2.chapter dua : siapa dia?

4 1 0
                                    

Pagi ini seperti biasa bulan berangkat ke sekolah, diantar oleh pak Rohman

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pagi ini seperti biasa bulan berangkat ke sekolah, diantar oleh pak Rohman. Supir pribadi keluarganya.

Tak lupa ia mencium tangan pak Rohman sambil mengucap salam. sebagai tanda hormatnya, karena bagi bulan dialah sosok ayahnya, yang mampu menjalankan tugas seorang ayah kepada anaknya, menggantikan sosok papahnya.

Sama seperti mbok Narti, dia yang selalu ada saat bulan membutuhkan sosok seorang ayah. Sedari kecil bulan tumbuh dengan mereka menjadikan mereka sebagai keluarga sendiri.

"Belajar yang rajin ya neng." ucap pak Rohman.

"Iya pak, bapak hati-hati pulangnya."

"Siap," ucap pak Rohman sambil menirukan gaya seseorang yang sedang hormat.

Sedikit lengkungan sabit muncul diwajah ayu bulan. Hanya saat dengan pak Rohman ia bisa tersenyum, karena karakter pak Rohman yang suka berguyon.

***************

Perpustakaan yang memiliki luas 7x8 cm menjadi tempat favorit bulan selama berada disekolah, selain karena memang ia hobi membaca. Ruangan yang sunyi menjadikan ia lebih nyaman berada disini.

Tak sedikit pula ada siswa yang berkunjung ke perpustakaan selain untuk  membaca buku, melainkan hanya untuk menumpang bersantai. Karena ruangan ini difasilitasi oleh pendingin ruangan, tempatnya yang bersih dan tidak bising. Menjadikan mereka lebih betah berada di ruangan ini daripada dikelas.

Bagi seorang rembulan membaca adalah suatu keharusan dalam kehidupannya Karena dengan membaca seseorang akan mendapat pengetahuan yang luas, mengetahui apa yang sebelumnya  belum diketahui dikehidupannya. Apalagi orang yang anti sosial seperti seorang rembulan, buku adalah sahabat baginya.

Seperti kata pepatah
"Buku adalah jendela dunia"

*******
Saat ini bulan sedang mencari buku kimia, karena ada beberapa tugas yang harus di  selesaikan hari ini.

Terlihat hanya tersisa satu buku tersebut, terselip diantara buku biologi.
Tidak membuang waktu, ia mengambil buku tersebut.

Brakkk....
Buku terjatuh tepat saat ia akan mengambilnya di rak buku karena tarikan seseorang disebelahnya. Seorang laki-laki yang berperawakan tinggi,wajah tampan.

"Maaf," ucap lelaki tersebut.

"Nih ambil aja," ucapnya lagi sambil menyerahkan buku tersebut kepada bulan.

Bulan masih bergeming ditempat tanpa berbicara sepatah katapun.

"Nih buat lo aja, mungkin lo lebih ngebutuhin ini."
Tangan nya masih setia menggantung di udara menunggu bulan mengambil buku tersebut.

"Tidak! Terimakasih."

Setelah mengatakan itu ia pergi mencari buku yang sama ditempat lain. Berharap akan ada buku tersebut terselip diantara buku-buku yang lain.
Namun nihil. Setelah ia memeriksa setiap rak, tidak ada buku tersebut.

***********
Tanpa bulan sadari, seseorang tersebut masih menatapnya dari tempatnya berada tadi, tersenyum penuh arti.

"Hey, bro ngapain Lo senyum-senyum kayak orang gak waras?"

"Dia siapa sih?" Bukannya menjawab pertanyaan dari temannya, Ia malah balik bertanya sambil mengarahkan telunjuknya kepada bulan.

"Oh, itu anak kelas dua belas IPA. Kenapa lo naksir?"

"Kok gue baru tau ya."

"Jarang gaul dia mah. Gue juga gak bakal tau kalo bukan tetangganya."

"Kok gue penasaran sama dia."_batinnya berkata.






Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 16, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

RembulanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang