Ruang

16 4 0
                                    

Audy hari ini bangun kesiangan karna melihat lampion semalam. Audy bangun dan melihat ke arah jendela. Terik matahari yang menyorot matanya kini membuatnya menutup matanya silau.

Audy yang masih mengantuk melihat Wura yang berada di sampingnya, "wura kenapa kau tidak membangunkanku tadi pagi?" Ucap audy sambil menguap.

"Aku sudah meneriakimu tapi kau tak kunjung bangun" ucap Wura. Audy pun bergegas mandi, dan berjalan di padang rumput untuk berjemur lalu kembali ke rumah.

"Wura, lampion kemarin benar benar indah" ucap Audy sambil meletakkan dirinya di kursi samping jendela. Audy menatap langit dari jendela.

Audy berdiri dari duduknya membawa wura ke sungai. Audy menghirup udara segar di sana, menatap air yang begitu jernih mengalir di antara bebatuan.

Audy melihat bayangannya sendiri, namun seketika bayangan itu mulai rusak, ada yang bergerak di air tersebut. Audy mulai melihatnya lebih jeli lagi. Audy mendekatkan mukanya ke arah sungai namun seketika ada yg melompat ke rambut Audy.

Audy tersontak kaget melihat seekor katak yg melompat ke rambutnya. Audy mengambilnya dan menaruhnya di telapak tangannya. Audy melihat katak itu lalu tersenyum.

"Hei, kau hampir membuatku kaget katak kecil" ucap Audy sambil memegang kepala katak tersebut. Katak tersebut hanya melihat Audy lalu kembali melompat ke sungai.

Audy menidurkan tubuhnya, memejamkan matanya yang terkena sinar matahari. Beribu pertanyaan yang ada di pikirannya mulai muncul.

Akankah aku tetap tidak bisa melihat wajah Raka?

Lalu apa kesepian itu datang lagi disaat raka tidak mengenalku?

Apa tidak boleh jika aku melihatnya sedikit saja?

Apa nanti aku tidak mempunyai teman lagi?

Hidup di dunia yang sepi? yg bahkan hanya ada serangga kecil disini

Pertanyaan itu selalu terulang difikirannya, Audy membuka matanya. Pancaran cahaya yang sangat amat terang membuat Audy menutupi matanya dengan telapak tangannya.

Sesosok perempuan dengan gaun putih muncul dengan wajah yang hampir sama dengan Audy. Audy menatapnya pekat, disekeliling Audy tidak ada siapa siapa. Hanya ruang kosong putih dan sosok perempuan dengan wajah yang sama di hadapannya.

Perempuan itu tersenyum datang menemui Audy, perempuan itu mengucapkan beberapa kata.

Jangan rasakan sepi yang terus terombang ambing difikiranmu, ini dirimu dan dirimu tidak sendiri

Perempuan itu tiba tiba menghilang dan Audy mencari ke segala penjuru. Ini bukan ruang kosong lagi ini sudah kembali.

"Ada apa?" tanya Wura sambil menatap Audy. Audy hanya menggeleng lalu mencuci wajahnya dengan air yang ada di sungai.

Audy melihat bayangan itu, bayangan yang ada di air. Seorang laki laki berada di belakangnya. Audy menoleh ke arahnya lalu kembali bermain air.

"Hai Wura" ucap laki laki itu sambil mengelus balon nya. Audy hanya menatapnya. "tidak hai untukmu" ucap laki laki itu.

"kau ingin membuatku kesal?" tanya Audy sambil memeluk lututnya.

"Tentu tidak, Raka hanya bercanda" ucap Raka sambil duduk di samping Audy. Lalu Raka mengeluarkan roti di bungkus yang dia bawa. Hanya satu roti panjang yang dibawanya. Raka memakannya, Audy hanya mendengarkan suara kecapan Raka.

"Hanya untukmu? aku sangat lapar" uvap Audy kesal dan meletakkan dagunya di lututnya sambil memajukan bibirnya.

"Kau mau?" Raka membagi rotinya menjadi dua, lalu diberikannya ke Audy. Namun saat Audy hendak mengambilnya, Raka menarik rotinya lagi. Tangan audy pun kembali turun. Audy mendecak kesal.

"Ini" Raka memberikannya kembali. Namun Audy hanya menggeleng.

"Apa kau marah?"

"Tidak"

"Kau marah?"

"Tidak"

"Oke, kumakan semua rotinya"

Audy lalu berdiri dan duduk lagi membelakangi Raka.

"Kau benar benar tidak mau?"

"Tidak, tapi boleh sedikit kalau kau memaksa" ucap audy, Raka tertawa mendengarnya lalu memberikan setengah rotinya ke Audy. Audy menerimanya, lalu memakannya dengan lahap. "enak"

Selesai makan, Audy kembali duduk di samping Raka. "apa boleh aku kerumahmu?" tanya audy.

deg

"Untuk apa? kau nanti merepotkanku" ucap Raka sambil tertawa kecil.

"Raka! Kau selama ini juga merepotkanku!" kesal Audy sambil melipat kan tangannya. Raka masih menahan tawa.

"Kau tau? Rumahku banyak sekali binatang buas disana, nanti kau dimakan jadi santapan malamnya"

"Kau kira aku masih kecil? Tipuanmu sangat tidak masuk akal"

"Kau kira aku menipumu? disana ada harimau, singa, macan, dan juga belalang"

"hei kau membicarakanku?" ucap wura yang sedari tadi diam berenang.

Audy lantas tertawa terbahak-bahak sambil berkata "kau juga binatang buas wura"

Raka pun tertawa terbahak bahak hingga memegang tangan Audy. Audy melihat tangan Raka yang memegangnya. Ini hal yang sering dilakukan, tapi kali ini genggaman Raka mengingatkan Audy pada seseorang.

Genggaman tangannya sama seperti yang kurasakan saat kecil

=============>🦗🎈

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 20, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Balon BelalangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang