Agatha menggenggam tangan Andra lalu mengecupnya berkali-kali, airmatanya tak henti-henti mengalir, bahkan dadanya terasa sesak karena tak kuasa melihat seorang yang dicintainya terbaring lemah tak berdaya, dan lagi-lagi ini karena dirinya sendiri."Maaf ..." lirih Agatha, suaranya tercekat menahan isakannya.
"Maaf ..." lagi-lagi Agatha tak melanjutkan ucapannya, rasanya lidahnya kelu untuk berbicara. Ia semakin mengeratkan tangannya menggenggam tangan Andra.
"Maaf ... ini semua gara-gara aku." Agatha menjeda ucapanya sejenak untuk menghela napas, dan setelahnya ia kembali melanjutkan ucapannya "Seharusnya kamu gak belain aku, seharusnya kamu lawan Nino, aku gak rela kamu terluka kayak gini,"
"Seharusnya kamu lindungin diri kamu sendiri, urusan Nino biar aku yang urus. Kamu cukup jaga diri kamu aja, itu akan lebih buat aku tenang, sekarang kamu malah buat aku gak tenang, aku ...," Agatha semakin terisak mengingat bagaimana sakitnya Andra saat Nino menghajarnya, dan ini semua hanya karena lelaki itu ingin melindunginya.
Tiba-tiba pintu terbuka, terlihat tiga orang masuk dan menghampiri. Farel, Rani dan sepertinya wanita yang satunya itu adalah ibu Andra. Agatha baru melihatnya.
"Tha ..." Panggil Rani. Agatha langsung memeluk Rani dan menangis.
"Andra ..." sementara Renata langsung memeluk tubuh Andra yang terbaring lemah.
"Kenapa kamu bisa kayak gini, Nak?" Renata membekap mulutnya sendiri, ia tak kuasa melihat begitu banyak luka memar di wajah putra kesayangannya. Rasanya sungguh menyesakkan dada.
"Lo gak kenapa-napa kan, Tha?" tanya Rani seraya mengelus punggung Agatha yang masih berada dipelukannya. Ia melepas pelukannya dan menghapus airmatanya sendiri.
"Gue gak kenapa-napa, Ran, tapi Andra ..." Rani mengikuti pandangannya yang kini tertuju pada Andra. Renata terdiam saat mendengar Agatha menyebut nama putranya, kemudian berbalik menatap Agatha.
"Ini semua pasti gara-gara kamu! Gara-gara kamu, anak saya jadi seperti ini? Iya, 'kan!" Renata membentak Agatha seraya mengguncang kedua bahu Agatha dengan kasar. Agatha hanya diam saja karena ia tak tahu apa yang harus ia lakukan.
"Jawab, Agatha! Andra pasti terluka gara-gara kamu!" Renata sangat yakin putranya seperti ini pasti karena dia ingin melindungi Agatha, sehingga Nino menghajarnya. Renata semakin keras mengguncang kedua bahu Agatha dengan penuh rasa emosi, lagi-lagi Agatha hanya diam sebelum akhirnya Farel menenangkan Renata. Farel mendekap Renata dari belakang bermaksud untuk menghentikan aksinya.
"Tante, cukup, tante, Agatha gak bersalah, justru Agatha juga korban Nino" ucap Farel, Renata terdiam kemudian melepaskan diri dari dekapan Farel dan menatap Farel dengan tajam.
"Korban kamu bilang? Kalau dia korban, kenapa dia baik-baik aja? Kenapa cuma Andra yang terluka? Kenapa Farel?" teriak Renata sambil terisak.
"Cukup tante, ini rumah sakit. Biar Farel yang jelasin semuanya, ya." Farel pun membawa Renata keluar dari ruangan itu agar tidak mengganggu Andra.
¤¤¤
"Nino, apa kamu gak merasa bersalah sama Andra? Kenapa kamu malah santai-santai di sini?" tanya Feri saat memasuki kamar Nino dan melihat Nino yang sedang memainkan gitarnya di balkon kamarnya. Nino menghentikan aksinya sejenak menatap Feri yang berdiri di belakang.
"Itu karena dia yang cari masalah sama Nino, dan akhirnya dia kena imbasnya." Nino berucap dingin dan diakhiri dengan tersenyum masam.
"Nino! Apa kamu gak sadar, kelakuan kamu sudah diluar batas!" bentak Feri, Nino menatap Feri kemudian berdiri di hadapan Feri.
"Ini yang buat Nino bingung. Dari dulu, Papa selalu belain si cupu itu! Kenapa sih, Pa?! Sebenernya anak Papa itu siapa? Nino? Atau si cupu itu?! Kenapa Papa selalu meng-istimewakan dia!"
"Nino, bukan itu maksud Papa! Bagaimana kalau nanti keluarga Andra tak terima melihat Andra terluka, dan akhirnya mereka menuntut atas perbuatan kamu. Kamu bisa masuk penjara Nino!" bentak Feri membuat Nino terdiam.
"Nino gak peduli!" ucap Nino dan berlalu dari hadapan Feri. Feri menghela napas berat, ia mengusap wajahnya dengan kasar.
Ingin rasanya ia mengatakan bahwa Nino dan Andra adalah saudara tiri. Namun, ini bukanlah waktu yang tepat, ia takut Nino tidak menerima Andra sebagai saudara tirinya. Jadi, biarkan Feri merahasiakannya dulu, lambat laun semuanya akan terbongkar.
¤¤¤
Bersambung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Andra & Agatha
Ficção AdolescenteBerkali-kali Agatha menolak, berkali kali juga Andra nembak. Semakin Agatha menjauh, semakin gencar pula Andra mendekatinya. Terkadang, Agatha tak mengerti dengan jalan pikiran lelaki itu. Namun, apakah mereka bisa bersatu? _______ Jangan lupa follo...