1

68 2 0
                                    

DISCLAIMER!

Semua hal yang terjadi di cerita ini murni fiksi. Jadi dimohon untuk bijak dalam berkomentar, dan juga dimohon untuk tidak menganggap serius cerita ini atau bahkan membawa peristiwa yang terjadi di cerita ini hingga ke dunia nyata.

Seperti yang tercantum di sinopsis, cerita ini memiliki rating PG-13. Sehingga untuk pembaca yang masih beranjak remaja, diharapkan untuk bijak dalam membaca sebab cerita ini mengandung bahasa kasar atau umpatan yang tidak sepantasnya diketahui anak dibawah umur.

Cerita ini akan menggunakan banyak program deepfake demi kepentingan alur cerita. Dan lagi, diharapkan agar pembaca tetap bijak dan tidak menyalahgunakan lampiran foto tersebut.

Cast for this chapter:

Cast for this chapter:

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

"Alana..."

Hening. Gadis yang dipanggil-panggil dengan nama Alana itu tidak bergeming. Lebih buruk lagi, dirinya justru membungkus seluruh tubuhnya dengan selimut dari ujung kepala hingga ujung kaki. Sedangkan wanita yang berdiri di samping tempat tidurnya itu hanya bisa menghela nafas.

Wanita itu melirik jam dinding di kamar putrinya yang menunjukkan pukul tiga subuh sebelum wanita itu duduk di tepi tempat tidur.

"Alana Dianti Putri Laksana..." Ulang wanita itu yang kini mulai menarik selimut yang membungkus tubuh mungil putrinya, membuat Alana yang tengah tertidur lelap membuka matanya perlahan.

Jangan lupakan raut wajahnya yang kesal.

Namun raut wajahnya yang kesal berubah menjadi senyuman canggung saat dirinya mendapati bundanya yang kini menggenggam sendal jepit swallow yang biasa dipakainya saat pergi ke warung.

Namun bundanya menggunakan sendal itu dengan tujuan lain.

"Alana Dianti Putri Laksana..." Ulang sang bunda sekali lagi dengan senyumnya yang manis. "Anak bunda bangun yuk? Hari ini hari pertama ospek, kan? Jangan kabur ya? Mandi dulu." Lanjut bunda tanpa jeda, membuat Alana mengangguk cepat dan lari terbirit-birit ke arah kamar mandi.

Sang bunda yang melihat raut wajah Alana barusan hanya bisa cekikikan. Pasalnya, bunda hanya melakukan hal itu agar putri bungsunya itu dapat bangun tepat waktu sebab pada malam sebelumnya Alana memohon kepada bundanya itu agar membangunkannya dengan cara apapun.

Namun di sisi lain bunda murni ingin mengatakan itu kepada putri bungsunya.

Sedari SMP, Alana merupakan pribadi yang begitu nakal. Sang bunda pun tidak mengerti apa yang menjadi pemicu sehingga Alana dapat menjadi pribadi yang seperti itu. Para guru di sekolahnya bersusah payah memberi gadis itu pelajaran untuk memberikan efek jera namun hasilnya nihil. Alana masih gemar telat sekolah dan juga bolos jam pelajaran tanpa sebab.

JEFFRIAN | JJHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang