Sasuke masih bergeming dengan perasaan kalut. Dia bingung harus melakukan apa untuk membuat Naruto percaya padanya.
"Naru, aku tidak membohongimu. Sungguh." Suara Sasuke terdengar penuh permohonan. Dia kembali mendekati sang kekasih, menyentuh kedua bahunya dengan lembut.
Gelengan lemah lagi-lagi Naruto lakukan. Dia benar-benar tak percaya dengan segala yang telah Sasuke ceritakan. Karena Naruto tahu, Sasuke pasti akan menggunakan cara apa pun demi terikatnya kembali benang merah mereka yang telah putus ini.
"Pergi lah." Naruto menyahut lirih dengan isakan yang mulai mereda. Tapi, air matanya tetap berderai bak muara kristal. "Jangan membuang waktumu hanya untuk ini."
"Waktuku tidak akan terbuang jika kau percaya pada apa yang kukatakan dan ikut pulang bersamaku."
"Aku tidak akan pernah percaya, Sasuke." Kening Naruto tertekuk. Sepasang safir-nya hampir penuh oleh bendungan air mata. "Maka dari itu, pergi saja. Tinggalkan aku. Jangan temui diriku lagi."
Ini adalah kali kedua Naruto meminta Sasuke pergi dan tak menemuinya lagi. Dan yang pertama adalah saat di mana mereka bertengkar hebat karena Sasuke yang selalu serta terlalu menunjukkan sikap pedulinya pada Sarada.
Tiba-tiba Sasuke terpikir sesuatu. Dia menatap Naruto dengan penuh harap. "Jika kau tak percaya padaku. Aku bisa membawa ibu kemari untuk membenarkan apa yang kuucapkan."
Tubuh Naruto menegang. Kepalanya menggeleng tegas disertai kedua safir yang dipenuhi rasa takut. "Tidak!" serunya cepat, "Aku tak mau! Aku tak mau bertemu dengan keluargamu lagi!"
Sasuke benar-benar ingin menangis melihatnya. Dia tak pernah menyangka bahwa Naruto akan begitu trauma pada kedua orang tuanya, terutama Mikoto.
Seburuk apa perlakuan ibu padamu hingga kau begitu takut untuk bertemu dengannya lagi?
Tatapan Sasuke semakin nanar. "Kau benar-benar tak ingin kembali padaku?"
Rahang Naruto mengeras dengan napas yang sedikit ditahan dalam beberapa detik. Ia sedang berusaha menahan perasaan sesak yang terus mendesak ingin memenuhi hatinya. "Harus kukatakan berapa kali agar kau paham?" Kedua tangan Naruto terkepal kuat ketika Sasuke meraih dan menggenggamnya. "Aku tak ingin melakukan kesalahan lagi, Sasuke. Aku tak mau."
"Kesalahan apa yang kau maksud?" Sasuke kembali berlutut tanpa melepas genggamannya. "Kau tak pernah melakukan kesalahan apa pun."
"Kau sudah menikah dengan Sakura. Dan terus-menerus menjalin hubungan bersamamu adalah kesalahan besar."
"Itu bukan salahmu." Sasuke semakin memelas. "Kembali lah. Aku mohon. Jangan seperti ini. Aku-"
"Sasuke, cukup!" Naruto berseru tinggi dengan suara serak. "Kau tak akan bisa mengerti posisiku. Kau tak akan bisa mengerti tekanan yang aku terima selama ini."
Apa yang Naruto katakan baru saja sangat menampar kesadaran dalam hati Sasuke. Pria itu bergeming dengan pikiran yang penuh oleh sosok Naruto ketika di masa lalu; yang selalu tegar setiap kali melihat dirinya harus pulang pada Sakura. Yang selalu tegar setiap kali dirinya harus tiba-tiba pergi dengan Sarada sebagai alasannya.
"Dan kau ..." Suara Naruto kembali mengalun pilu. "..., kau takkan pernah tahu, bagaimana saat itu tatapan ibumu terhadapku."
Bukan hanya ucapan. Tapi, tatapan penuh amarah serta kebencian yang ketika itu Mikoto berikan padanya benar-benar masih bisa Naruto ingat dengan baik hingga sekarang.
Satu tangan Sasuke beralih pada sisi kepala Naruto, membelainya penuh cinta. "Aku tahu kau pasti sangat terluka. Tapi, beri lah aku kesempatan untuk memperbaiki semuanya." Suara Sasuke terdengar sangat menyedihkan. Raut wajahnya menunjukkan bahwa ia tengah berusaha keras untuk tidak menitikan air mata. "Izinkan aku untuk mengobati luka itu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Pemilik Hati [SasuFemNaru]
Fanfiction[SELESAI🏅] [CERITA LENGKAP HANYA TERSEDIA DALAM VERSI PDF ✅] - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - SEBELUM BACA BUKU INI, HARAP BACA TERLEBIH DAHULU YANG BERJUDUL "Aku Bukan Untukmu" - Endless Love Series #1 (21+) ...