CHAPTER 1 - AUGMENTED REALITY

2.5K 197 19
                                    

ARTEMIS : REBELLION

Pemirsa, tepat pada tanggal 21 Desember 2035 hari ini, pemerintah memberikan remisi pada para narapidana yang telah menjalani masa hukuman minimal tiga tahun, dengan ketentuan yang berlaku sesuai dengan Pasal 34 Peraturan Pemerintah No.99 tahun 2012. Pagi ini, tampak beberapa Lapas di berbagai daerah telah melakukan pembebasan pada narapidana yang dinilai memenuhi syarat remisi.

-RI News, 2035

Lembaga Pemasyarakatan Kota Gambir. Mobil Van merah sedang parkir di depan gerbang, di bawah trotoar. Doni duduk di kursi kemudi, menunggu dengan sabar seraya mengusap-usap layar ponsel pintarnya, menjelajah kabar pagi ini yang mungkin terlewat. Di sekitar masih ramai orang lari pagi, atau sekadar jalan santai menikmati hari minggu yang damai. Senda gurau dalam barisan yang memenuhi trotoar, hingga tak jarang orang di belakang menggerutu karena tidak bisa lewat.

Sebagaimana hari minggu adalah hari kebebasan, ini adalah hari yang tepat untuk orang yang sedang Doni tunggu sekarang. Orang yang akan keluar dari gerbang hitam itu, gerbang yang sekilas tampak seperti portal menuju ke dunia lain. Sebuah gedung Lapas kuno yang tampak menyedihkan. Bangunannya mungkin sudah setua kakek Doni. Melihatnya dari dekat, seperti melihat foto hitam putih di antara tumpukan foto modern. Lapas itu kontras dengan suasana jantung kota Gambir yang megah. Doni tidak bisa membayangkan tinggal di sana selama tiga tahun. Bisa gila, pikirnya.

Tampak seorang pemuda keluar dari pintu Lapas menuju gerbang. Pemuda itu digiring layaknya kucing liar. Dibentak ketika jalannya lambat, dicegah ketika terlalu cepat. Namun, kucing itu tak peduli. Matanya sudah mengunci gerbang hitam yang sesaat lagi akan dilaluinya.

Petugas Lapas berseragam biru muda membukakan gerbang, kemudian melemparkan ransel ke trotoar. "Tunggu apa lagi? Cepatlah!" tegurnya pada pemuda yang masih mematung selangkah di ambang, tercenung dengan wajah penuh suka cita.

"Cepatlah!" Petugas Lapas mendorongnya, kemudian menutup gerbang dengan kasar. Terdengar bunyi gesekan, kemudian berakhir dengan benturan logam. Gerbang sudah terkunci, dan pemuda tadi sudah berada di sisi lain Lapas. Ia menoleh ke belakang. Berat rasanya menatap ke depan. Ia mengambil ranselnya yang ringan, kemudian memejamkan mata.

"Aku bebas. Harusnya aku bahagia," gumamnya. Setelah menarik napas, ia membuka mata bersamaan dengan embusan panjang. "Tentu saja, tentu saja aku harus bahagia."

"Woy!" Tegur Doni, "Kalau kelamaan di situ, bisa-bisa kamu dimasukin lagi ke dalam!"

Pemuda itu menoleh. Perlu kiranya lima detik untuk berpikir, siapa pria kurus berjambang lebat itu. "Doni? Tentu saja, Doni," katanya. Ia menghambur memeluk Doni. Sahabat lama. Satu yang terbaik, mungkin pula satu yang tersisa. Mereka berpelukan. Erat sekali.

"Tiga tahun?" tanya Doni seraya melepas pelukan.

"Tiga tahun, tiga bulan," jawab pemuda itu.

"Pantas kau jadi tampak lebih tua, Davis!"

"Nggak mau dengar itu dari orang yang berewoknya lebih lebat dari Kepala Sipir."

Doni terbahak-bahak. "Tiga tahun, tiga bulan, kau jadi lebih pintar ngomong."

"Aku belajar banyak dari preman, perampok, pemerkosa, Oh, kosa kata mereka benar-benar kotor dan menjijikkan. Nanti aku akan mengajarimu, Anjing!"

"Jaga mulutmu, anak nakal!" Doni menepuk punggung Davis dengan keras. "Semoga nggak butuh waktu tiga tahun untuk membiasakan diri dengan lingkungan yang baru. Ayo!"

ARTEMIS : REBELLION (TEASER ONLY)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang