"DOR!"
"ANJ-Ish Vano! Kebiasaan banget sih." Anak laki-laki itu cekikikan seolah rencana nya berhasil mengganggu waktu Dena.
" Liat pr geografi dong, gua belum ngerjain sama sekali." Ujarnya lalu mendudukkan dirinya di samping Dena.
Dena berdecih, Vano selalu saja meminta jawaban pada Dena. Apa gunanya otak pintar tetapi tidak digunakan?
"Van, lo bisa ngerjain sendiri,Otak lo juga fine fine aja gak ada masalah apa-apa"
"Iya tadi gak bermasalah, sekarang pikiran gua buyar karena liat wajah cantik lo."
Sebuah jitakan mendarat di keningnya. Laki-laki itu meringis sembari mengusap bekas jitakan yang Dena berikan.
"Gak lucu! Noh noh, nyontek pake ngalus segala." Dena langsung memberikan buku pr yang ia pegang. Namun, tangan Vano menolak lalu memasukkannya kembali ke laci. Dena menatap aneh pria bertubuh jangkung itu. Vano menyandarkan bahu pada sandaran kursi, mata nya menerawang melihat langit kelas.
"Na,Boleh gua berharap?"
"Tumben, kenapa?"
"Gua berharap. . . suatu saat bisa menjadi Edelweiss buat lo."
Pandangan mereka saling bertemu. Tatapan teduh yang Vano berikan membuat Dena terpaku diam di tempat. Batinnya terus menerus mengeluarkan pertanyaan-pertanyaan yang mengganjal. Apa maksud dari tatapan itu? Apa arti sebenarnya yang dia sampaikan?
-RESTARE-
note ;;
Edelweiss : Nama bunga yang memiliki arti 'Cinta yang setia/sejati'
KAMU SEDANG MEMBACA
R E S T A R E || Hwang Hyunjin ft. Lee Know
FanfictionDevano dhirgan, memiliki rasa percaya diri tinggi. Bahwa ia bisa mendapatkan hati seorang Adena Zea. 'Ekspetasi tak sesuai dengan realita' kini pepatah itu terjadi di perjalanan hidupnya. Susah sekali membuat Dena barang sedetik untuk meliriknya. ...