak memakai dasi. Padahal tadi seneng belajar pun ia dengan santainya berpakaian seperti itu.

Tiba-tiba ...

BUGH!!!



——•••——

Emmm, apaan tuh? 👉🏻👈🏻
Berizar baik, cuma sayang kaya brandalan. Befano baik, tapi hilang kabar.

Jadi ... Berizar itu siapa?

Udah ah.

See you❤️

—Lady-glad🍁

• BASWARA •Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang