One night stand

50 2 0
                                    

Aku tak pernah menyiapkan apa-apa saat kau perlahan hadir.
Dan aku tak pernah menyiapkan apa-apa ketika akhirnya kau memilih pergi.

Lucu sekali pertemuan kita, aku tak pernah menyiapkan apa-apa ketika kamu tiba-tiba datang dengan harapan di genggaman. Kita hanya sekedar teman, awalnya seperti itu. Kamu yang selalu membuat ku seakan-akan lupa bahwa aku sendirian.

Senyum itu tak pernah pudar, tak pernah luntur bahkan tak pernah hilang. Kita di pertemukan, hanya karena satu pesan di awal bulan. Saat itu kamu belum tahu aku, kita masih hangat berbincang membahas suatu topik yang sering kubicarakan. Kita saling tertawa, saling melempar canda satu sama lain.

****

     Hari-hari berjalan, banyak pesan masuk. Perbincanganpun semakin hangat. Banyak cerita yang kita ungkap satu sama lain. Keluh kesahpun di keluarkan. Kita berjauhan. Kufikir itu tidak masalah semasih hati kita tetap berdekatan. Namun sayangnya itu tak semudah yang di fikirkan.

"Sabtu ini aku ada acara, mungkin bakal nginap sehari di kost" ucapku dipesan. sudah pasti pesan itu kutunjukkan untukmu.
"Oh ya? Mari bertemu. Aku akan menjemputmu sehabis buka puasa nanti. Kabari saja" balasmu. Sampai akhirnya hari yang kutunggu pun tiba. Kuhubungi dia, ternyata pertama bertemu pun bisa membuatku luluh lantah dibuatnya, aku terbuai akan perhatiannya. Sungguh, aku merasa mencintai seseorang yang bahkan dulu aku enggan menyebut sesuatu dengan kata cinta.
"Aku akan menginap sehari disini, menemanimu untuk malam ini saja, boleh?" Tanya nya ketika motor sedang melaju.
"Hmm it's oke, tapi nanti izin dulu ya" candaku.
"Siap bu boss" ucapnya.

     Tak pernah terbayang sebelumnya akan semengasyikan apa berbagi cerita denganmu, tapi malam ini melihat wajahmu yang antusias akan ceritaku sungguh membuatku sangat di hargai. Kau mampu membuat cerita tidak pentingku seakan berarti bagimu.

"Lalu, bagaimana denganmu? Ada yang menarikkah?" Tanyaku padanya yang masih berbaring sambil memandangku.
"Hmm, ada. Banyak yang ingin kuceritakan padamu" ucapnya.
Malam kulalui dengan hangat, Kau banyak bercerita, tentang dirimu bahkan keluargamu. Ingin rasanya kuhentikan waktu agar pagi tak kunjung datang. Sungguh, dipelukanmu saja sudah membuat semestaku luluh lantah.

Tatapan itu membuatku masuk dalam ruang ilusi yang tiada henti. Tubuhku pasrah menerima semua perlakuanmu, malam ini biarkan aku jadi budakmu. Aku tak peduli berapa s*tan yang menerobos masuk membuai kami berdua. Yang ku tahu, bersamamu, gairahku kembali bangkit. Jari jemarimu merasuk kedalam selah bajuku. Hembusan nafas itu terasa di hadapanku. Tatapan mata yang menerawang jauh, membuatku paham bahwa aku benar-benar telah memberikan seluruhku padamu. Seseorang yang mampu membuatku merasa dicintai kembali, membuatku mampu merasa jadi satu-satunya wanita yang kau cintai. One night stand. Mungkin itu yang pantas kugambarkan tentang kedekatan kita malam ini. Biarlah hanya Tuhan yang tahu betapa aku menginginkanmu

****

Tepat pukul 01.00 dini hari, kau memelukku yang asik memainkan setiap helai rambutmu. Aku memandangmu, mengakrabkan segala riuh dipikiran. "Tuhan, biarkan segalanya berjalan seperti ini, aku hanya ingin lebih lama didekatnya" bisikku dalam hati. Kupandang wajahnya, dia terlihat lelah. Bulu mata lentiknya membuatku sedikit iri. "Uhh, kalau saja dia wanita, dia pasti mengalahkan kecantikanku" ucapku sambil tertawa.
Entah mengapa, didekatnya rasanya aku hanya ingin mendekapnya.
Apapun yang kau lakukan padaku, biarlah segalanya terjadi malam ini. Ingatkan bahwa aku sangat mencintaimu sebelum kau sentuh aku. Malam jadi saksi bisu, betapa hangatnya bibir itu menyentuh leherku. Biarlah ruang sempit ini jadi saksi bisu, betapa mengasyikannya menatapmu. Biarlah ini jadi kesalahan.

****

"Aku pulang duluan deh kayaknya ya, udah di cariin bunda, takut bunda khawatir" ucapnya setelah selesai mandi.
"Ohh, it's ok. Titip salam sama bunda ya, langsung pulang lho" ucapku.

Dia memelukku, mengecup keningku ,berpamitan, lalu pergi. Jujur rasanya aku tak ingin ia pergi, aku masih ingin di temaninya disini. Tapi apalah dayaku, dia bukan milikku. Tak baik jikaku menahannya lebih lama disini.

"Oke, mari kita rapikan ini lalu bergegas pulang"  Ucapku sambil merapikan pakaianku.

Kupacu motorku sedikit lebih pelan dari biasanya, kunikmati jalanan yang lumayan terlihat sepi. Kuputar lagu Soon Findland - The girl with the hair , sambil sesekali mengingatnya. Tenang rasanya, lalu aku teringat suatu hal , aku mencintainya. Entah sejak kapan perasaan itu tumbuh, tapi ku tahu itu sebuah kesalahan. Bagaimana mungkin? Bagaimana bisa?

*****

Seiring berjalannya waktu, entah mengapa perhatianmu sedikit memudar. ku kira kita akan seakrab yang ku bayangkan.Kamu menjauh, bahkan setelah pertemuan kita. Kau menyembunyikan harapan yang sering terucap. Bahkan banyak yang kamu sembunyikan, termasuk tentang kita.

Hari-hari berlalu, kucoba lebih mendekatimu yang sempat memberi hangat. Namun sayangnya, akhirnya ku tahu banyak yang mencintaimu. Kaupun layak atas hal itu. Lalu apalah dayaku? Bukankah aku hanya salah satu wanita yang mencintaimu? Ku ungkapkan segala yang ku rasa termasuk rasaku padamu. Kau mengalihkan segala topik, seakan-akan semua yang saya ungkapkan tak ada artinya.

"Are you love me?" Tanyamu.
Aku diam, sudah sangat jelas kutunjukkan bahwa aku mencintaimu, apa itu tidak cukup bagimu?
"Hmm, are you think to? Like i feel right now?"
"Entahlah, kakak bingung. Jika kita teman, tak akan semuanya berjalan sejauh ini. Jika kita melanjutkan hubungan, kakak ragu"
"Jika aku mencintaimu, apa itu salah?"
"Kakak gak mau buat kamu semakin sakit, sebenarnya sebelum mengenalmu, kakak sudah mengenal wanita lain" ucapmu dengan sesekali hembusan nafas yang membuatku semakin sesak.
"Oh, hehe. Iyaa kak." Kumatikan ponselku, berharap kau tau maksudku.

Malam itu aku menangis sejadi-jadinya. Untukmu aku telah menjadi seada-adanya. Lalu, mengapa aku yang harus merasakan sakit ini sepenuhnya? Air mataku menghujani pipi, tepat pukul 02.00 dini hari, aku merasa seluruh tubuhmu beku, segalanya berputar mundur seperti saat aku bersamamu. Aku melawatmu, mengingat segala riuh dipikiran yang sempat kau tenangkan. Tak ada yg bisa mempercepat lupa akan segala hal ketika waktu tak tau harus berjalan lambat atau cepat.

Air mataku masih membasahi pipi, "mengapa aku? Mengapa sesakit ini? Bukankah kau dan aku tak pernah memiliki ikatan lebih? Mengapa aku setakut ingin mendapatimu yang terlanjur berhenti?" Puluhan pertanyaan menghujani pikiranku. Aku tak tahu apa yang harus kulakukan. Malam ini jadi saksi bisu betapa aku mencintaimu. Betapa tak relanya aku mendengar ada wanita lain yang bersanding denganmu.

*****

For me, you're everything i hv. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang