CHAPTER 3 - ARTEMIS SECURITY NUMBER

1.2K 103 12
                                    

                Berita malam ini. Satu keluarga di Tanggerang ditemukan tewas dalam kondisi duduk di ruang keluarga dengan televisi masih menyala. Menurut penyelidikan polisi, diduga kuat mereka melakukan aksi bunuh diri, setelah salah satu anggota keluarga, dalam kasus ini anak perempuannya, mendapatkan prey mark di hari pertama Hunting Season. Kejadian ini bukan kali pertama dalam kurun waktu lima tahun terakhir, kasus serupa sudah terjadi puluhan kali. Pemerintah masih mengkaji masalah ini lebih lanjut, guna mencegah jatuhnya korban yang tak seharusnya selama masa Hunting Season.

-BBC NEWS ID 2035

Davis menikmati sesi bermain game-nya. Kembali log-in setelah sekian lama. Tiga tahun avatarnya menganggur, dan saat Davis kembali, teman-teman lamanya telah pergi. Guild yang dibangun bersama telah terhapus dari daftar. Saat bertemu Id yang ia kenal, ternyata sudah berganti kepemilikan. Terpikir untuk pindah ke game yang baru, mencari teman dan suasana baru, tapi sebelum itu, Davis memuaskan dahaganya dengan menjarah tiga dungeon tanpa henti. Malam ini, Davis bermain seperti anak kecil.

Usai bersenang-senang, Davis mengecek berita di kanal informasi youtube. Tidak ada satu pun informasi tentang Artemis. Justru yang ramai diberitakan hari ini, dan bahkan dibahas oleh banyak konten kreator terkenal adalah, hilangnya seorang penyanyi perempuan bernama Anggita Fei, setelah diduga terlibat kepemilikan narkoba dan skandal perselingkuhan. Kasus ini merebak, dan berimbas pada rating Artemis Anggita Fei yang turun drastis, yang memicu menghilangnya sang artis idola remaja tersebut.

Sekitar pukul sebelas malam, ponsel Davis bergetar. Notifikasi menyembul ke layar utama, menutup sebagian foto Davis dan Mega. Davis melepas Helm Virtual Reality-nya. Seketika, ia pun kembali pada kenyataan. Notifikasi di layar ponsel itu telah melebur nafsu bermainnya. Ia membawa ponselnya berbaring ke tempat tidur, mengusap layar, memeriksa setiap detail sekadar memastikan informasi yang dia baca benar adanya.

Teman anda, Donald Satriani telah dinonaktifkan secara permanen. Ketik ucapan perpisahan untuknya.

Notifikasi itu keluar bersama animasi maskot Artemis yang meskipun digambarkan sedang bersedih, tapi terkesan sangat menghina. Seolah hidup Doni hanya sebatas permainan, dan dia telah gagal di dalamnya.

Panggilan Davis dialihkan ke kotak suara. Baik pulsa maupun data, tak satu pun yang berhasil menjangkau sahabatnya. "Don, kamu nggak apa-apa, kan?" seru Davis sembari menahan icon mikrofon di kotak pesan, berharap Doni bisa mendengarnya kemudian.

Davis keluar kamar. Ia menyambar kunci motor di atas meja hias, lalu bergegas ke ruang keluarga.

"Mau ke mana?" Bu Ningsih memergoki anak laki-lakinya.

"Ke rumah Doni, Bu," jawab Davis, tanpa mengurangi langkah terburu-burunya menuju pintu.

Bu Ningsih mengikuti di belakang. "Davis, tunggu!"

Davis membalik badan. Tampaklah wajah cemas ibunya. Bibir keriput itu bergetar, bersiap menahan Davis dengan berbagai rayuan, menjejali telinganya dengan berbagai alasan. Ibunya kenal baik dengan Doni, tapi itu jelas tak cukup alasan untuk membiarkan Davis pergi.

"Doni baru saja—"

"Eksekusi? Ibu tahu. Dia ada di daftar ibu, tapi nggak ada alasan kamu pergi, Davis!"

"Doni sahabatku, Bu. Alasan itu sudah cukup!"

"Ya, tapi percuma. Para Eksekutor itu harus memastikan targetnya benar-benar mati, sebelum mengirim laporan ke pusat, dan informasinya ter-update di aplikasi. Itu artiya, Doni sudah nggak bisa kamu selamatkan. Tepat waktu pun, kamu nggak bisa berbuat apa-apa, Davis." Bu Ningsih memegangi kedua lengan Davis. Melingkarkan jemari layu pada lengan kokoh itu. "Tolonglah dengarkan ibu. Jangan pergi," ratap Bu Ningsih.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 16, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ARTEMIS : REBELLION (TEASER ONLY)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang