1. Hari Pertama

61 29 24
                                    

BANGUN... AYO BANGUN... SAYANG...
BANGUN... AYO BANGUN... SAYANG...

Kira-kira begitulah bunyi ringtone alarm yang Zanna rekam sendiri dengan suaranya untuk membangunkannya setiap pagi. Biasalah, nasib jomblo. Tapi tetap saja hal itu tidak membuatnya terbangun dari mimpinya dengan cepat. Setelah kesekian kalinya alarm tersebut berbunyi, barulah Zanna tersadar dari bunga tidurnya.

Zanna mengerjapkan matanya berkali-kali melihat ke arah jarum jam yang sudah menunjukkan pukul 7 pagi.

"HAH? UDAH JAM 7? MAMPUS GUE TELAT!" pekik Zanna dan langsung berlari ke kamar mandi untuk mencuci muka dan sikat gigi. Tidak ada waktu buat mandi. Pasalnya, hari ini adalah hari pertama ia bersekolah di SMA Gardha Jaya sebagai siswa baru.

Butuh waktu sekitar setengah jam untuk Zanna bersiap-siap. Ralat. Kali ini hanya dalam waktu lima menit Zanna sudah siap dengan seragam yang melekat pada tubuhnya, tak lupa memakai parfum yang banyak agar tetap wangi walaupun tidak mandi.

Setelah dirasa siap, gadis berambut panjang itupun segera keluar dari kamarnya dan langsung memakai sepatunya di teras.

"Loh? Ini kendaraan pada kemana? Kok kosong?" Zanna baru sadar tidak ada mobil yang terparkir disana. Lalu bagaimana ia berangkat sekolah? Terbang?

"Em.. Anu, Non, Tuan sudah berangkat dari jam 4 subuh, sedangkan Pak Budi nganter Nyonya ke butik. Oh iya, Tadi Nyonya udah bangunin Non beberapa kali, tapi Non nya nggak bangun-bangun, jadi Nyonya kira Non Zanna belum mau sekolah," jelas Bi Arum sebagai asisten rumah tangga yang sudah mengabdi sekitar 5 tahun itu panjang lebar.

Zanna menghela napas panjang, lalu berterimakasih kepada Bi Arum dan ia memutuskan untuk memesan ojek online. Ia sudah pasrah jika harus telat datang ke sekolah.

Abang Ojek

Mba.. Bisa jln k depan komplex gx,,,?? Sy bingung nnti malah kesasar!,,
Eh maav mb,, tnda serux knpcet,,

Lagi-lagi Zanna menghela napas melihat pesan yang dikirimkan oleh ojek online yang dipesannya.

Daripada menyita waktu lebih lama, akhirnya Zanna memutuskan untuk berjalan ke depan komplek seperti apa yang dibilang Driver Ojek tersebut. Untung saja jarak dari rumahnya ke depan komplek tidak terlalu jauh dan tidak memakan waktu banyak.

Saat Zanna sedang mencari keberadaan ojek yang ia pesan, tiba-tiba saja ada motor yang melaju dengan cepat mengenai genangan air, alhasil Zanna terkena cipratan air tersebut, untungnya ia memakai sweater sehingga seragamnya tidak kotor.

Zanna merutuki pengendara motor tersebut, yang ternyata memakai seragam yang sama dengannya, artinya orang itu satu sekolah dengannya. Sayangnya ia belum sempat melihat mukanya, tapi yang pasti orang itu berjenis kelamin cowok.

"Nyebelin banget sih!"

"Siapa yang nyebelin, Mba? Saya ya, Mba? Maafin saya ya, Mba, jangan kasih saya bintang satu. Btw ini Mba Zanna kan?" ucap driver ojek yang tiba-tiba saja sudah berada di depan Zanna.

"Eh, iya." Zanna tersenyum canggung. "Ya udah ayo Pak berangkat. Ngebut ya Pak, kaya mau balapan juga nggak masalah. Nanti saya kasih bintang sepuluh!"

***

Sesampainya Zanna disekolah, ia sudah disambut dengan pemandangan yang tidak mengenakan. Ada seorang siswa laki-laki yang berjaga di depan gerbang, tangannya yang dilipat di dada dengan tampang smirknya, terlihat menyebalkan sekali.

"Murid baru?" tanya siswa tersebut.

Zanna hanya mengangguk sebagai jawabannya.

"Murid baru kok udah telat. Ikut saya."

Zanna mengekori cowok berpakaian jas OSIS tersebut menuju kearah lapangan. Ganteng sih, tapi nyebelin.

"Okay, sebagai hukumannya, hormat ke tiang bendera. Nggak lama, cuma setengah jam. Good luck." Cowok tersebut menepuk pundak Zanna lalu pergi menuju bangku di pinggir lapangan.

Entahlah, Zanna pun tidak tau dosa apa yang sudah ia perbuat sehingga mendapatkan semua kesialan ini. Hari pertama yang sangat tidak menyenangkan.

Zanna melirik kearah cowok tersebut, ternyata ia masih disana dengan minuman ditangannya. Seketika Zanna merasa tenggorokannya kering.

"Nggak usah ngeliatin gue. Fokus aja tuh sama tiang bendera!"

Ingin sekali Zanna mengucapkan sumpah serapah di depan mukanya. Tapi ia mengurungkan niatnya. Ia harus menjaga imagenya sebagai murid baru yang teladan. Menyebalkan sekali.

"Ardian, Ngapain kamu disitu?" ucap seorang bapak-bapak berpakaian seragam PNS, siapa lagi kalau bukan guru di sekolah ini.

"Ini, Pak, ada yang telat. Ya saya cuma melaksanakan tugas saya sebagai OSIS aja, Pak. Sudah peraturannya seperti itukan? Lagian hari ini saya yang kebagian jaga gerbang."

Guru tersebut melirik kearah Zanna. "Kamu, Zanna kan?"

Zanna mengangguk. "Iya, Pak."

"Ya sudah, Ardian kamu masuk kelas, dan Zanna ikut saya ke kelas baru kamu,"

Zanna tersenyum penuh kemenangan kearah cowok bernama Ardian tersebut, sedangkan Ardian hanya mengedikan bahunya tidak peduli dan pergi ke kelas. Tidak apa, setidaknya kali ini ia terselamatkan dari hukuman di bawah terik cahaya matahari.

***

Hai! Terimakasih sudah membaca cerita pertamaku, Zanna.

Semoga kalian suka ya :)

Jangan lupa tinggalkan jejak dengan vote dan comment!

Salam manis,
Byutie.

ZannaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang