Wanita yang Tiba-tiba Melompat

39 4 0
                                    

Seorang wanita tiba-tiba melompat keluar dari dalam ponsel, membuat benda pipih itu langsung terlempar dari genggamanku hingga jatuh ke lantai. Aku terpana menatapnya. 

“Sombong sekali kau!” hardiknya sinis. Dia berkacak pinggang sambil memelototiku.

Sombong? 

Sebelum sempat aku menyemburkan protes atas keterheranan, dia sudah lebih dulu membelah dadanya dan mengeluarkan satu nampan penuh pertanyaan dari sana. Setelah itu, dia membelah tempurung kepala dan memeras otaknya hingga mengucurkan ragam teka-teki. Semua dia sodorkan padaku, sedangkan dirinya melompat kembali masuk ke dalam ponsel yang tergeletak di lantai.

“Semua harus sudah terjawab ketika aku kembali nanti!” Dia berpesan yang lebih tepat disebut mengancam, sebelum ponsel menelannya.

Kuambil ponsel sialan itu, kemudian meneliti pertanyaan dan teka-teki yang teronggok di meja. Gila! Kenapa pula kuturuti perintah wanita yang melompat keluar masuk ponsel dan bahkan tidak kukenal? Namun, kuputuskan tetap mengerjakannya, agar dia tidak punya alasan untuk berkacak pinggang dan mengataiku sombong kalau-kalau kembali nanti.

Benar saja! Beberapa menit setelah semua pertanyaan dan teka-tekinya kujawab, dia kembali. Kali ini mimiknya lebih ramah, meski masih muncul dengan cara melompat dari ponsel. 

Mula-mula dia memiringkan kepala tatkala kujawab satu pertanyaan, lalu berubah riang ketika kuungkap jawaban-jawaban selanjutnya. Dia tampak antusias hingga beterbangan kupu-kupu juga kelopak bunga dari kepala dan punggungnya. 

Sejak hari itu, dia selalu datang setiap hari. Melompat dan mengagetkanku tidak mengenal waktu dan tempat. Bahkan, ketika aku sedang khidmat bertapa di kamar mandi. Sialan!

Namun, aku jadi terlalu terbiasa. Lompatannya menjadi candu hingga membuatku lupa diri, karena tak sabar aku melompat padanya lebih dulu. Dia menjauh … kian jauh. 

Tak tahukah dia aku begitu merindukan caranya melompat dan mengagetkanku? Atau melihat kupu-kupu dan kelopak bunga yang beterbangan tatkala dirinya begitu antusias? Ah, sial! Pria dewasa sepertiku dibuatnya kasmaran hingga gelisah.

Entah sudah berapa lama aku tenggelam dalam kegelisahan sebuah penantian, yang jelas saat kubelah dada dan tempurung kepalaku, ada satu bagian yang hanya terisi penuh olehnya. Bagian yang akan kubiarkan tetap begitu. Hingga dia kembali melompat dan memberiku senampan pertanyaan dan beragam teka-teki. Untuk kemudian membiarkanku menjawab, dan merasakan lembut sepoy angin dari kepakan sayap kupu-kupu dan kelopak bunga yang beterbangan dari punggung dan kepalanya. 

***

Pantomime: Live ParadeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang